31

114 10 0
                                    

"bukan kah hari ini sangat indah?"

"Benar, ini pasti karena matahari Obelia hadir hari ini"

Athanasia POV

Sedari tadi aku hanya dapat tersenyum  lebar kala mendengarkan perkataan perkataan mereka. Sangking lebar nya sampai membuat kedua mata ku tertutup. Yah, setidaknya lebih baik dari pada melihat putri bangsawan yang bertingkah sama saja seperti orang tuanya.

Memang, buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

"Ah, tidak. Itu pasti karena kalian yang sudah susah payah mempersiapkan ini semua"

"Haha. Sepertinya rumor itu memang benar. Tuan putri Jennette sangat rendah hati"

Sejenak, aku menghentikan senyuman menyakitkan itu. Mata ku sedikit melirik pada Jennette yang tersenyum manis di seberang ku. Ah iya, senyuman nya benar benar manis, manis bagi orang yang buta.

Kembali, aku menarik senyum tipis. Meski begitu, batin ku tak henti hentinya mengeluarkan umpatan kasar kepada gadis tak tau diri itu. Walau bagaimanapun, aku masih tetap mengingat bagaimana tingkah wanita itu sebelumnya.

Andai saja, jika bukan karena aku baru saja melakukan debutante ku, mungkin saja aku tak akan bersama dengan gadis itu hari ini.

"Ah tidak, kalian terlalu melebih lebihkan"

"Tidak tuan putri, anda benar benar sangat baik. Anda itu benar benar seperti malaikat"

"Itu benar tuan putri, anda itu benar benar matahari Obelia yang asli. ... Tidak seperti seseorang"

Deg

Hahh ... Sial

Yang benar saja, kalian sepertinya sangat ingin bermain main dengan ku.

"Yang mulia pasti sangat menyayangi anda. Ayah saya saja mengatakan bahwa ia tak pernah melihat yang mulia mengutamakan hal lain selain pekerjaan. Saat yang mulia begitu memperhatikan tuan putri, ia benar benar terkejut"

"Benar tuan putri. Yang mulia saja memberikan istana emerald untuk tuan putri, tidak di istana Ruby "

Hoo

Apalagi ini?

"Ah iya, setelah dipikir pikir ... Mengapa kita tidak memiliki satu tuan Putri saja? Satu satunya putri kesayangannya Obelia?"

" ... "

Mata ku terdiam nyaris tak berkedip. Senyum kecil yang tadinya terpampang di bibirku seketika menghilang. Baru kali ini, baru kali ini ada yang berani berkata seperti itu dengan terang terangan.

Sejenak, mata ku kembali melirik ke arah Jennette. Hal itu seketika membuat ku ingin tertawa tak percaya

Smrik

Ia menyeringai. Menyeringai sembari menatap ke arah ku. Ia tak lagi menunjukkan wajah polos dan sok baik nya. Kini aku benar benar tau sikap sebenarnya dari gadis itu.

"Kenapa? Benar bukan? Kita harusnya membutuhkan putri keturunan bangsawan. Bukan keturunan penari jalanan "

" ... "

" ... "

"Ha .. hahaha " aku perlahan bangkit dari duduk ku. Mata ku menatap tajam kepada bangsawan yang sedari tadi berbicara tanpa berpikir itu.

Mata ku melirik sekeliling. Jari jemari ku dengan perlahan mengangkat gelas berisi teh itu. Setelahnya, mata ku pun kembali menatap bangsawan itu.

"Sebelumya, maafkan aku. Tapi, bisa katakan siapa nama mu?" Tanya ku padanya, tentu sembari tersenyum.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang