Rania menyentuh lengan pria itu. Dia sama sedihnya dengan Inge, yang seakan tak berhenti menangis. Sabda, kini menyusul koma, sama seperti Neo dan Jason. Setidaknya ini, tepat seminggu sejak pria tampan itu mendadak terkulai layu. Padahal sebelumnya, sehat.
Tak berapa lama, Rania ke luar ruangan, menemui petugas polisi dan pengacara Neo dan Jason. Karena kondisi Sabda yang koma, polisi pastinya menghentikan bentuk cecaran pertanyaan kepada pria malang itu. Bahkan termasuk keluarga Neo dan Jason, sepertinya juga mulai mengerem diri untuk tidak terus menuntut lebih jauh.
"Sama-sama terluka, sama-sama parah. Di mana letak cobaan pembunuhan atau kesengajaan dari Sabda? Bahkan luka ditubuh Sabda lebih parah. Dia beberapa kali mengalami kritis. Mamanya bahkan sudah memesan kain kafan dan tanah kuburan," tanya Rania, pada Sutomo, pengacara keluarga Neo dan Jason, saat petugas polisi pergi.
Sutomo berdehem, dia tidak bisa membenarkan pernyataan Rania, karena mereka sedang berlawanan. "Saya turut sedih dengan kondisi Mas Sabda, Rania. Tetapi tindakan pelaporan dari klien saya, juga tidak bisa dipersalahkan."
Rania menatap Sutomo,"Tetapi semua ini bisa dibicarakan, bukan? Bung Tom, kita saling mengenal lama, saya yakin anda tahu niat baik saya. Biaya perawatan Neo dan Jason ditanggung penuh...."
"Anda tahu ini bukan soal klien anda bakal mangkir dari kewajiban pengobatan Mas Neo dan Mas Jason. Mereka juga keluarga kaya..."
"Saya tahu, Bung Tom! Saya paham. Maksud saya... ah, ini seperti kisah tiga anak lelaki yang naik motor bertiga. Sabda yang mengendarai, karena Neo dan Jason ingin membonceng di belakang. Lalu semua kecelakaan. Apa harus menyalahkan Sabda? Siapa yang ingin ikut di dalam mobilnya, bertualang ke hutan untuk berburu, dan itu sudah dilakukan bertahun-tahun. Bukan baru kemarin."
"Saya mengerti, tetapi kelalaian..."
"Sabda tidak mabuk, bukan? Sudah dicek, beliau tidak sedang mabuk. Mengantuk juga tidak. Tetapi lelah, itu mungkin. Entah apa yang terjadi saat di hutan, sehingga Sabda bisa menceracau tentang hal aneh. Kondisi psikisnya terganggu, tapi tak diketahui sebabnya. Dan kalau memang kondisi jiwa Sabda terganggu, mengapa Neo dan Jason membiarkannya menyetir mobil?"
"Nilam, gadis itu. Dia bilang, Neo dan Jason tertidur."
"Lalu kenapa seenaknya tertidur, dan membiarkan yang punya mobil menyetir? Sudah numpang, jadi bos pula. Siapa di sini yang melakukan unsur kesengajaan untuk memanfaatkan?"
"Rania, anda sedang berusaha mengancam saya?"
"Tidak, Bung Tom. Saya sedang mengatakan pada anda, bahwa klien saya juga bisa melakukan tuntutan balik."
"Atas dasar apa?"
Rania tersenyum,"Semua orang berhak memperjuangkan haknya bukan?"
"Tapi klien anda bersalah!"
"Tidak ngebut, tidak ngantuk, tidak mabuk, tidak narkoba. Dan kondisinya lebih parah dari korban lainnya! Lalu, apa dia keluarganya juga kehilangan hak untuk menuntut keadilan? Anak-anak klien anda memanfaatkan anaknya, lho. Apa tidak malu?"
Sutomo tertawa,"Rania, kita tidak sedang membahas kasus anak kecil. Ini tidak bijaksana!"
"Lalu, apanya yang kecil? Sifatnya? Senang memanfaatkan orang? Dia ngotot pengen ikut, giliran kecelakaan dia yang nuntut. Ini tidak masuk akal bagi keluarga klien saya, dan keluarga klien saya yang kenal sejak lama. Berhubungan akrab! Orang tak saling kenal saja, jadi korban kecelakaan lalin, bisa saling memaafkan. Ini siapa yang sebetulnya kurang bijaksana?"
Rania menghela nafas, mengenang percakapannya dengan Sutomo yang tak berakhir dengan baik. Dia lalu mengunjungi ruang Neo dan kemudian Jason. Mereka seperti sedang tertidur lelap. Rania lanjut mengunjungi ruangan Nilam Sari. Tetapi ketika akan masuk, tiba-tiba dia melihat dokter dan perawat tampak berlarian masuk ke kamar itu.
"Pasien atas nama Nilam Sari, telah meninggal dunia." kata seorang perawat yang baru ke luar ruangan Nilam Sari, dan langsung dicegat Rania.
Jelang maghrib itu, seorang kakek tua datang menjemput jenazah Rania di rumah sakit. Inge mengucapkan belasungkawa sekaligus permohonan maaf didampingi Rania, mewakili Sabda. Bahkan Inge berusaha mengurus pemakaman Nilam Sari, serta memberikan uang duka cita. Tetapi Kakek itu menggeleng.
"Saya Lengkung, Kakeknya Nilam Sari. Kami sekeluarga tidak menyalahkan putera anda, Bu. Tidak perlu juga ada ganti rugi dan semacamnya. Justru kami sangat berterima kasih karena putera Ibu sudah bersedia mengantarkan cucu saya," kata Kakek Lengkung.
Rania memandangi si Kakek yang masuk ke mobil ambulans yang membawa jenazah Nilam Sari pulang. Entah pulang ke mana, pria tua itu enggan menyebutkan. Suatu hal yang sedikit aneh bagi Rania, namun menurut Inge, itu justru hal biasa.
"Banyak orang sederhana yang jauh lebih bijaksana dari pada orang-orang kaya. Contohnya keluarga Nilam ini. Bandingkan dengan keluarga Neo dan Jason, huh, jauh!" kata Inge, sebelum meninggalkan Rania.
Rania terdiam. Dia berdiri di lorong rumah sakit. Sesuatu seperti menyentuh bagian leher belakangnya, membuatnya cepat menoleh. Tapi sepi. Lorong itu hanya ada dirinya, tadi ada orang lain di situ. Rania menghela nafas, lalu melanjutkan langkahnya untuk kembali ke ruangan Sabda. Tetapi di tikungan lorong, dia bertabrakan dengan seorang wanita yang memakai kain tenun ikat sutra dan kebaya sunda berwarna merah.
"Maaf," kata Rania.
Wanita itu tersenyum,"Gunung Teu Meunang di Lebur, Sagara Teu Meunang di Ruksak, Buyut Teu Meunang di Rempak. Intinya jangan merusak alam, weh kitu. Segala hewan ditembak, buat apa coba? Buat kesenangan? Ini teh malah lutung dibikin mati. Lupa dia kalau kakek moyangnya juga pernah jadi lutung?" katanya, sebelum lanjut melangkah.
Rania menoleh, mengernyitkan dahinya dengan bingung. "Ngomong apaan sih? Nggak ngerti deh." keluh Rania.
Tapi ketika akan melangkah, Rania tiba-tiba teringat sesuatu. Dia merasa sangat kenal dengan wajah itu. Namun ketika dia kembali menoleh, wanita itu sudah tidak ada.
(Bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/294189069-288-k34048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Tiểu thuyết Lịch sửSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...