02: Buana Panca Tengah

285 62 6
                                    

Hari tiba-tiba pagi. Neo dan Jason terbangun dalam keadaan berselimut kain putih penuh bunga. Persis seperti orang mati. Tetapi justru yang membuat mereka terkejut, adalah keadaan Sabda yang seluruh tubuhnya kini penuh bulu. Dia duduk pasrah di atas kursi kayu, sementara di bawah kakinya banyak orang yang berusaha untuk menyembah dan mencium bulu kakinya yang lebat tiada tara.

"Sakit jiwa orang-orang ini," gerutu Jason, sambil merangkak mendekati Neo yang masih ternganga. "Kita pulang yuk, cepetan kabur! Ternyata di hutan ini ada suku terbelakang yang hobi mencium bulu kaki. Hiyy!!"

Tapi Neo tetap diam, dia mendadak kembali lemas melihat wujud Sabda yang berubah mirip gorila. Karena lutung tak ada yang setinggi dan sebesar dia. Neo ingin segera menarik Sabda untuk melarikan diri, tetapi pria tua yang pernah memberikan cipratan air kepada mereka tiba-tiba mendekat, dan duduk berlutut di depan mereka.

"Saya, Janitra, Ketua Adat Buana Panca Tengah." katanya, seraya memberikan hormat. "Pasti, kalian ini adalah anak buahnya Sang Hyang Guruminda, yakni Jayendra dan Nayaka. Kisah kedatangan kalian, sudah diramalkan Ki Anom Ksatria sejak seratus purnama. Dan tanda-tanda tempat kedatangan mahluk kahyangan yang disebutkan beliau, adalah Wilayah Dunia yang memiliki Lima waktu, yang berputar pada poros penyeimbang kebijaksanaan, atau tengah. Itulah Buana Panca Tengah, wilayah ini."

Jason menggelengkan kepalanya,"Ini apaan sih?"

Neo hanya bisa menoleh sesaat, dan menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal, sebelum memandangi Janitra. "Jadi begini ya, Pak. Maaf sebelumnya ya. Jadi kami ini, bukan orang-orang yang Bapak maksud. Nama saya Neo, yang sebelah saya Jason, lalu yang terlanjur berbulu lebat itu adalah Sabda. Entah bagaimana ceritanya dia tiba-tiba berbulu selebat itu, tapi tolong...tolong kami ya, Pak. Kalau ada alat cukur, kami pinjam sebentar untuk nyukur si Sabda."

Janitra tertegun sesaat, sebelum tersenyum. "Saya tahu, Mahluk Kahyangan, tidak akan pernah mengaku berasal dari Kahyangan."

"Terserah bapak deh, tapi tolong bantu kami mengobati bulu lebat kawan kami itu agar rontok. Kasihan Pak, kayak monyet jelek begitu. Entah kelebihan hormon atau habis menelan obat penumbuh jambang. Aneh juga tuh orang, padahal dia Dokter Spesialis Kulit, kok nggak bisa mengatasi masalah begituan..." jelas Neo, berusaha tidak berdebat.

"Monyet jelek?" Janitra tiba-tiba berubah murung. "Hanoman tidak bisa dikatakan buruk. Dewa kera putih itu, merupakan putera Btara Bayu dan Dewi Anjani, wanita yang sebelumnya adalah bidadari. Hanoman adalah saudara Bima, beliau juga keponakan dari Subali dan Sugriwa. Kami juga memujanya!"

Neo terdiam, dia merasa bersalah. Dengan kesal, Jason memukul pundaknya. "Body shaming lu, parah!"

"Hei, sudah! Sudah!" tiba-tiba terdengar suara Sabda, yang bangkit dari kursi sambil berusaha lepas dari orang-orang yang ingin mencium betisnya. Dia jadi merasa menyesal telah mengenakan celana selutut saat berburu.

"Sang Hyang Guruminda!" teriak Janitra, sambil bersujud.

Sabda hanya bisa menggaruk-garuk tubuhnya, sampai Janitra bangkit dan berlutut. Dia mulai berpikir untuk menyudahi segala hal yang membingungkan tersebut. "Apakah ada cara, agar saya bisa lepas dari bulu-bulu hitam panjang ini? Saya ingin wujud saya kembali ke semula."

Janitra yang berlutut lalu menangkupkan kedua tangannya,"Ada, Sang Hyang Guruminda. Semua sudah tertulis di dalam kitab Ki Anom Ksatria, sebelum beliau moksa."

"Oke, apa itu?"

"Sang Hyang Guruminda harus mampu mengobati penyakit Puteri Purbasari Ayuwangi, dari Kerajaan Batang, yang sedang diusir oleh Saudaranya, Purbararang."

"Hah?!"

Tak berapa lama kemudian, muncul iring-iringan yang mengawal seorang perempuan untuk menghadap Sabda yang dikira Guruminda. Perempuan itu, berpakaian kemben kuning keemasan yang berkilauan, dengan mahkota perak dengan butiran batu merah delima. Tetapi dia selalu menggaruk kulitnya, yang tampak terlihat berbintil mengerak serta bersisik, sangat menjijikan.

Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang