35

122 13 1
                                    

Kringgg

" Hm? ...."

Aku mengerjap mata ku pelan kala sinar matahari sudah menembus jendela kamar ku. Dengan perlahan, aku bangkit dari kasur ku sembari meregangkan seluruh tubuh ku. Namun, sedetik kemudian, dapat ku rasa pemandangan yang telah lama ku lupakan.

Ting

Jari jemari kasar ku segera mengambil ponsel di atas meja begitu terdengar bunyi nyaring dari ponsel tersebut. Kala ku buka ponsel tersebut, cahaya terang pun keluar, seketika menimbulkan senyum tipis dari bibir ku.

" 20 Desember 20xx "

Ah ya, ini adalah aku, Fiona Calindra. Fiona yang asli, yang seharusnya ... Sudah tidak ada lagi di sini. Lalu, tanggal ini ... tujuh hari sebelum kematian ku.

...

" Fiona " aku menoleh kala mendengar  suara nyaring dari orang yang ku kenal.     Sesaat, aku tersenyum tipis kala melihat rambut panjang dengan warna hitam yang indah. Wajahnya yang ceria dengan senyuman yang tak pernah terpikir akan lepas dari wajahnya itu, ku pikir aku tak akan pernah lagi melihatnya.

" Ehh .... Kenapa? Muka ku aneh ya? " Tanya nya dengan wajah penuh kebingungan. Aku pun hanya menggelengkan kepala ku pelan seraya menatap matanya lurus.

" Kenapa??? Wajah mu aneh kalo senyum tau" ujarnya dengan sedikit kesal masih dengan di selimuti rasa bingung.

" Enggak, gak kok. Gue cuman seneng aja ngelihat lo ... Lagi " ucap ku dengan suara kecil di ujungnya.

" Udududu, sudah main rindu aja, aku itu bukan pacar mu. Lagi pula kamu dari tadi sama aku, gimana caranya bisa rindu? "

" Yaa ... bisa bisa aja " ujarku, lagi.

" ... Fi " dia, Ari memanggil ku dengan nada lirih. Matanya melirik ku takut takut, namun dapat kulihat tersirat kekhawatiran di sana, "gak papa kamu pulang lama?"

Aku dengan cepat menggelengkan kepala ku. Mata ku menatapnya yakin, berpikir itu mungkin akan menghilangkan kekhawatirannya, "ga, lagi pula kalau dia marah, gua tinggal nginap di rumah Lo sekalian "

" Iya, kamu tidur di teras ya, sayang mba Kunti gak punya kawan dari kemarin "

" Oh, pas banget, pocong rumah gue juga lagi rindu sama Lo, entar gue kirim dia ke kamar Lo yaa"

" ... "

" ... "

" ... HAHAHAHAH ... "

Tawa kami pecah dalam sesaat. Tak terasa, malam itu benar benar terasa berbeda dari biasanya. Walau begitu, terbesit rasa sedih dalam diri ku.

" Ngomong ngomong, Fi, ini untuk mu" ujar nya sembari memberikan sebuah buku. Buku yang begitu ku kenal, bahkan sampai membuat senyuman di bibirku hilang seketika.

Novel lovely Princess

"Katanya ceritanya bagus "

Gulp

Aku menelan Saliva ku. Tangan ku sedikit bergetar kala menerima novel itu dari tangan Ari. Namun, aku mencoba menghela nafas pelan, berusaha menunjukkan raut ku yang seperti biasanya kepada Ari.

" Makasih, Ari ..... Pasti bakal gue baca "

Aku kembali menatap buku itu, senyum ku sejenak pudar. Beberapa ingatan yang lalu kembali teringat dalam pikiranku. Jika dipikir-pikir, semuanya berasal dari buku ini.

Setidaknya, novel ini yang akan membawa ku pada jalan yang baru. Jalan yang seharusnya ku tempuh.

...

"Bukannya dia anak pemimpin perusahaan xxx "

"Benarkah? Jika aku jadi dia aku pasti akan hidup bahagia selamanya"

" Tapi, aku dengar dari ayah ku, dia sama sekali tidak pernah di pedulikan oleh ayah "

"Ha? Benarkah? Jika begitu, lebih baik aku hidup biasa biasa saja. Hidup Seperti itu mungkin lebih tepat disebut hidup sebagai putri buangan"

" Benar, itu bukan lagi terlahir dengan sendok emas "

Berkali kali, berpuluh puluh kali, bahkan sampai sebelum saat terakhir ku aku selalu mendengar kata kata itu. Bahkan jika di sebut sebagai makanan sehari hari pun sudah terasa tidak layak lagi.

Ah, mungkin jika ku pikir lagi, hidup di kerajaan akan terasa lebih baik dari pada hidup di sini. Lagi lagi aku tak berdaya, bahkan untuk melihat wajah mereka aku tak sanggup lagi.

Ah, benar. Hidup ku ini terlihat mirip dengan Athanasia. Sekarang, mungkin aku sedikit mengerti mengapa aku bisa mengambil alih posisi Athanasia.

" Fiona " suara berat yang khas seorang pria memanggil nama ku, tanpa sadar, aku menoleh cepat ke arah suara, membuat ku terpaksa bertatapan dengan lelaki .... Yang tak seharusnya ku temui kali ini.

" Alex, untuk apa Lo di sini? "

" Ah itu " ia menggaruk tekuk nya seolah itu gatal. Semburat merah timbul di pipinya, matanya pun melirik lirik malu. Dulu, kupikir aku menyukainya, begitupun dirinya. Namun, kenyataannya " bi-bisa beri tau makanan apa yang di sukai oleh sepupu mu? "

Dia menyukai sepupuku

Itu tak lagi mengherankan bagi ku.

" Dia suka semuanya, asalkan kamu membuat nya dengan tulus"

"Be-begitu ...terima kasih " bibirnya yang membuat senyuman tulus masih saja membuatku terkesima. Namun, tetap saja, itu hanya perasaan yang telah lalu. Selepas kepergian nya, itu hanya akan menjadi senyuman hampa.

Sekarang yang menjadi masalahnya ...

"Lo gak pantes buat Alex, so, jangan dekatin dia lagi "

Plak

...

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang