37

107 11 1
                                    

Srak

Tubuh yang sedari tadi meringkuk perlahan keluar dari persembunyiannya.

Samar samar, dapat ku dengar suara rintikan air hujan yang masih jatuh di sela sela cahaya matahari. Sejenak, mata ku melirik pada jendela kaca tempat ruangan ku berada.

Aku diam berdiri di tempat. Mata ku menatap di luar jendela. Tepatnya di sela sela taman di luar pagar. Iris kehitaman beserta senyuman tipis bertemu pandang dengan ku. Wajahnya yang tertutup dengan payung hitam membuat ku tak dapat memastikan lebih lanjut. Namun, yang ku tau, potongan rambutnya menyatakan bahwa ia seorang lelaki.

Langkah ku berjalan mendekati jendela. Tatapan ku terpaku padanya, menatap segala sisi darinya yang dapat ku lihat dengan pengelihatan ku.

Hal itu pula mengeluarkan sebuah pertanyaan dalam benak ku.

Siapa dia? Sebelumnya, aku belum pernah melihat lelaki itu.

Sayang, lelaki itu melangkah pergi sebelum pertanyaan kecil itu terjawab.

***

Klak

Aku kembali mengerutkan keningku. Mataku menatap bingung ke arah luar jendela. Langit nya sedikit redup dengan tanah yang sudah basah. Hujan mungkin berhenti sejenak dan akan kembali sebentar lagi.

Mata ku melepas pandang dari langit, aku mencoba mengintip ke sudut jendela. Di sana, terlihat bunga bunga yang bermekaran dengan indahnya beserta ...

Payung hitam yang timbul di antara mereka.

Benar saja, lelaki itu muncul kembali. Lengkap dengan senyuman tipis miliknya.

Aku menggigit bibir ku pelan. Sudah beberapa hari, dan perasaan ku terus terasa aneh kala melihat lelaki itu. Sebenarnya apa yang dia inginkan?

" Yeah, mungkin dia malaikat maut? " Aku kembali tersenyum, jika benar itu malaikat maut, ini pasti akan benar benar menarik. Tak ku sangka kematian ku akan benar benar terencana seperti ini.

" Memang siapa yang peduli? " Ujar ku sembari menjauh dari jendela. Aku merebahkan tubuh ku di atas kasur, tak terasa 7 hari telah terlewatkan begitu saja. Seharusnya ... Bukan, tapi memang aku akan mati malam ini.

Syuut

Dapat ku dengar angin kencang tiba tiba menerpa, sangking kencang nya bahkan sampai membuat jendela kamar ku terbuka.

Aku melirik ke depan, tepat di saat yang sama, pintu kamar ku diketuk dengan perlahan. Tubuh ku diam membantu, bulu kudukku bahkan berdiri, namun, sesaat kemudian aku tertawa kecil.

" Haha .... Kebetulan macam apa ini? " Aku meneguk Saliva ku dengan susah payah. Meski rasa takut sedikit menyerang, aku memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut sembari memikirkan kebetulan apa lagi yang akan menimpa ku.

Langkah ku berjalan pelan, suara langkahnya nyaris tak ada. Kala aku memegang kenop pintu, ku buka dengan perasaan takut.

" Nona, ini untuk anda "

" Halah .... Untung bukan Kunti kiriman Ari"

Aku menghela nafas lalu menatap pelayan itu lega. Jantungku yang sebelumnya berdegup kencang pun kembali normal. Ah iya, di rumah ini punya banyak sekali pelayan. Meski begitu, aku tak pernah mengingat satu pun nama mereka. Kenapa? Tentu karena pria itu selalu mengganti nya dengan pelayang yang baru setiap saat. Maklum, orang kaya. Walau aku sendiri tidak tau dari mana kekayaannya, mungkin saja dia pakai babi ngepet atau tuyul? Yah siapa tau, lagi pula aku tak pernah di beri untuk menyentuh kekayaan nya itu tanpa seijinnya.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang