26

315 25 1
                                    

.
.
.

"Huh?"

Penuh akan raut wajah kebingungan, Athanasia menatap lekat lekat wajah Lily. Salah satu alisnya di angkat ke atas, bibirnya sedikit terbuka, pikirannya seakan kacau.

"Tuan putri?"

Merasakan raut wajah yang berubah drastis, Lily segera memanggil Athanasia, mencoba untuk menyadarkan tuan putri nya itu.

"Eh-ya, ada apa Lily?" Kembali pada kesadarannya, Athanasia merespon Lily. Berusaha untuk membawa alur yang tiba tiba diberikan kepada nya.

"Anda baik baik saja?"

"Hu'um" Athanasia mengangguk cepat "aku bahkan merasa sangat sangat baik"

"Syukurlah"

"Jadi, apa yang Lily katakan tadi?"

"Duke Erland akan mengunjungi istana hari ini" Lily menarik nafas pelan, sebelum kembali melanjutkan perkataannya "tuan muda Erland juga akan datang. Sebaiknya tuan putri juga bersiap siap"

Layaknya terkena Freeze di game, Athanasia membisu, tak dapat mengatakan atau berbuat apapun.

"Hahhh, baiklah, Lily. Aku akan segera bersiap siap. Lily boleh pergi"

"Baik tuan putri" Lily pun berbalik, melangkah ragu untuk pergi dari ruangan sang tuan putri nya itu. Pasalnya, terakhir kali tuan putri nya itu di suruh untuk bersiap siap, ia malah hilang layaknya arwah gentayangan. Datang tiba-tiba, hilang juga tiba tiba. Setidaknya bukan datang tak di undang, pulang tak di antar lah ya.

Namun, pada akhirnya Lily tetap pergi, memasrahkan segalanya terhadap tuan putrinya itu.

Sekarang hanya Athanasia yang tinggal sendiri di ruangan itu. Tak ada satu orang pun yang akan tau apa yang dilakukan olehnya di ruangan itu.

"AKHHHHHH" Athanasia tiba tiba saja bangkit dari duduknya. Berteriak gila layaknya ketika saat tau dirinya suka tapi takut nembak. Sungguh menjengkelkan.

"Kenapa lagi sih? Gue bingung kan? Kenapa tiba tiba gua ada di sini?" Seperti biasa, Athanasia berbicara dengan begitu cepat sambil mengacak ngacak rambutnya.

Kejadian itu terjadi lagi. Saat dimana tubuh Athanasia di ambil alih oleh seseorang. Padahal, sebelumnya ia ingat bahwa ia sedang hendak makan malam bersama Claude dan Jennette. Namun, saat kesadarannya kembali tiba tiba ia berada di kamarnya dengan waktu yang sudah pagi hari? Sialan memang.

Bukan karena apa, tapi, hal ini sudah terulang beberapa kali. Mungkin, memang ia sedikit bersyukur karena tidak perlu melihat langsung wajah 2 orang yang menjengkelkan itu. Tapi, masalahnya, ia tak tau apa saja yang terjadi saat itu. Kan bisa bahaya jika tubuh yang sedang tak dalam kendalinya berbicara seenak jidat.

Kan mau nya tubuhnya di ambil alih ketika dirinya sedang terjatuh dari lantai 2 pas mau kabur, kan lumayan, dirinya jadi tak perlu merasa kesakitan. Tapi, ini bukannya memberi keuntungan tapi malah memberi keburukan.

Terakhir kali, saat tubuhnya di ambil alih, di mendapati Jennette yang tiba tiba menangis di hadapannya. Tangisan yang begitu kencang yang berhasil memekikkan telinga nya. Untung saat itu Jennette hanya terjatuh, walau Fiona tau jika kemungkinan terbesar bahwa pelaku yang membuat nya jatuh itu adalah dirinya. Tapi, entah apa rencana Jennette, ia sama sekali tak memberi tahu nya kepada orang lain

"CK, gue yakin ada sesuatu yang terjadi kemarin" cukup merasa frustasi, Athanasia berusaha menghapus ingatannya yang lalu. Beralih untuk berpikir bagaimana caranya menghadapi tuan muda yang akan datang sebentar lagi.

Sebenarnya, ia menghindari tuan muda yang satu itu. Tapi, bukan berarti pula ia membencinya. Hanya saja, keadaannya saat ini membuatnya berpikir untuk menghindar terlebih dahulu. Dari pada harus menghadapi sesuatu yang tak diinginkannya nanti.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang