28

205 18 1
                                    

...grtt

"...sial, bagaimana ini?"

Bibirnya digigit dengan kuat, hingga mengeluarkan sedikit darah. Tatapannya begitu gelisah, sedangkan kepalanya terus ia benturkan pada tembok di belakangnya.

"Athanasia....kau dimana?"

Pikiran lelaki itu bernama Levin itu benar benar kalut. Perasaan nya benar benar khawatir. Mungkin, hal itu memang sudah harus terjadi
memangnya siapa yang tidak gelisah saat prediksi nya melenceng?

"Dasar otak nanas. Habis melempar tugas mu, kau malah jadi pengangguran? Udah tua, masih aja gak guna"

Ia mengepalkan tangannya kuat. Mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, benar benar membuatnya naik pitam. Ia sadar dan jelas tau, dukun gadungan itu hanya ingin memanfaatkan Athanasia. Levin tidak menginginkan hal itu. Ia memang ingin mengubah semuanya, segala hal yang akan terjadi seorang diri. Tapi, kakek tua itu malah membuat masalah.

Jika, jika saja dirinya saat itu dapat berpikir logis dan tak memanfaatkan bom waktu itu, mungkin semuanya tak akan terjadi.

Drap...Drap....Drap

Tubuh Levin mendadak menegang. Semakin menyembunyikan tubuhnya di balik tembok besar itu.

Drap..Drap

Suara langkah kaki semakin mendekat ke arahnya. Aroma yang tak asing pun perlahan memasuki Indra penciuman milik Levin.

Itu aroma milik Athanasia.

BRAK

Entah tak sengaja atau refleks, begitu seseorang melewati dirinya, Levin langsung menariknya. Menghantam kan orang itu pada tembok di belakangnya.

"Hahh....hahhh...Athanasia.....hahh... bagaimana??"

"....Bagaimana?...tunggu tunggu, ini bukan jumpscare versi jadul kan?"

"..."

".... jumpscare?"

"Dahlah....lupakan......jadi apa maksudnya ini?"

Tangan Levin melepaskan genggamannya pada bahu Athanasia. Menarik nafas pelan untuk menenangkan dirinya. Ia sendiri bingung, kenapa tadi ia bisa ngos-ngosan seperti habis maraton. Hahh, sudahlah.

"Begini, kau....tak melakukan apa-apa kan?"

"Tidak, aku hanya mengamati mereka seperti yang diperintahkan"

"Lebih baik begitu.....jadi, apa kau tidak ada niatan untuk berhenti bekerja sama dengan kami?"

"..." Athanasia menautkan kedua alisnya bingung, atau mungkin lebih tepatnya merasa heran "memang kenapa aku harus berhenti? Bahkan kau yang anak Duke saja dapat bekerja sama untuk menghancurkan yang mulia"

"Itu berbeda....aku punya alasan sendiri...sejak awal aku tak berniat bekerjasama dengan tua bangka itu"

"Lalu, aku juga punya alasan. aku perlu ini, Levin "

"....kau tak mengerti.....pria itu adalah sihir penghancur. Dan dia hanya memanfaatkan mu"

"Aku tau" tatapannya tajam, sangat berubah drastis dari yang sebelumnya "aku tau, tapi memang itu yang harus ku lakukan. Setidaknya sebagai jaminan"

Tubuh Levin menegang, baik akibat dari tatapan atau perkataan Athanasia. Ia tau Athanasia itu orang yang keras kepala, tapi ia tak tau Athanasia sangat bersikeras seperti ini "bahkan, dia bisa membuat mu mati?"

Athanasia menunduk, mengangguk pelan tanpa mau memperlihatkan wajahnya pada Levin "itu akan lebih baik"

Sett

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang