Gajah Messa berdiri dengan geram. Para prajurit sudah menghilang dari pandangan. Tinggal "isterinya" si Nilam, beserta dua dayang-dayang yang salah satu di antaranya terlihat kelewat besar dan kekar untuk ukuran wanita.
"Rombongan banci kalian semua!" Bentak Gajah Messa, sebelum meninggalkan mereka memasuki kamarnya.
Kepala Dayang yang mengenakan tompel besar di pipi, ternyata tidak dikenali Gajah Messa, memandangi Sabda dan Jason dengan sedih.
"Jangan protes lagi. Kita ikuti saja alurnya. Entah mengapa kita sampai berada di sini, tapi pastinya untuk kebaikan. Tuan Sabda harus melepaskan raga Nilam, sahabat saya. Sebelum membawa Tuan Jayendra pergi. Tetapi maaf, untuk teman kalian yang satu lagi. Dia mungkin sudah memilih jalan sendiri."
Jason meludah, "Biarkan saja setan satu itu. Pokoknya kami harus bisa lari dari zaman edan ini. Ngeri sekali zaman ini. Tidak ada keadilan, semua hukum rimba!"
Sabda menghela nafas,"Di dunia nyata juga aku tertekan karena kasus hukum. Aku dianggap berusaha membunuh kalian!"
"Betulkah? Betulkah kau sempat pulang?" Jason segera mendekati Sabda. "Apa yang terjadi ketika kau bisa ke luar dari sini?"
"Kalian semua koma, cuma aku yang sadar bersama seorang gadis bernama Nilam. Gadis yang kutemukan di dekat mobilku. Kita sempat pulang, tetapi kecelakaan di jalan. Tapi keluarga kalian malah menuntutku. Lalu, aku memutuskan untuk kembali. Tiba-tiba aku kembali ke sini."
"Khayalan lu kali?"
"Entah."
"Nilam?" Kepala Dayang mengernyitkan dahi.
Sabda mengangguk,"Ya, Nilam Sari."
Kepala Dayang menggaruk kepalanya,"Sungguh aku bingung soal si Nilam ini. Nilam yang raganya kini kau pakai Tuan Sabda, itu adalah sahabatku sesama dayang. Kau juga mengaku bertemu dengan seorang gadis bernama Nilam. Kemudian, wanita yang dipenggal kepalanya oleh Gajah Messa dulu bernama Nilam. Lalu, apa hubungannya para 'Nilam' ini?"
"Apa sebenarnya mereka orang yang sama?"
"Mungkin, tapi apa tujuannya?"
"Semua mengarah kepada Gajah Messa, bukan?"
"Ya, anehnya begitu."
"Mungkin, ini mungkin ya? Apa roh Nilam yang dipenggal itu ingin minta tolong pada kita?"
Jason tertawa lirih,"Tolong apa? Bunuh si Gajah Messa?"
Sabda menggeleng,"Kurasa bukan."
"Apa mungkin, Nilam itu butuh kita untuk menyatukan raganya?" Tanya Kepala Dayang."Sebab, dari cerita yang saya dengar, Gajah Messa memisahkan tubuh dan kepala wanita malang itu. Sengaja dibuat begitu agar Nilam tidak bisa mencapai Nirwana."
"Jahat sekali," gerutu Sabda dan Jason kompak.
"Mungkin, rohnya meminta kita membujuk Gajah Messa agar menunjukkan tempat kepalanya disembunyikan."
"Ih, serem!" Jason bergidik, sambil memperbaiki kembennya yang kedodoran.
"Lalu, apa untungnya kita membantunya?" Tanya Sabda.
Kepala Dayang tersenyum,"Ini mungkin, mampu membuat kalian pulang ke dunia asal kalian. Roh yang merasa berhutang budi, bakal berusaha menunjukkan jalang pulang."
Sabda memandangi Jason yang masih sibuk dengan kemben, sebelum menatap Kepala Dayang. "Aku akan melakukan apapun untuk bisa pulang membawa kawan-kawanku. Biar aku tidak dituduh membunuh mereka."
Jason melotot,"Kau akan tetap membawa si brengsek Neo?"
"Terpaksa!"
"Tapi dia pengkhianat. Kami hampir tidak bisa menyusulmu gara-gara dia."
"Jason, aku tak mau dituduh membunuh kalian."
"Memang tidak kan?"
"Tetapi semuanya tidak sesederhana itu!"
"Maksudmu?"
"Aku juga belum bertemu Purbasari. Aku hanya ingin tahu kondisi terakhirnya..."
"Waduh, kagak pulang-pulang kita bro! Stoplah memikirkan wanita dulu. Fokus pulang, titik. Mana tau Purbasari telah bertemu lutung lain, eh, pria lain yang lebih menggoda darimu? Mungkin dia sudah punya hidup yang baru..."
Sabda terdiam. Dia mulai gelisah memikirkan itu. Tiba-tiba dia sedikit cemburu.
(Bersambung)
(Bersambung)

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Ficção HistóricaSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...