32

105 11 1
                                    

"Hahaha...bagaimana tuan putri? Apakah acaranya berlangsung dengan baik?"

Sambutan hangat dari lelaki dewasa itu terdengar menjengkelkan bagi Athanasia. Lelaki yang berdiri tepat di depan pintu kamarnya hampir membuat Athanasia muak, untung saja tak ada seorang pun di sana saat ini.

"Menurutmu?" Athanasia memutar matanya dingin. ia pun melangkahkan kaki nya dengan segera memasuki ruangan, diikuti pula dengan pintu masuk yang tertutup dengan sendirinya.

Tak melakukan apa apa lagi, Athanasia pun menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Lelaki yang sedari tadi hanya berdiri di dekat pintu pun beranjak pergi, mendekati Athanasia hingga ia duduk tepat di sampingnya.

"..duduuu...Apa lagi yang dilakukan Claude itu sampai rekan kesayangan ku menjadi cemberut begini???" Ujar lelaki itu dengan suara yang diimut imutkan. Dan tentu saja mengundang tatapan jijik dari Athanasia.

"Paman, Ingat umur, nanti suaranya hilang. Seperti perasaan nya pada mu yang hilang bagai ditelan bumi"

" ... " Anas pun hanya memasang wajah tabah nya sambil terdiam meratapi nasib. Ia sedikit tak menyangka rekan nya itu akan mengatakan perkataan yang cukup menusuk.

"Hahh ... Tak bisa kah kau tersenyum manis dari pada mengeluarkan kata kata itu? Kau sudah terdengar mirip dengan anak serigala itu" ucap Anas lagi seraya memijit pelipisnya "ah iya, kalian memang seharusnya mirip, bagaimana bisa aku lupa?"

"???” Athanasia mengernyit heran. Ia hendak menanyakan maksud dari perkataan Anas itu, namun, sedetik kemudian ia langsung mengeringkan niatnya itu.

"Paman, apa kau pernah melihat Levin?" Tanya Athanasia lagi, sedikit mencoba mencari maksud tentang lelaki itu.

"Yah, sudah cukup lama tidak melihat dia" Anas mencoba melirik kecil, memperhatikan setiap inci wajah milik Athanasia. Sejenak ia terdiam, sebelum akhirnya ia menyeringai kecil. "Yah, ku pikir ini sudah waktu untuk dia berhenti"

Athanasia pun terlihat tersentak dengan perkataan Anas "apa maksudmu?" Tanya Athanasia lagi.

"Dia adalah anak Duke Erland, jika ia mengkhianati kaisar, itu sama saja dengan mengancam dirinya dan keluarganya. Aku yakin selama ini dia hanya sedang mencari keuntungan. Mungkin, sebentar lagi dia melaporkan kita kepada Claude" jelas Anas

Athanasia kembali terdiam. Jarinya ia ketuk ketukkan dengan cepat. Pikirannya tak dapat berhenti memikirkan Levin. Ia yakin sekali Levin bukanlah orang yang akan menusuk nya dari belakang. Namun, perkataan Anas terasa masuk akal di telinganya.

Smrik

Dalam gelapnya malam ia menyeringai kecil. Tangannya dengan perlahan menepuk pundak Athanasia. Ia pun membungkuk pelan sembari mendekat pada telinga Athanasia.

"Itu benar benar masalah untuk kita. Lalu, mengapa kita tidak melancarkan rencana kita saja?"

"Memang, kapan?"

Anas kembali tersenyum kecil kala mendengar pertanyaan Athanasia.

"Bukannya sebentar lagi akan ada acara besar?"

***

Suara riuh sudah menjadi kebiasaan di istana. Namun, hari ini tujuan mereka sedikit berbeda, mengingat hari 'kebahagian' bagi keluarga kaisar tak akan lama lagi.

Pagi itu pun, orang yang biasa di panggil dengan panggilan yang mulia kaisar itu pun sibuk berkutat di depan meja kerjanya. Yah, walau hari ini sedikit berbeda.

Sejak pagi, Claude hanya menatap dingin selembar kertas di atas mejanya. Ia tak melakukan apapun, tidak menulis atas meremasi nya, hanya menatap nya dengan begitu datar. Bahkan tangan kanan yang biasanya selalu dapat membaca suasana hati kaisar itu kini tak dapat berkata kata lagi dengan keadaan kaisar nya hari ini.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang