Purbararang meremas sapu tangan ditangannya, usai mendengar laporan dari sang prajurit kepercayaannya.
Luar biasa, bathinnya. Gajah Messa ternyata bisa menarik semua pria dalam dekapannya ke istana kecilnya. Tapi untuk apa? Apakah sekedar hanya untuk membuatnya terluka?
Entah apa yang dijanjikan pria itu, kepada Nayaka dan Jayendra. Apakah janji untuk mempertemukan mereka dengan si Lutung? Bagaimanapun, mereka bertiga bersahabat akrab. Awalnya, Nayaka dan Jayendra sibuk memohon pada Purbararang agar bersedia mempertemukan dengan si Lutung yang mereka sebut sebagai Sabda. Tapi, seiring waktu, mereka seakan lupa dengan keinginan itu.
Semula, Purbararang mengira, kedua pemuda itu sudah luruh maruk akan pesonanya. Tetapi, ternyata dia salah. Ke duanya tiba-tiba berlari pergi begitu saja, mengikuti Gajah Messa yang mungkin telah memberikan iming-iming membahana.
"Tangkap Gajah Messa, penggal kepalanya!" Teriak Purbararang, dengan suara keras melengking tajam, menyelusup setiap sudut pendopo istana.
Para prajurit langsung bersimpuh, semua menyatakan patuh dengan penuh penghormatan. Kesibukan mulai terdengar di istana dengan gairah kebencian. Pedang-pedang licin tajam mulai disiapkan. Para prajurit terpilih itu, mulai sigap menaiki kuda-kuda terbaik khusus untuk di medan perang.
Hari itu, mereka harus membunuh seorang mantan Hulubalang, sekaligus suami dari Ratu mereka. Orang yang mestinya dilenyapkan sejak lama.
Jauh dari Kerajaan, di istana kecil Gajah Messa, Jason berupaya merayu dua penjaga untuk berkumpul di sudut gelap. Pahanya yang penuh bulu keriting, terpaksa diangkat setinggi mungkin, untuk membuat dua pria mesum itu basah berkeringat. Kedipan manja Jason, juga membuat jakun dua penjaga itu turun naik.
"Ada yang butuh digebuk, eh dipeluk Aa-Aa tamfaaaan....," rayu Jason, sambil mengibas-ngibaskan kainnya seperti matador yang menunggu banteng gila.
"Aiih, mau dong. Tapi lagi jaga, Neng!" Bisik si penjaga, sambil menjulurkan lidah yang bergetar, mirip ular.
"Aduuuh, udah nggak tahan ini pengen bertinju, eh...bercinta!"
"Ah, masa Neng?"
"Iya, Aa. Udah gatel tangan ingin meremukan eh, meremas anunya Aa...."
"Idiiih, jadi terangsang ini atuh Neng!"
"Aaaaaah....masa sih Aaaaaa...."
"Iya, atas bergetar, bawah jadi bergoyang neng...."
"Vibrator kali Aa...."
Para penjaga saling pandang, "Saha bangor?"
Jason terdiam. Lupa jika dia berada di alam yang berbeda. Mana tau orang kolot dengan vibrator?
"Aa... maksudnya pikirana kotor. Kotor nggak siiih, abis lihat yang seksih kek beginih?" Kata Jason, sambil terus memamerkan pahanya yang seperti pakis muda, rimbun dan keriting bulat.
"Atuh kotor neng, kalo begituh..."
"Ya, sok atuh cari tempat gih."
"Aduh, nantang neng?"
"Emang nggak kuat Aa?"
"Kuat dong!"
"Bohong, weeekkk...." Jason melet-melet seperti kadal sebelum berlari manja.
Dua penjaga berlari, ganas mengejar Jason yang terus menggoda dengan tawanya yang seperti keledai sedang menstruasi. Manja-manja ngeri.
"Jijik banget ih si Jason," gerutu Sabda, sebelum bergegas mengikuti kepala dayang memasuki kamar Gajah Messa.
"Stt..." Kepala Dayang menyilangkan telunjuk di bibir, saat melihat Sabda melangkah tergesa."Biar aku yang masuk, kau tunggu di depan."
"Kok begitu?" Protes Sabda.
"Diamlah, aku bisa mencari kepala Nilam. Jika tertangkap, aku juga bisa merayunya. Kau, harus mengalihkan penjaga lain yang bisa tiba-tiba datang."
"Oh, begitu?"
Sabda menurut, dia lalu berdiri di depan pintu. Meski hatinya gelisah. Dia tidak cukup yakin jika Kepala Dayang bisa melakukan tugas mengerikan tersebut. Tetapi dia tak punya pilihan. Meski kemudian dia melihat Jason dengan langkah cepat dan marah.
"Lega aku bisa meremukkan tulang mereka!" Gerutu Jason, sambil melempar kemben dan sanggul serta dada palsunya. Kini dia hanya bertelanjang dada, dengan celana kolor hitam sebatas lutut. "Sudah jenuh aku jadi banci."
"Kau bikin mati mereka?"
"Ya, tentu saja! Mereka meremas pantatku! Anjing kan?"
Sabda tertawa,"Setidaknya, kau kembali bisa jadi wujudmu. Nah aku?"
Jason menggaruk kepalanya,"Bingung aku melihatmu dengan dada sebesar itu."
"Eh, bacot! Diem lu!"
"Iye, iye.... sekarang, kenapa lu di luar? Mana si Kepala Dayang?"
Sabda mengangkat bahu,"Katanya dia pengen masuk ke dalam sendiri. Aku disuruh jaga di luar, takut ada penjaga lain."
"Nah, itu penjaga lain datang!"
Sabda melotot, sementara Jason langsung menariknya untuk cepat masuk ke kamar Gajah Messa.
"Mereka menuju ke sini, ayo cepat!"
Pintu terbuka, lalu mereka bergegas masuk dan menutup pintu. Jantung mereka berdegup keras. Tapi makin berdegup keras, ketika melihat sesuatu di depan mereka.
Di hadapan mereka, kini ada tubuh Gajah Messa yang terkapar di atas ranjang dengan tubuh terpisah. Kepalanya, sudah berada di lantai, berlumuran darah. Anehnya, tak ada Kepala Dayang di sana. Mereka, hanya melihat tengkorak dengan rambut panjang di atas kain putih di atas meja sebelah tempat tidur Gajah Messa.
"Ke... kepala Dayang menghilang!" Jerit Sabda.
Jason, langsung maju. Dia berkeliling memeriksa keadaan, sebelum membungkus kepala tengkorak dengan kain putih,"Pasti ini kepala Dewi Nilam Sari. Kita harus membawanya!"
Sabda tak bisa bicara, kakinya mendadak lemas. Apa yang telah terjadi? Jerit hatinya. Apa lagi sih ini?
Tiba-tiba, pintu kamar Gajah Messa diketuk. Sabda dan Jason saling berpandangan. Mereka bingung, harus melakukan apa.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamar, makin gencar diketuk.
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Historical FictionSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...