"Wanita gila, kenal kau saja kagak!"
Jason meloncat-loncat jijik, seraya menepis-nepis lengannya yang baru dipegang Sabda. Situasi jadi kacau. Para dayang mulai sibuk memegangi tubuh Sabda yang berontak marah.
"Kepala bapak lu, ya! Bisa-bisa lu lupa sama gue?" teriak Sabda.
"Lha, emang lu siapa? Ketemu juga baru sekarang!" sahut Jason, makin marah.
"Gue kenal lu dari bocah piyik, setan! Kena amnesia apa begimana lu, Jason? Gue Sabda! Kemarin gue dikutuk jadi lutung. Nah sekarang malah jadi wanita jadi-jadian kek begini. Sebelah muka cakep, sebelah lagi berbulu. Mana tetek gue jadi gede banget begini. Najis gue malah rutin jadi korban pencabulan prajurit-prajurit anjing di sini. Nah, lu! Bukannya tolongin gue sama si Neo, malah enak-enak aja!"
Jason terdiam. Dia memandangi wanita aneh yang kini masih dipegangi banyak dayang. Sungguh, dia sulit percaya jika Sabda berubah jadi wanita. Kalau jadi lutung, dia masih percaya, karena wujudnya tak terlalu berubah, kecuali hanya penuh bulu saja. Nah ini, jadi wanita buruk rupa, dengan tubuk semok serba gede ukuran organnya? Jason mendadak merinding.
"Aku...aku..."
"Jason, ingatlah tentang dunia nyata kita! Ini bukan dunia kita yang asli. Aku sudah sempat kembali ke dunia nyata dengan membawa tubuh aslimu dan Neo. Tapi mobilku kecelakaan, hingga membuat kalian koma. Aku stres dituntut keluarga kalian karena membuat kalian seperti itu. Aku bingung! Jadi aku kembali untuk menjemput roh kalian, agar kembali bersatu dengan raga!"
"Kamu ngomong apa? Aku tidak mengerti..."
"Ada Puteri... ada Puteri...." tiba-tiba seorang dayang berteriak saat memasuki ruangan, membuat semua orang terdiam.
"Ada apa ini?" tanya Purwadewata, yang langsung meminta Jason untuk cepat meninggalkan tempat itu. "Sepertinya anda salah masuk ruangan. Ruangan Lomba adu masak dan adu sasak rambut, terletak di sebelah tempat ini. Silahkan ke luar."
Jason mengangguk, lalu membalikkan badan, dia masih sempat menoleh pada wanita yang terus mengaku sebagai Sabda itu. Tetapi Kepala Dayang, cepat mendorong tubuhnya untuk cepat menjauh.
"Cepat pergi, Tuan. Tolong jangan berurusan dengan Puteri Dewata," kata Kepala Dayang yang tiba-tiba muncul, dan terus berusaha mengawal langkah Jason. "Terus, jalan terus, Tuan. Saya akan tunjukkan tempat lomba berlangsung."
Jason tak menjawab, tetapi ketika mereka mulai agak jauh dan suasana sudah sepi, dia menghentikan langkahnya. "Siapa wanita itu tadi?" tanyanya.
"Itu kawan saya, dayang di istana ini. Namanya Nilam Sari." jawab Kepala Dayang, seraya menoleh ke segala arah, khawatir ada yang melihat. "Dia akan dipaksa menikah dengan mantan Hulubalang, si Gajah Messa. Semacam pernyataan jika dia telah diceraikan Ratu Purbasari, jadi dicarikan isteri baru. Tapi sepertinya dia kesurupan roh dari lutung yang telah mati di Lembah Jurig."
"Roh lutung?" Jason mendadak gemetar. Maksudmu si Sabda, eh, si lutung temanku itu sudah mati?"
"Semua yang dibuang ke Lembah Jurig, itu pasti mati, Tuan."
"Tidak, aku tidak percaya! Sebab wanita tadi itu bilang, jika dia adalah Sabda."
"Itu namanya kesurupan, Tuan. Saya ini kenal Nilam Sari selama bertahun-tahun, dia asli wanita. Lihat saja payudaranya, menyembul bagai dua biji semangka. Pokoknya dia itu dayang paling aduhai di sini, sayang wajahnya kurang mendukung. Jika tidak, pasti dia dari dulu sudah jadi selir atau isteri pejabat istana."
"Jadi, Nilam Sari itu memang ada? Lalu si Sabda telah mati? Oh, Tuhan...." Jason mendadak terduduk di lantai dengan lesu. Dia mendadak baru tersadar dengan jalur kehidupan nyata yang sebenarnya.
Mengapa dia lupa, jika kehidupan di istana Pasir Batang tak lebih dari ilusi? Apakah karena gairah hubungan laknat dengan Ratu Purbararang telah membuatnya mabuk kepayang?
Bahkan kini, dia menganggap Neo sebagai saingan, untuk mengisi posisi sebagai suami si ratu yang penuh godaan menggairahkan tersebut. Seperti orang bodoh, kini mereka diadu dalam lomba masak dan menata rambut. Berusaha mendapatkan kursi sebagai pasangan tetap, dan sisanya selir. Aturan dari mana itu? Sungguh Jason merasa benar-benar diperalat dan rendah, melalui syahwatnya.
"Kenapa kau?"
Jason yang masih terduduk di lantai, menoleh. Dia melihat Neo sedang memegang leher seekor entog gemuk. Temannya itu, tidak mau kalah dibidang lomba masak, sebagaimana Jason tak sudi dikalahkan urusan penataan rambut. Tampaknya Neo telah sukses mendapatkan bebek gemuk yang akan dimasaknya nanti, saat Jason tengah putus asa mendengar Sabda kini telah menjadi semacam roh.
"Sudahi semua ini, Neo. Purbararang memang sangat menggairahkan, tetapi di dunia nyata, ada seribu gadis yang dapat menggantikan. Ayo, kita temukan jalan pulang! Sabda sudah mati!" kata Jason, seraya mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh.
"Apa maksudmu?!" teriak Neo, yang mendadak melepaskan pegangannya dari leher entog. Bebek itu lalu seketika berlari ke sana-ke mari untuk menyelamatkan diri, menuai keributan, dan mulai terdengar pula suara kedatangan dayang dan prajurit.
"Ayo, Tuan. Cepat sembunyi!" kata Kepala Dayang, seraya memberi kode untuk berlari ke arah gudang padi.
(Bersambung)
![](https://img.wattpad.com/cover/294189069-288-k34048.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Ficción históricaSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...