Athanasia POV
Pagi ini, seperti biasa, aku menjalankan rutinitas sehari-hari yang biasa ku lakukan. Apalagi jika bukan memandang bosan dari balkon kamar ku. Hari ini Istana garnet dipenuhi yang namanya keributan. Para pelayan sedari tadi berlalu lalang, mempersiapkan segala yang dibutuhkan.
"Huft, berisik" ucapku kesal. Bagaimana tidak. Pagi pagi sekali, para pelayan sudah bangun dan membuat keributan. Bahkan dirinya pun harus terbangun dari mimpinya karena hal itu.
"Pagi pagi udah ribut aja, ngak tau apa orang lagi enak tidur. Kalau memang mau bangunin orang, kasih sesuatu yang menarik dikit napa?"
Sungguh, rasa bosan benar benar sudah menggerogoti diriku. Apalagi beberapa hari ini Lucas sudah tak pernah lagi mengunjungi ku. Rasanya benar benar membosankan.
Aku menatap ke bawah. Di sana terlihat beberapa pelayan yang berlalu lalang, memang debutante sebentar lagi. Jadi wajar jika semua orang menjadi begitu sibuk.
'apa boleh suatu saat aku mengambil tubuh ku kembali?'
Lagi lagi aku mengingat kata kata itu, kata kata yang diucapkan oleh Athanasia yang asli dalam mimpi ku beberapa hari yang lalu.
Yah aku sih ngak masalah dia ngambil tubuh ini. Toh ini memang bukan tubuh ku. Tapi, yang jadi pertanyaanku, kapan dia akan mengambil tubuh ini?
Inilah kebodohan ku, mengapa aku tidak menanyakan hal itu padanya?
"Yah ngak papa juga sih, pokoknya aku harus menikmati wajah wajah para cogan dulu sebelum aku pergi nanti"
Hehe, jarang jarang loh bisa hidup di kelilingi para cogan. Jadi sebaiknya kita nikmati dulu. Persetan dengan Claude, pokoknya sekarang nikmati saja hidup ini.
Lagi pula, bagaimana bisa Claude di lovely princess sangat berbeda dengan yang sekarang? Jika dipikir pikir bukankah itu ngak masuk akal? Claude yang begitu kejam bisa membiarkanku tinggal di istana miliknya, bukankah itu sangat aneh?
Sebenarnya dimana alurnya mulai berubah? Ditambah lagi ada beberapa orang yang tak ada di novelnya, ini benar benar aneh.
"Apa ini hal yang benar atau hal yang salah?"
Athanasia POV end
~~
"AYAHH!!"
Jennette berlari ke arah Claude yang sedang duduk dengan santainya. Setelah itu, Jennette memeluk Claude dengan senyum gembira. Sedangkan Claude hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa tersenyum sedikitpun.
"aku sangat merindukanmu, ayah"
"Hm, duduklah"
Setelah mendengar perkataan Claude, Jennette pun duduk di kursi yang sudah di sediakan.
"Apa ayah punya banyak pekerjaan?"
"Tidak"
Setelah mengatakan hal itu, Jennette terlihat menggigit bibirnya, beberapa kali ia juga mengetuk kursinya seolah olah ada sesuatu yang ingin dikatakan olehnya. Claude yang sadar pun akhirnya berkata " ada apa?"
"Eh...emm" Jennette semakin bersikap aneh, membuat Claude sedikit merasa jengkel
"Katakan saja"
Jennette tersentak, baru kali ini Claude memberi penekanan kepada dirinya. "Itu...... sebentar lagi aku akan mengikuti debutante ku, tapi, aku masih belum memiliki patner dansa"
"Jadi, siapa yang kau inginkan"
"Emm bagaimana dengan
Lucas?"
Claude seketika membelalakkan matanya saat mendengar perkataan dari putri emas nya ini. "Tidak, apa tidak ada yang lain?" Selama ini Claude terus menghindari Lucas, tapi bagaimana bisa putrinya ini meminta Lucas menjadi patnernya.
"Jadi Lucas juga tak bisa ya" ucap Jennette lesu. Tapi ia kembali menatap Claude dengan penuh harapan "bagaimana dengan Levin?"
Lagi lagi Claude membelalakkan matanya. "Apa kau yakin?" Bagaimana bisa Jennette memilih Levin sebagai partnernya, padahal sudah jelas waktu itu Levin menolak Jennette. Ya, Claude tau semuanya. Sebenarnya Levin hanya tertarik pada Athanasia. Ia sama sekali tidak tertarik dengan Jennette.
"Iya" Jennette mengangguk antusias "aku sangat yakin"
Sepertinya Jennette begitu yakin dengan pilihannya, tapi sepertinya tidak untuk Claude. 'kok anak gue milihnya yang susah susah sih?' mungkin seperti itu batin Claude saat ini.
"Hahhh" Claude menghela nafasnya sejenak sebelum melanjutkan kata katanya "sebenarnya ijekiel alpheus sudah menjadi patner dansa mu, Jennette"
Mendengar apa yang dikatakan oleh Claude, senyuman yang awalnya terpampang jelas kini luntur seketika. Tapi sepertinya Jennette sama sekali tidak dapat melakukan apa apa.
"Baiklah, ayah" Jennette mengangguk paham, sampai akhirnya ia pergi keluar dari ruangan milik Claude.
"Hahhh" selepas kepergian Jennette, Claude kembali menghela nafas panjang. Ia menatap keluar dari jendelanya.
"Felix, masuklah" ia memanggil Felix yang setia menunggu di luar untuk masuk ke dalam. "Bagaimana dengan dia, apa ia akan mengikuti debutante nya?"
"Maaf yang mulia-
Claude mengernyitkan alisnya, bingung mengapa Felix tak melanjutkan kalimatnya.
"Ada apa, katakan saja"
"Dari yang dikatakan oleh Lilian York, tuan putri Athanasia berkata tak akan datang pada debutante nya, yang mulia"
Mendengar perkataan dari Felix, Wajah Claude seketika mengeras "apa alasannya"
"Itu......saya juga tidak tau yang mulia"
"Hahhhh"
Bohong jika Claude tidak tau mengapa Athanasia tak ingin datang dalam debutante nya. Ia jelas tau bahwa Athanasia memilih untuk tidak datang karena tak ingin melihat Claude. Tapi bagaimana bisa Athanasia tak datang pada debutante nya sendiri? Padahal ini hanya sekali seumur hidup baginya.
Claude tak habis pikir, apa sebesar itu rasa benci Athanasia pada dirinya?
"Baiklah, kau boleh pergi, Felix"
Mendengar perintah dari Claude, Felix pun undur diri.
Selepas kepergian Felix. Claude kembali menghela nafas. Ingin rasanya ia pergi untuk menjemput Athanasia lalu menyuruhnya untuk datang ke debutante nya. Tapi terakhir kali ia melakukan itu, kebencian Athanasia kepadanya semakin bertambah. Ia hanya dapat berharap agar Athanasia mengubah keputusan nya.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
second life
FanfictionNama ku Fiona, orang yang mati di bunuh hanya untuk menyelamatkan orang yang bahkan tidak peduli aku masih hidup atau tidak. Aku pikir setelah mati, aku bisa terbebas dari semua penderitaan ku. Tapi sayangnya tuhan berkata lain. Saat aku membuka mat...