Purbasari, memperhatikan Arga Seta yang telaten meletakkan tumbukan dedaunan di dadanya, lalu menutupnya dengan kain. Tak ada darah lagi, tapi luka belum kering.
"Masih belum mengering, sebaiknya kau bersabar." kata Agra Seta, lembut.
Purbasari tersenyum, lalu bangkit dari pembaringan, dibantu Agra Seta. Entah sudah berapa hari dia tinggal digubuk pria itu. Diurus dengan baik sekali. Perlahan, Purbasari mulai menyukai cara Agra Seta memperlakukan wanita. Dia sangat mampu mengguncang hati. Perhatian, kepedulian, hingga ucapannya terasa begitu mendebarkan. Kini Purbasari paham, mengapa Purbararang dulu sempat begitu mencintainya. Agra Seta ternyata bukan hanya tampan, tetapi juga mengagumkan.
"Apa... kau tidak menjalin hubungan lagi dengan wanita lain, sesudah berpisah dengan Nilam Sari?" tanya Purbasari.
Agra Seta yang duduk di sebelahnya hanya tersenyum,"Menurutmu, siapa yang bisa menerima pria tak berkaki dan tanpa kelamin sepertiku? Aku tak lebih seperti kasim istana yang tak ada gairah terhadap wanita. Tetapi cintaku hanya satu, Nilam Sari yang telah tiada."
"Lalu, mengapa kau masih ingin mencari jasadnya?"
"Untuk menyatukannya, agar dia bisa kembali ke nirwana."
Purbasari menghela nafas,"Kau ternyata sangat mencintainya."
"Selalu, bahkan di setiap detak nafasku, aku mengingatnya."
"Dahsyat ya cinta itu? Aku, karena cinta, mencintai Guruminda meski dia berwujud seekor lutung. Lalu si Sukriya, meski telah dikhianati Abah Janitra dulunya, sampai nekat memanfaatku untuk dapat hidup bersama dengannya."
"Kita, pecinta sesungguhnya Puteri. Tetapi kalau si Sukriya, dia bukan. Wanita itu tak lebih dari pengumbar syahwat. Nafsu untuk menunjukkan pada dunia, bahwa dia memang layak untuk dicinta. Tetapi kenyataannya, dia tak lebih dari seseorang yang mengejar bayangan. Palsu!"
"Maksudmu?"
Arga Setra lalu menunjuk sesuatu di luar jendela gubuknya. "Desa Buana Panca Tengah, telah terlihat lagi. Mereka muncul kembali. Ada kau lihat sesuatu di sana?"
Purbasari terpana. Dia melihat sosok Janitra yang sibuk mengumpulkan dedaunan dan buah hutan, tapi pria itu selalu diikuti seekor anjing yang tampak kurus dan korengan. Meski Janitra terus mengusir anjing itu, tapi anjing tersebut tetap setia mengejarnya. "Abah sekarang diikuti anjing ke mana-mana?"
"Itu bukan anjing, Puteri. Itu si Sukriya!"
"Sukriya?" Purbasari melotot, lalu bergidik ngeri.
"Itulah karma bagi orang yang nekat menghalalkan segala cara untuk memaksakan diri melawan takdir. Sampai rela menghunus dadamu Puteri, dia kejam sekali. Dewata memang mengabulkan keinginannya untuk hidup bersama lagi dengan Janitra. Tetapi wujudnya berubah menjadi anjing."
"Ih, mengerikan sekali."
"Sukriya melakukan kebodohan. Sama sepertiku dulu, yang menginginkan Nilam Sari, tetapi tetap memanfaatkan ketulusan Purbararang. Akhirnya, aku kehilangan keduanya. Termasuk kedua kaki, dan kelaminku..."
Purbasari memandangi Agra Seta dengan sedih, lalu tertunduk. "Semua orang pastinya pernah melakukan kesalahan, bukan? Tapi setidaknya kau telah berubah. Kau bahkan bersedia untuk menolongku."
"Itu, karena Janitra menyayangimu."
"Menyayangiku?"
"Ya, karena kau anak Bhumi. Wanita yang sangat dicintainya."
"Oh..."
"Itu tandanya, dia tulus kepada ibumu. Karena sampai apapun yang menjadi bagian hidupnya, turut dicintai Janitra."
"Aku tak pernah bertemu ibuku. Ayahanda memisahkan kami sejak aku lahir. Bahkan ibuku mati tak lama kemudian."
"Prabu Tapa, terkenal sebagai pemimpin yang tangguh dan bijaksana. Kecuali, untuk urusan wanita-wanita yang melahirkan anak-anaknya. Sampai mati, mereka tetap dianggap selir pemuas nafsu. Baginya, Ratu hanya satu. Isteri sahnya."
"Cara pandang yang salah, bukan? Berpura-pura setia pada satu isteri, tetapi berselingkuh setiap hari."
Agra Seta tergelak,"Semua lelaki ada naluri begitu. Cuma ada yang cerdas mengontrol kelaminnya, ada yang tidak."
"Kalau seorang Guruminda, apakah seorang dewa juga berselingkuh?" Purbasari menatap Agra Seta dengan tajam, hatinya jadi gelisah.
"Entahlah. Aku tak bisa mengomentari itu." sahut Agra Seta. "Jangan pikirkan hal negatif, Puteri. Anda harus sehat. Lalu kita bisa berkuda ke Lembah Jurig. Aku mencari jasad Nilamku, dan anda mencari si Guruminda di situ."
"Apakah Guruminda masih hidup?"
"Aku yakin puteri."
"Tetapi, konon Hantu Kepala Buntung... bukankah hantu memiliki sifat buruk yang mengerikan? Seperti, menakuti, dan memanfaatkan manusia untuk kepentingannya?"
Agra Seta menggeleng,"Aku yakin, roh Nilam Sari berbeda. Dia tak akan seperti itu..."
(Bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/294189069-288-k34048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Historical FictionSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...