16

583 65 2
                                    

Srett
Srett
Srett

Terlihat Claude sedang berkutat di meja kerjanya, ia membalikkan lembaran demi lembaran kertas yang ada di depannya. Mengecek satu persatu hasil pekerjaannya.

"Hahhh" Claude menghela nafas panjang, merasa lelah dengan semua pekerjaannya. Bagaimana tidak? Sejak Lucas meminta untuk menjadi teman bermain Athanasia, ia terus saja bekerja dan bekerja, bahkan ia sampai tidak tidur sama sekali. Ia merasa kesal dengan penyihir itu yang dengan mudahnya mendekati Athanasia, ia merasa iri kepadanya. Bahkan ketika ia memikirkan Athanasia yang membentaknya dengan keras pada saat itu, benar benar membuatnya merasa sesak.

Ia terus bekerja dan bekerja, itu karena dia ingin mengalihkan pikirannya dari memikirkan Athanasia, ia berusaha bersikap seperti dulu, mengaggap Athanasia tidak ada. Tapi entah kenapa itu terasa sangat sulit.Ia takut, ia takut jika ia mulai menyayangi Athanasia, maka Athanasia akan membencinya, karena ia menyayanginya pada saat semua terlambat. Ia takut Athanasia akan pergi dari hadapannya.

Tapi walau ia berusaha bersikap seperti biasa, hal itu rasanya seperti sesuatu yang sia sia, setiap ia tidur, Diana selalu saja mendatanginya. Diana selalu saja membuat Claude merasa bersalah kepada Athanasia.

Tok
Tok
Tok

Tiba tiba terdengar suara pintu yang diketuk dari luar, membuat Claude mengalihkan pandangannya ke arah pintu sembari berkata "masuklah"

Selanjutnya pintu itu terbuka, menampilkan seorang perempuan dengan rambut bewarna cokelat dan mata biru permata, sama seperti yang Claude miliki, siapa lagi kalau bukan tuan putri Jennette yang merupakan anak emas milik Claude

"Ayah!!" Jennette berlari mendekati Claude lalu memeluknya dengan begitu erat.

"Ayah tau, aku sangat merindukan ayah" ujar Jennette diikuti dengan senyum pahitnya/plak/ maksudku senyum manisnya.

"Hm"

Claude menatap Jennette. Jennette di bawa ke istana oleh Roger pada
Saat ulang tahun Claude, atau lebih tepatnya pada saat Athanasia berumur 5 tahun, Roger berkata kalau Jennette adalah anaknya, ia tau itu merupakan hal yang tidak masuk akal, tapi ia tetap menerima kedatangan Jennette. Kedatangan Jennette dalam kehidupannya membawa Claude Ke titik yang terang, mengeluarkannya dari kesedihan atas kepergian Diana. Ia tau kalau Jennette hanyalah alat bagi Roger untuk menaikkan kedudukannya, ia juga tau kalau Jennette merupakan anak dari Anastacius dan Penelope. Tapi walau begitu Claude merasa tenang di samping Jennette, ia juga tidak ingin kehilangan dirinya. Claude memanglah orang yang rakus, ia menginginkan Athanasia dan Jennette sekaligus.

"Ayah, apa aku bisa meminta satu permintaan?"/datang pas ada maunya cih/

Claude menaikkan alisnya"memangnya apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin memiliki teman bermain seperti kakak" Jennette menunjukkan senyum terbaik, berusaha membuat Claude luluh

"Memangnya teman seperti apa yang kau inginkan?"

"Em sebenarnya aku tertarik dengan satu orang"Jennette berucap malu malu

"Siapa?"

"Anak dari Duke Erland"

Claude terdiam mendengar nama itu. Duke Erland memang merupakan orang penting di kekaisaran, ia juga merupakan pengikut dari Claude. sama seperti Claude, Duke Erland juga awalnya membenci anaknya, tapi lama kelamaan ia mencintai anaknya, bahkan ia terkenal sangat posesif. Mungkin akan sangat sulit untuk meminta Duke Erland untuk menjadikan anaknya sebagai teman bermain Jennette. Di tambah anaknya juga terkenal akan sikap tidak pedulinya terhadap kekaisaran, jadi Claude yakin ia sama sekali tidak akan tertarik dengan Jennette.

"Ayah, apakah memang tidak boleh?"  Jennette menatap Claude berkaca kaca, membuat Claude tidak tega untuk menolak permintaan anaknya itu.

"Hahh, baiklah. Aku akan mencoba mengirimkannya surat" pada akhirnya Claude pun memilih untuk menerima permintaan Jennette. Tidak tau jika Duke Erland akan menerimanya atau tidak.

"Yey, terima kasih ayah" Jennette melompat kegirangan, lalu ia memeluk Claude dan mencium pipinya.

"Kalau begitu aku pergi dulu ayah" Jennette pun pergi keluar dari ruangan itu.

Claude memegang pipinya lalu tersenyum tipis, merasakan kehangatan yang selalu dia inginkan selama ini.

"Hahahah, lucu sekali" terdengar suara seorang lelaki dari arah balkon, Claude pun langsung mengalihkan pandangannya, melihat siapa yang ada di balkon. Terlihat Lucas sedang duduk dengan santai di atas balkon tersebut.

"Anda benar benar rakus ya, yang mulia" Lucas berjalan memasuki ruangan kerja Claude.

"Bukankah anda begitu kejam? Seharusnya anda memilih salah satu dari mereka. Padahal anda tau mereka bukanlah kakak adik, tapi anda masih saja melakukan hal seperti itu

Apakah anda tidak tau jika mereka merasa tersakiti karena mu?"

"Apa maksudmu?"

"Heh? Anda masih belum sadar? Menurut mu mengapa Jennette tiba tiba meminta teman bermain? Jelas jelas itu karena ia iri dengan Athanasia, ia ingin memiliki semuanya lebih dari Athanasia"

"Bagaimanapun anda harus memilih salah satu dari mereka, memilih antara orang yang bukan putri kandungmu melainkan anak dari orang orang yang kau benci atau memilih orang yang sudah menghilangkan nyawa orang yang kau cintai dan merupakan putri kandungmu"

Claude terdiam mendengar perkataan Lucas, memang benar apa yang Lucas katakan. Ia harus memilih salah satu dari mereka

"Tapi bukankah ini sudah terlambat? Di lihat dari manapun Athanasia sudah sangat membencimu. Jadi sepertinya pilihanmu hanya satu" lajut Lucas

"Dan juga Athanasia sudah menerimaku, jadi jangan pikir kau bisa merebutnya dariku" mendengar perkataan Lucas yang terakhir membuat mata Claude terbelalak.

"J-jangan bilang"ucap Claude terbata bata, tidak percaya akan kenyataan yang ada di depan matanya.

"Ya, aku sudah menjadi teman bermain Athanasia, dia sendiri yang menyetujuinya"ucap Lucas lagi sembari menuju ke arah balkon.

"Tunggu, kau harus menjelaskannya"

Terlambat, Lucas menjatuhkan dirinya dari balkon sembari mengucapkan selamat tinggal. Claude yang melihatnya langsung keluar dari ruangan untuk mencari penjelasan atas semua ini

.
.
.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang