"Ini, tidak lucu! Sangat tidak lucu! Ngapain kita ke hutan pinus begini? Mau besuk Kunti, apa menghadiri Genderuwo sunat?!"
Teriakan itu, seakan membelah jalur rapat hutan pinus, menerbangkan burung-burung hutan yang semula memantau dari ranting pohon.
Sabda, pria tampan berusia 29 tahun, seorang dokter muda di bidang kulit dan kelamin. Dia tampak tidak menyukai kegiatan berburu mereka hari itu, yang nekat menyisiri hutan pinus Gunung Pancar Bogor. Tapi selama berjam-jam, mereka seakan sulit menemukan binatang buruan. Jangankan babi, kelinci, atau tupai. Bahkan burung saja tak mengenai sasaran tembak.
"Kalian sih yang punya ide ke sini. Sudah kubilang jangan ke sini. Ini tempat angker dari zaman Fira'un masih TK. Jadi jangankan hewannya bisa ditembak, setannya juga kagak!" gerutu Sabda, seraya melempar senapan anginnya ke tanah berumput.
Neo dan Jason, kedua sahabatnya saling berpandangan. Tapi kemudian, mereka malah ikut-ikutan meletakkan senapan mereka dengan lesu. Kini, tiga senapan angin jenis PCP (Pre Charged Pneumatic) itu, berserakan di tanah. Senapan yang memiliki tabung khusus berkapasitas maksimal 2500 psi itu, dilengkapi katup pemukul untuk menahan angin agar tidak bocor saat dipergunakan. Mereka sudah memuntahkan peluru puluhan kali dengan senapan-senapan itu tadi, tapi tak satupun hewan liar terkapar.
Ini aneh. Sangat aneh. Biasanya di hutan manapun, mereka akan panen hewan kecil. Apes-apesnya bawa ular pulang. Tapi hari itu, mereka malah merasa lelah karena seakan dipaksa berpacu untuk terus berjalan, atas dasar nafsu ingin menemukan hewan buruan.
"Kalo tau begini, mending gue berburu cewek." kini Jason ikut-ikutan melontarkan kekesalan.
"Memang sangat aneh hutan ini. Gila, kita kayak cuma muter-muter begini doang dari tadi. Kayak kesurupan nguber-nguber lutung yang terakhir tadi..." sahut Neo, sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari balik saku jaketnya.
Mereka memang tadi melihat seekor lutung atau Langur, jenis kelompok monyet Dunia Lama (hewan asli Asia atau Afrika) dari genus Trachypithecus, yang bergelayutan di atas pohon. Tubuhnya kecil langsing, berbulu hitam, bersuara nyaring tajam. Tapi dia sangat lincah melompat dari satu pohon, ke pohon yang lain. Termasuk sigap menghindar dari terjangan peluru.
Lutung itu anehnya tampak sendiri. Padahal untuk jenisnya, mereka biasanya hidup bergerombol dengan kepemimpinan dipegang seekor Lutung jantan. Sempat mereka mengira, bahwa lutung tersebut merupakan lutung jantan si Pemimpin yang sedang iseng memantau keamanan rimba.
"Mungkin juga kan tuh lutung lagi ngelayap nyari janda?" oceh Jason santai.
Neo dan Sabda tergelak, sambil membangun siasat untuk menjadikan si lutung sebagai satu-satunya hewan hasil buruan saat itu.
Tetapi nasib berkata lain. Si lutung ternyata jauh lebih lincah. Seperti menertawakan tembakan nyasar ketiganya, lutung itu malah terus berteriak nyaring, bolak-balik melompat di antara pohon. Lalu menghilang. Tapi nanti dia muncul kembali, dengan teriakan nyaring melengking. Seperti saat itu, ketika sebatang rokok yang dihisap Neo belum habis, tiba-tiba si lutung kembali dan malah jungkir balik dari dahan pohon ke pohon pinus, jatuh di rimbunan belukar besar, dan lanjut melengking nyaring untuk liar kembali bergelayutan.
"Lutung kampret itu! Lutung setan!" teriak Sabda lagi, kali ini sambil meraih senapan yang tadi dilemparkannya.
Dia mulai menarik bagian popor senapan dengan kuat ke arah bahu. Kakinya juga mulai dilebarkan, sebelum agak menekuk lutut dengan tubuh miring sekitar 40 derajat, ke arah sasaran. Sabda, sungguh nampak gagah saat menempelkan pipinya pada senapan ditangannya, memiliki aperture sight (teropong untuk membidik) sekitar setengah dari larasnya. Ketika tiba-tiba dia menarik pelatuk, secepat itu pula lutung malang itu tertembak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Historical FictionSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...