38. Sadar

159 42 9
                                    

Rania, sedang bersiap menuju parkiran rumah sakit untuk kembali ke kantornya, ketika ponselnya berbunyi. Mama Sabda menelponnya, lalu dia sigap berlari memasuki rumah sakit kembali.

Lorong-lorong rumah sakit seakan begitu ramai kali ini, sehingga dia tampak kesulitan untuk sekedar lewat. Ruangan lantai 4, meski bisa dijangkau dengan lift, mendadak jadi terasa jauh.

"Sabda sudah sadar! Sudah!" Teriak Mama Sabda, yang langsung memeluknya sambil menangis.

Jantung Rania berdegub kencang, entah kaget, atau bahagia. Dia bisa melihat dari kaca luar ruangan perawatan Sabda, di mana begitu banyak tenaga kesehatan mendadak berkumpul di sana.

Ini bukan kejutan pertama baginya. Sebab seminggu sebelumnya, Jason dan Neo lebih dahulu sadar dari koma. Ini sangat melegakan kubunya, sebab kedua pemuda itu akhirnya bercerita tentang sebuah peristiwa yang sulit diterima akal, tapi betul terjadi, sehingga tidak bisa menyalahkan Sabda dalam hal ini.

Sungguh Rania bingung awalnya, saat Jason dan Neo mengungkap tentang Lutung, Purbasari, Purbararang, Gajah Messa, hingga Nilam Sari. Kisah apa ini, pikirnya.

Tetapi ketika dia membuka cerita-cerita legenda lama, baru dia sedikit paham. Ada banyak cerita seperti itu, tetapi dengan beragam versi. Cuma dia tidak menemukan hubungan kisah Purbasari dengan Lutung Kasarung alias Guruminda. Beda zaman, beda alur, beda cerita. Apalagi ini digabung pula dengan si Nilam Sari alias Hantu Kepala Buntung dari Lembah Jurig, cerita dari mana pula itu?

Sabda, ketika bisa ditemui Rania, juga tak mengatakan apapun. Dia hanya bisa diam, juga banyak melamun. Tiga hari berikutnya, dia juga masih di rumah sakit, meski Neo dan Jason sudah pulang.

"Dia, tidak ingin aku kembali..." Kata Sabda tiba-tiba, membuat Rania dan Mamanya menoleh.

"Siapa yang tidak ingin kamu kembali?" Tanya Rania, mendekati Sabda yang masih terbaring lemah.

"Nilam...," sahutnya lirih.

Rania mengernyitkan dahi,"Nilam siapa?"

"Nilam Sari."

"Cewek yang kecelakaan denganmu kemarin?"

"Dewi Nilam Sari. Dia ingin aku menemaninya di sana. Lembah Jurig. Itu sebab dia lambat melepasku. Malah Neo dan Jason yang dibiarkan pergi. Aku masih dirayunya untuk tinggal."

"Mengapa?"

"Dia minta keadilan."

"Keadilan? Dari siapa, dan seperti apa?"

"Dari kekasihku, Purbasari, yang kini telah bersama kekasih Nilam Sari."

"Aku tidak mengerti, Sabda. Apa yang kau maksud?"

"Nilam Sari ingin, aku bersama dia di Lembah Jurig. Karena Purbasari sudah merebut kekasihnya."

"Siapa kekasihnya?"

"Ag-Aga.... aku lupa. Nilam Sari menyebutnya."

"Lalu, kenapa kau bisa kembali ke dunia nyata dan lepas dari Nilam Sari?"

"Karena... aku memberinya perjanjian."

"Perjanjian? Seperti apa?"

Sabda tak menjawab. Dia hanya terdiam, memejamkan mata.

Mama Sabda mengelus pundak Rania, memberi isyarat agar dia berhenti untuk terus menanyai anaknya,"Biarkan Sabda beristirahat."

Rania mengangguk, lalu bangkit dan melangkah ke luar ruangan. Sepeninggal Rania, Mama Sabda langsung mendekati pemuda itu. Rambut anaknya itu langsung dibelainya dengan penuh kasih. Dia sudah berkonsultasi dengan seorang ustad, dari tempat pengajian yang dikunjunginya. Sebagai ibu, dia sangat gelisah dengan kondisi Sabda usai sadar dari koma.

Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang