23

388 45 2
                                    

.
.
.

"Tuan putri athanasia, maukah engkau berdansa dengan ku?"

Sebuah senyuman terukir di bibirnya, senyuman yang mungkin saja mampu membuat para putri bangsawan di belakangku sedikit berteriak histeris.

Ya, benar. Sejak Levin mengajak ku untuk berdansa, dengan posisi yang masih sama, tiba tiba saja seluruh perhatian para bangsawan bangsawan laknat itu beralih kepada kami berdua.

"Tuan putri?"

Sekali lagi Levin memanggil diriku. aku bingung, antara harus menerima dirinya atau tidak. Namun satu hal yang ku tau pasti..

'LO GAK TAU TEMPAT APA? DI TEMPAT RAMAI GINI NGAJAK GUE DANSA, LO GAK TAU YANG LO AJAK ITU PUTRI BUANGAN APA??' batin ku berteriak. Mungkin jika saja para parasit ini tak sedang memandang ku, aku sudah menjewer Levin dan membawa nya keluar.

'bagaimana mungkin dia mengajak orang itu?'

'sepertinya dia sudah menggunakan sihir untuk memikat tuan muda Erland'

'apa dia melakukan guna guna juga?'

'memang putri yang terbuang, benar benar memalukan'

Semua perkataan yang begitu kejam itu memasuki gendang telinga ku. Iris ku bergerak, melirik tajam para bangsawan yang menjelek-jelekkan aku di balik kipas itu

'yak.....kalo mau gosip, jangan Sampai kedengaran dong. Ya kali gue sampe di anggap dukun di sini' bibirku benar benar ingin mengatakan hal itu, namun, aku tak bisa.

Reputasi athanasia memang sudah buruk sejak awal, padahal ia sama sekali tak melakukan apapun. Jadi, mungkin memang ini yang harus ku lakukan

"Huft....." Aku menghela nafas pelan, sebelum menggerakkan tanganku untuk menerima tangan milik Levin "dengan senang hati....tuan muda Erland"

.
.
.

Tak

Tak

"Sepertinya anda benar benar mahir berdansa ya"

Aku yang awalnya begitu fokus pada tarian sedikit kehilangan fokus ku saat Levin tiba tiba saja mengatakan hal itu

"... maksud anda?"

"Hm" ia tersenyum tipis "itu pujian tuan putri"

"...terima kasih" entah mengapa, aku berpikir ini cukup canggung. Yah, walau sebenarnya yang membuat nya menjadi seperti ini adalah tatapan iblis dari orang orang di sekitar kami.

".....tuan putri"

Lagi lagi, pandangan ku kualihkan untuk menatap Levin.

"Bisa kah anda bersikap seperti saat itu?"

Huh?

Seperti saat itu?

Pikiran ku kembali berputar saat aku menarik Levin dengan seenak jidat dan memperlakukan nya seperti orang biasa.

Blush

Wajahku memanas, sial, ngapain di bilang coba? Kan jadi makin malu

"...haha" kali ini Levin terkekeh pelan. Ia terlihat benar benar menikmatinya ya.

Krek

Dengan segera, aku menoleh ke bawah, tempat tragedi kecil tiba tiba saja terjadi

Ha

Haha

Selamat, sekarang kamu telah di anggap sebagai orang paling merasa malu dan paling bodoh sepanjang masa fiona.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang