44. Merang Kinasih

136 33 4
                                    

Tak ada lagi terang, ketika Merang datang.

Dia mengepit dompet panjang, dari kulit buaya di ketiaknya. Blus putih casual motif print bunga tanpa lengan, dikenakannya dengan manis, meski bagian paduan bawahnya berupa rok ketatnya terlihat sedikit aneh. Bukan roknya, tapi perut yang membesar itu seakan sulit untuk disembunyikan.

"Mengapa kau kembali?!" Bentak pria itu, benci. Dia belum tuntas menghabiskan satu botol bir, dan merasa keyamanannya jadi sangat terganggu.

Merang melempar dompetnya tepat ke atas meja, di depan pria yang masih sibuk dengan birnya itu. "Jangan kau kira aku juga tidak bisa marah padamu! Apa yang coba kau katakan kepada Sang Pangeran? Bacotmu! Busuk!"

Pria itu terbahak, dia merasa puas untuk membuat Merang menjadi marah. "Kau tidur denganku, juga tidur dengannya. Kau hamil anakku, tetapi Pangeran tolol itu malah menikahimu. Siapa yang salah? Aku hanya melihat seorang wanita yang terlalu ambisius, hingga kehilangan akal!"

"Diam kau! Setidaknya aku tidak jadi pemabuk, hingga dipecat dari rumah sakit. Mau kerja di mana kau nanti? Dokter banyak sekarang. Makanya dokter pemabuk pasti tidak laku!"

"Lalu, kau sendiri apa sekarang? Diceraikan Sang Pangeran? Diusir dari Keraton dalam keadaan bunting? Hahaha..., dicap Penipu Pangeran!"

"Masih menunggu tes DNA, usai anak ini lahir."

"Buat apa? Sudah jelas, kau hamil sebulan denganku. Kau kan katakan itu! Baru kau bertemu dengan Pangeran itu. Ditiduri, beberapa kali, ngadu dihamili olehnya. Bagaimana ceritanya jika bayi itu nanti lahir duluan? Mau bilang prematur, gitu? Hahaa...."

"Bukan urusanmu!"

"Oh, jelas! Aku tidak bakal peduli dan tidak mau tahu soal anak itu. Meski dia anakku, aku tak sudi mengurusnya!"

"Baguslah! Dia kelak akan menjadi seorang puteri keraton. Sang Pangeran tidak punya cukup keberanian untuk menceraikanku. Sebab ini akan menjadi aib, tentunya akan memengaruhi jalan langkahnya menuju singgasana. Paham?!"

"Dan kau pikir dia akan setia denganmu?"

"Tolol kau ini! Sudah jelas dia bakal jadi raja. Permaisurinya satu, tetapi selirnya banyak!"

"Dan bagaimana jika kelak, ternyata selirmu yang melahirkan anak Sang Pangeran duluan?"

Merang, akhirnya duduk dengan kesal di depan pria itu. Di lalu meraih dompetnya yang tergeletak di meja, mengeluarkan sebungkus rokok, dan mulai membakar dan menghisapnya. Asap yang menyembul dari bibir merahnya, terhembus tak beraturan. Pikirannya menerawang.

Jauh, sebelum dia bercinta dengan pria di depannya itu, dirinya sudah lebih dulu jalang. Ada banyak pria lain dalam hidupnya. Pria-pria kaya tak jelas, yang hanya dikenalnya sepintas di ranjang-ranjang hotel atau apartemen, hanya demi membuat gaya hidup mewahnya sebagai seorang model tetap mantap berjalan.

Sampai akhirnya, dia bertemu seorang dokter muda yang nampak pemalu, berbeda seperti dua sahabat dekatnya yang telah dikenal Merang begitu ganas urusan wanita.

"Sahabat kami itu, masih perjaka. Cobalah kau dekati. Duitnya banyak!" Kata dua pria yang lebih dulu telah menidurinya itu.

Merang, hanya bermain-main awalnya. Menikmati hubungan yang sangat menguntungkan dari seorang dokter tampan, anak mantan jenderal itu. Hubungan menjadi sangat serius, ketika Merang menang kontes kecantikan. Dia butuh pamornya makin naik, dengan bertunangan bersama seorang dokter. Tetapi Sang Pangeran, malah bertemu dengannya, jatuh cinta dan menidurinya pula, hingga akhirnya menikahinya.

"Semua berjalan normal, hidupku ya, sampai kau merusaknya. Mengapa kau tidak menerima takdir?"

"Jika hidupku rusak, hidupmu juga sama!"

"Kau pendendam. Sekarang kau tahu kan, mengapa aku meninggalkanmu? Kau terlihat tampak baik dan menyenangkan. Aslinya, seperti ini. Sakit! Terlalu lemah dan rapuh. Seperti orang depresi terus!"

"Depresi apa?"

"Tanyalah pada dirimu sendiri!"

"Kau yang gila!"

"Begitu? Kau dengar ya, anak di dalam kandunganku nanti akan bernama Puteri Nilam Sari. Puteri keraton cantik yang kelak akan merasa sangat beruntung karena tidak mengenal bapaknya!"

"Ngomong apa kau ini? Kau pikir, ucapan konyolmu itu dapat menyakitiku? Hahaa... aku tak akan peduli. Mau anak itu berwujud kera dengan nama bidadari sekalipun! Bodo amat! Aku tak akan peduli pada anak hasil melacurmu itu!"

Merang menggeleng, lalu bangkit dan tersenyum sinis pada pria itu. "Kau benar, aku memang pelacur. Jangan tidur denganmu, lanjut dengan Sang Pangeran. Tidur dengan dua sahabatmu itu aku saja pernah!"

"Neo dan Jason? Mana mungkin!"

"Kau pikir, aku bisa kenalan denganmu dari saran siapa? Dari saran ke duanya!"

"Me-mereka tega menjebakku dengan pelacur? Mereka? Manaaaa... mana merekaaa...."

Merang meludah, sebelum pergi dengan tergesa .

(Bersabung)

Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang