Sabda terbangun, dalam kondisi mengenaskan. Berada di kandang kayu sempit penuh celah, dan ditonton begitu banyak orang. Mereka tertawa-tawa melihatnya, tetapi ada juga yang merasa takut, jijik dan bahkan meludah. Beberapa manusia durjana mulai merasa bahagia karena bisa menakut-nakutinya dengan kayu dan besi panjang yang dimasukkan di antara celah-celah kandang, hingga bisa menusuk tubuh Sabda yang penuh bulu.
Entah di mana Neo dan Jason, apalagi Purbasari. Sabda tak memikirkan hal itu, tubuh dan jiwanya sudah rusak oleh siksaan manusia keji yang mengelilinginya. Sementara, dia juga tak sanggup bergerak, karena kandang begitu sempit. Rasa sakit bukan alang kepalang dirasakannya, tetapi anehnya dia tak mampu bicara. Mulutnya tersumpal kain besar yang membuat rahangnya sakit, dan tenggorokannya kering.
"Binatang buas ini, telah menodai Puteri Purbasari. Nafsunya besaarr... sebesar tubuhnya! Awas, jangan sampai dia terlepas. Bawa dia ke Lembah Jurig!" teriak seorang pria, membuat kandang yang ditarik dua ekor kuda itu mulai bergerak.
Sabda teringat wajah pria itu. Dia yang memimpin pasukan berkuda di hutan, yang memerintahkan prajuritnya menebar jala agar dirinya dan Purbasari terperangkap, juga Neo dan Jason. Selama berjam-jam dalam kandang mengerikan itu, Sabda mendengar bahwa pria itu disebut sebagai "Hulubalang Gajah Messa". Nama yang pernah disebutkan Purbasari sebagai suami kakaknya, Purbararang, wanita tercantik di Kerajaan Pasir Batang.
Ya, dari celah-celah kandang kayu, Sabda memang melihat seorang wanita yang sangat cantik berdiri di sebelah Gajah Messa. Memang, dia terlihat sangat rupawan. Tetapi kecantikan itu, anehnya tidak menggetarkan jiwa Sabda. Apalagi ketika wanita itu terlihat turut meludahinya.
"Kau beruntung, karena di Pasir Batang dilarang membunuh hewan langka. Jika tidak, sudah kupenggal kepalamu yang penuh bulu! Tetapi kau jangan senang dulu. Jika kami tak bisa membunuhmu, maka Jurig akan kami biarkan memangsamu, cuiiih!!" kata wanita cantik itu sambil meludah.
Kandang terus bergerak menjauhi para manusia-manusia biadab yang masih tampak terus tertawa, marah atau benci. Sabda menjadi sedikit lega, karena setidaknya dia tidak disiksa lagi. Tubuhnya yang penuh bulu hitam, kini penuh noda darah. Rasa sakit dan letih telah menguasai bathinnya. Perlahan, Sabda mulai meneteskan air mata. Dia semakin menyesal karena telah bersikap keji menembak seekor lutung yang tak bersalah. Bahkan, jika dihitung dari sepak terjangnya selama ini, entah berapa ratus binatang telah ditembaknya atas dasar kesenangan semata.
Kini, ketika dia dikutuk jadi hewan, alangkah mengerikannya itu! Betapa tidak menyenangkannya hidup hanya menjadi binatang, di lingkup manusia yang merasa paling berkuasa. Terinjak, tersiksa, dan terhinakan. Bahkan kini, dia tidak tahu bakal dibawa ke mana. Sejumlah prajurit berkuda mengawal kandang di dalam gerobak kayu beroda yang ditarik dua ekor kuda dengan seorang pengendali kuda yang tampak begitu ganas menghajar kuda agar makin ganas berlari. Mereka melewati hutan-hutan belantara, serta tanah-tanah gersang yang seakan tidak berpenghuni.
Lalu ketika mereka berada di bibir lembah yang begitu gelap dan dingin, tiba-tiba laju kuda terhenti. Sejumlah prajurit meloncat turun, lalu mengelilingi kandang. Sabda memperhatikan mereka satu persatu, wajah mereka tampak gelisah.
"Lemparkan langsung?" tanya salah satu prajurit.
"Ya, perintahnya begitu!" sahut prajurit yang lain.
"Berarti, kita harus buru-buru mendorong kandangnya, sebelum kita keburu bertemu dengan si Hantu Kepala Buntung!"
"Jurig Nilam Sari?"
"Stt... jangan sebut namanya!"
"Ah, bukankah dia hanya mengincar Hulubalang Gajah Messa yang telah memenggal kepalanya atas perintah Prabu Tapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)
Historical FictionSabda, adalah seorang Dokter muda yang sangat gemar berburu. Bersama dua sahabatnya, Neo seorang Hair Stylist terkenal dan Jason, seorang Chef macho, mereka kerap menyusuri hutan rimba untuk menembak hewan liar. Tetapi ketika mereka berburu ke hutan...