Langit nyaris gelap, ketika Sabda dan Purbasari kembali dari dangau, ke Buana Panca Tengah. Tetapi suasana desa itu malah tampak mengerikan. Api besar tampak menari ke sana-kemari, di tengah tanah kosong. Di mana dua orang lelaki nampak duduk terikat di tanah, lalu seluruh warga mengitari mereka sambil membawa senjata tajam.
"Apa yang terjadi?" tanya Sabda, saat melihat Janitra berdiri mematung. Sementara Purbasari tampak gemetar melihat pemandangan di depan matanya.
Janitra memberi hormat, lalu memandangi ke duanya, sebelum mengalihkan pandangannya pada Neo dan Jason yang tampak terdiam lemas tak berdaya.
"Pada kitab Ki Anom Ksatria, tidak sebutkan, jika Nayaka dan Jayendra akan membuat masalah besar dalam perjalanan suci Sang Hyang Guruminda. Tapi mereka melakukan itu sekarang. Mereka yang biasanya cuma sibuk ribut berdua, malah tadi siang sibuk mencabuli dua orang gadis.
Ini sudah tidak bisa dimaafkan, meski mereka pesuruh dari Kahyangan. Tapi hukum keadilan, berlaku di Buana Panca Tengah. Alat kelamin mereka, harus dipotong!"Sabda menelan ludahnya, bergidik ngeri. Sementara Purbasari makin ketakutan, dan berdiri tanpa bersuara. Tak ada yang bisa diperbuat Sabda kini. Hukum yang diberlakukan adalah hak mutlak pemilik wilayah. Kemudian, dia hanya bisa meminta izin untuk menemui kedua sahabatnya yang nampak makin tertunduk lemah.
"Kalau boleh bisa memukul kalian. Aku akan melakukan itu, bangsat! Perbuatan kalian itu membuat kita bakal mati semua di sini," bisik Sabda.
Neo hanya menghela nafas, sementara Jason berani menatap Sabda."Kau sendiri bagaimana? Kau yang menembak mati lutung, dan kau juga yang membuat kami stres terkurung. Tapi kau malah sibuk bercinta dengan gadis kudisan itu! Apa kami tak boleh juga menikmati tubuh gadis-gadis desa di sini?"
"Bodoh! Kenapa sih tak bisa sedikit menahan hawa nafsu? Apa hidup harus tiap hari wajib meniduri banyak perempuan?!" bentak Sabda kesal.
Jason tertunduk. Dia merasa kalah berdebat. Seperti siang tadi, dia juga kalah menahan syahwat, ketika melihat dua gadis desa sedang membawakan makanan ke gubuk mereka. Gadis-gadis polos yang hanya mengenakan kemben ketat itu, memang membuat gairahnya mencapai puncak tertinggi. Dia lalu merayu keduanya, sebelum Neo datang pula dan meraih tangan salah satu dari mereka.
Gubuk itu sepi, tenang dan sejuk. Lalu kedua gadis itu juga tampak nyaman dipeluk-peluk. Tak butuh waktu lama, mereka sudah dapat memanfaatkan keluguan mereka dengan rayuan maut. Rasa tertekan akibat stres dan depresi akibat nyasar ke dunia lain, terasa terpuaskan dengan menggumuli tubuh gadis perawan. Meski hal itu, harus dibayar dengan sangat mahal. Seluruh warga lalu memukuli mereka. Mengikat tubuh mereka seperti anjing, lalu mengarak sampai ke lapangan yang telah dibakar api unggun, menanti proses pemotongan alat kelamin mereka.
Rasa takut, bingung dan putus asa menghinggapi mereka. Kini hanya Sabda harapan mereka satu-satunya."Sabda, maafkan kami. Tolong kami, Sabda. Bagaimanapun, kami begini karena kau juga!" kata Neo, sambil menatap Sabda dengan penuh harapan.
Sabda lalu bangkit, menggaruk tubuhnya, dan mendekati Janitra. "Apa ada hukuman lain? Potong kelamin tidak akan membuat masalah selesai. Darah mereka yang kotor, justru akan menodai kesucian tanah Buana Panca Tengah."
Janitra terdiam, lalu memberi hormat. "Benar, Guruminda. Tetapi kami tak boleh seenaknya mengganti hukuman. Kecuali, ada pejabat tertinggi dari Kerajaan Pasir Batang yang bisa mengambil alih kebijakan!"
"Pejabat kerajaan?"
"Begitulah, Guruminda."
Sabda mendekati Purbasari, tetapi puteri itu cuma bisa menatapnya sedih. Dia kini hanya puteri yang terbuang, tak punya jabatan apapun lagi di istana. "A-aku tak bisa melakukannya," ujarnya kalut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Historical FictionSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...