JEDUG!!
"Ouwh..."
Sabda merasa jidatnya terbentur sesuatu. Lalu dia bangkit, sambil mengelus bagian itu. Kepalanya terasa pusing, dan penglihatan menjadi samar.
"Aduh, ku naon si neng geulis nepi bisa labuh kapantog ngagubrag kitu?"
Sabda celingukan. Seseorang seperti baru saja menjawil dagunya. Dia berupaya mencari asal suara, lalu mengucek-ngucek matanya dengan tergesa. Siapa yang geulis? Pikirnya, bingung. Lalu ketika dia membuka mata, tiba-tiba jantungnya seakan copot. Ada tiga pria berpakaian ala prajurit kerajaan yang berdiri di depannya dengan sikap ganas dan tatapan mesum.
"Bilang aja atuh, pengen diraba-raba prajurit jaga neng," kedip salah satu prajurit, usai berjongkok di depannya, sementara yang lainnya tertawa jalang.
Sabda bengong. Dia melihat sekeliling. Tak ada wanita di sana, hanya dirinya yang baru saja membentur pintu kayu, dan tiga prajurit aneh yang tingkahnya menjijikkan. Di mana Nilam? Pikir Sabda kesal. Mengapa Hantu Kepala Buntung itu malah membawanya ke alam yang berbeda? Mati gue, nyasar ke kerajaan yang prajuritnya pada homo semua, keluh Sabda.
"Usah malu-malu atuh, neng. Kalo atel, kadieu, engkang garuk. Ahaaii..." lanjut prajurit yang berjongkok, sambil mencoba menjamah bagian dada Sabda.
"Anjing lu ya!" bentak Sabda, seraya melayangkan tinju, tapi tangannya malah dipegang si prajurit dengan gemas.
Sabda melongo, melihat tangannya yang berubah ramping, putih dan halus mulus. Dia cepat menarik tangan itu. Tapi dia kembali kaget, saat melihat tubuhnya berubah montok seksi dengan kemben setengah terbuka,"Innalilahi, berubah jadi apa lagi gue ya?" gumamnya putus asa. Mendadak dia menyesal menuruti bujukan Nilam Sari untuk pindah alam begini. Dulu jadi lutung, sekarang malah jadi cewek seksi.
"Lepaskan dia!"
Sabda menoleh, juga ketiga prajurit gatal yang langsung sigap berdiri dan berteriak,"Baik, Kepala Dayang!"
Wanita itu, memakai kebaya putih, sanggul besarnya terselip konde perak. Dia berbeda dengan beberapa wanita dibelakangnya yang hanya mengenakan kemben seperti yang dikenakan Sabda. Dia dengan berani mendekati prajurit dan melayangkan tamparan ke wajah ketiganya yang cuma bisa meringis.
"Sudah kubilang berkali-kali, jangan pernah berani-berani mengganggu anak buahku. Aku ini Kepala Dayang. Jabatanku lebih tinggi dari kalian di istana ini. Jika aku menyampaikan ini kepada salah satu puteri atau bahkan Ratu, kalian bisa kehilangan kepala. Paham?" bentak Kepala Dayang.
"I-iya, Kepala Dayang. Ma-maafkan kami! Tadi kami cuma mau menghibur si eneng dayang ini, yang habis kebentur pintu kepalanya." kata para prajurit itu tampak bergetar.
"Kok bisa?"
"Betul, Kepala Dayang. Kami lihat dia tiba-tiba muncul dan kepalanya membentur pintu dengan keras."
Kepala Dayang melotot, lalu mengusir para prajurit pergi, sebelum memberi kode kepada Sabda untuk cepat bangkit berdiri. "Sebaiknya kau jangan pernah melangkah sendirian, Nilam Sari."
"Ni-nilam Sari?" tanya Sabda, bingung.
"Ya, kau pikir, siapa dirimu? Apa kau kena penyakit linglung setelah menabrak pintu?"
Sabda mengepalkan kedua tangannya. Dia serasa ingin memukuli Nilam Sari, jika bertemu lagi dengan Hantu Kepala Buntung itu. Kembali ke dunia lain, dengan tubuh seorang wanita, apa itu tidak menimbulkan masalah baru? Lalu, apa tujuannya kembali ke dunia lampau itu, jika fisiknya saja jauh berubah?
"Nilam, sekarang kamu harus menggantikan aku untuk sementara. Sebab aku ditugasi Puteri Purbadewata untuk menyelidiki sesuatu."
Sabda tak menjawab, dia malah sibuk memperhatikan betis dan pahanya yang begitu mulus dan ramping, serta menyentuh payudaranya dengan takut.
Kepala Dayang hanya memandanginya dengan bingung, lalu meninggalkan Sabda dengan kesal. "Aku akan menyuruh Dayang Lembar untuk menggantikan aku sementara waktu. Karena nampaknya Dayang Nilam agak kurang meyakinkan jika diberi amanah." ujar Kepala Dayang, yang dibenarkan anak buahnya.
"Aaaaah.... wajahku kenapa berbulu hitam separuh?!"
Kepala Dayang menoleh. Dia melihat Nilam Sari menjerit saat melihat wajahnya di cermin besar dekat pintu. "Ada apa dengan kau ini, Nilam? Wajahmu berbulu separuh, itu sudah sejak dulu. Kalau wajahmu mulus, pasti kau sudah jadi selir, bukan cuma dayang! Badanmu memang mulus, tapi wajahmu tidak. Jadi, terimalah takdirmu!"
Sabda menatap sedih wajahnya di cermin. Separuh wajah cantik di cermin, separuh lagi penuh bulu panjang kehitaman seperti lutung.
"Bangsat kau Nilam Sari," gerutu Sabda, marah.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Ficción históricaSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...