27: Diusir

222 46 16
                                    

Tidak ada prosesi pernikahan Gajah Messa dan Nilam. Ratu Purbararang tampak sedang disulut duka! Kekasihnya si Jason menghilang, sebelum menggelar lomba masak. Anehnya, Kepala Dayang juga ikut lenyap.

"Mereka terakhir kali ada di gedung tua itu," kata Neo, sambil membelai dagu Sang Ratu.

Tetapi Purbararang menepiskan tangannya. Dia sedang gelisah memikirkan Jason. Mendengar pemuda itu terakhir bersama Kepala Dayang, tiba dia merasa sangat cemburu. Entah mengapa, dia kini baru menyadari jika hatinya ternyata jauh lebih berat kepada Jason, ketimbang Neo. Andai dia sadar dari dulu, mungkin tak bakal ada lomba-lomba konyol segala. Dia pasti memilih Jason!

Kemarahan Purbararang, membuatnya hanya menceraikan Gajah Messa, tanpa bersedia menikahkannya. "Pergi saja, sana! Bawa dayang calon isterimu itu. Kau diantar prajurit dan pekerja istana sampai rumahmu. Sudah itu, awas kau muncul ke sini lagi. Sudah bagus kau tidak kuhukum mati!" kata Purbararang, pada Gajah Messa.

Gajah Messa menghaturkan sembah. Dia tak sanggup melawan. Di sekelilingnya kini penuh prajurit terlatih yang juga memadai ilmu kanuragannya, serta membawa pedang pula. Dia pasti kalah jika dikeroyok.

Baju kebesaran dari seorang Hulubalang dilepaskan paksa. Gajah Messa hanya bisa melangkah tergesa menuju kereta yang menantinya. Seorang dayang buruk rupa, tampak duduk pasrah di sebelahnya, membuat Gajah Messa ingin muntah.

Perjalananan menuju ke istana kecilnya seakan siksaan luar biasa. Meski puluhan prajurit mengawalnya, berikut para pekerja istana, tetapi Gajah Messa merasa seperti tetap tak berharga. Dia menangis dalam hati, hingga mulai mengukir dendam pada Purbararang dan kerajaan. Dia tak terima diperlakukan dengan buruk seperti itu.

"Kau, mengapa pula kau di sini? Aku tak butuh wanita buruk rupa sepertimu!" bentak Gajah Messa pada dayang itu.

Tetapi si dayang malah melotot. "Kau pikir, aku mau kepadamu? Jangan mimpi ya, jahanam!" bentak Sabda, yang merasa tersinggung.

"Hah, berani melawan kau?"

"Menurutmu?"

"Jangan gila, ya. Jangan sinting! Biar aku sekarang berada di tubuh wanita, tetapi aku ini pria sejati."

"Pria sejati bagaimana? Kau banci ya? Ah, sudah kuduga. Purbararang betul-betul kejam. Aku disuruhnya kawin dengan lelaki..."

PLAK!

Tangan Sabda menghajar mulut Gajah Messa. Membuat pria itu marah dan mencekik leher si dayang. Sabda yang marah malah menyepak perut dan kelamin Gajah Messa. Kereta kuda jadi bergoyang-goyang, dan tak urung terbalik. Semua prajurit dan pekerja istana yang mengiringi kereta itu langsung berteriak keras.

Kusir kereta sempat meloncat sebelum terbalik, tetapi Sabda dan Gajah Messa tetap saling adu jotos di dalam kereta itu. Sanggul Sabda sudah lepas, bahkan kainnya sudah robek besar. Prajurit cepat memisahkan mereka.

"Masih satu kilometer lagi sampai, udah main nyeruduk aja. Nafsu itu bisa nggak sih ditahan dulu? Kebelet apa ya? Manten baru kok ganas gini..." gerutu para prajurit kesal.

"Siapa yang nafsu? Najis gue!" sentak Sabda, sambil menaikkan kembennya yang melorot.

"Dasar banci! Tak sudi aku menerimamu jadi isteri!" teriak Gajah Messa.

Seluruh prajurit lalu mengarahkan tombak ke leher bekas Hulubalang mereka, membuat pria itu diam tak berkutik. Dia seakan tak lagi berharga. Prajurit-prajurit baru, punya ilmu kanuragan lebih mumpuni, badan atletis dan jago main pedang, tombak dan panah. Dia tak ada apa-apanya.

Kereta kembali dikembalikan posisinya, seorang dayang lain mulai sibuk memperbaiki kemben dan kain Sabda, meski Sabda sibuk menolak.

"Jangan menolak, Tuan. Ini saya, Kepala Dayang. Saya bersama teman anda, Jayendra, eh... Jason." bisik Kepala Dayang.

Sabda tertegun. Apalagi saat wanita itu menunjuk wanita bertubuh tinggi besar, yang mengenakan kemben dengan otot besar yang ditutupi selendang merah. Semerah lipstik di bibir Jason yang di atasnya ada kumis.

"Itu Jason kenapa jadi wanita juga?" tanyanya.

Kepala Dayang tak menjawab, tetapi memaksa Sabda untuk naik kereta lagi. "Jangan ribut lagi dengan Gajah Messa. Bagaimanapun, kita harus cepat menjauh dari istana. Demi kebaikan kita semua."

(Bersambung)

Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang