22: Isteri untuk Gajah Messa

162 47 10
                                    

Purbararang, melengos saat melihat Gajah Messa melintas di dekatnya. Dia tak sudi lagi bicara pada suaminya itu. Bahkan mulai berpikir untuk mencari calon lain yang dapat menjadi Patih Kerajaan. Sementara sibuk memikirkan hal itu, dia kembali sibuk pula bercinta dengan Nayaka dan Jayendra yang seperti tak kehilangan energinya.

"Ceraikan saja si Gajah Messa itu, nikahi salah satu dari pria itu. Satu lagi, kau angkat sebagai selir. Sudah, beres. Jadi, kaupun bisa berperilaku agak lurus." nasehat Purbadewata.

"Wah, kau benar juga." sahut Purbararang. "Tapi, bagaimana caranya aku memilih salah satu dari mereka?"

"Dari lomba! Lomba masak kek, menata rambut kek. Itu terserah dirimu, Kakang Ratu. Bagaimana?"

"Oke, aku setuju! Tapi, kita harus punya cara elegan untuk menyingkirkan seorang Gajah Messa. Membunuhnya tiba-tiba, akan membuat Ayahanda kembali, karena Gajah Messa adalah Hulubalang terbaik baginya."

"Hmm..." Purbadewata berpikir sejenak, lalu menoleh kepada kakaknya."Kau bisa menceraikannya, lalu cabut posisi jabatannya. Orang itu sudah bertindak kelewat batas. Suami-suami dari adikmu, semua diperlukan kurang ajar sama dia. Lupa Gajah Messa dengan kulit aslinya. Bisa-bisa, dia mengudeta dirimu, Kakang Ratu. Asal kau tahu, bajingan itu lebih berbahaya dari Purbasari."

"Ah, kau benar. Tingkah Gajah Messa makin meresahkan. Baik, aku akan melakukan itu, setelah menentukan calon Hulubalang baru. Lalu, setelah Gajah Messa dicopot jabatan, apa yang akan kita lakukan?"

"Kita nikahkan dia dengan wanita paling jelek di Kerajaan Pasir Batang!"

"Siapa?"

"Ada, dia telah lama bekerja sebagai dayang di sini. Tubuhnya memang mulus seksi, tetapi wajahnya sungguh mengerikan. Separuh manusia, separuh kera. Dia sampai hanya bisa berada di wilayah dapur atau tempat cucian saja. Jika masuk ke bagian dalam istana, dia memakai cadar. Namanya Nilam Sari."

Purbararang tersenyum, dia lalu mencubit pipi adiknya dengan gemas,"Oke, persiapkan itu ya sayang."

Purbadewata mengangguk, seraya lanjut berjalan diiringi dua dayang-dayang, dia merasa lega mulai bisa menyingkirkan Gajah Messa. Dia bukan tidak tahu sepak terjang Gajah Messa, dari korupsi, sewenang-wenang hingga rakus dengan wanita. Tapi yang paling tidak diterimanya, ketika pria itu bersikap kurang ajar pada Koswara, suaminya. Padahal Koswara berdarah biru dan sejajar jabatannya pula. Namun Gajah Messa selalu bertingkah seakan dirinya lebih tinggi, hanya karena dia mampu menikahi Purbararang.

"Puteri..." Kepala Dayang yang baru kembali bersama dua orang prajurit, segera menghaturkan sembah, ketika melihat Purbadewata di depan Dayangsanga, tempat rumah para dayang.

Purbadewata menatap Kepala Dayang, dia sungguh menantikan kabar dari wanita itu, tentang penyelidikannya tentang selendang yang dimiliki Kerang Kencana. "Aku berharap, kau membawa berita baik." tegasnya.

Kepala Dayang mengelus selendang milik Kerang Kencana yang terikat di pinggangnya, lalu tersenyum. "Saya sudah menemui pihak penjual kain tenun ikat sutra Kembangan Garut, Puteri. Mereka mengenali selendang yang dibuat secara khusus ini. Ini selendang pesanan, dari Hulubalang Gajah Messa, yang dikirimkan kepada Nyi Euis, di Leuwi Kanyere."

"Euis?"

"Prajurit sudah mencari nama tersebut di Leuwi Kanyere. Ternyata, Nyi Euis tinggal di sebuah rumah mewah dengan tanah yang begitu luas. Bahkan ada penjaganya di sana. Para prajurit mengenali mereka sebagai mantan-mantan prajurit istana yang dipecat karena bermasalah, pada era sebelum Hulubalang Gajah Messa. Mereka mengatakan, Nyi Euis itu sesungguhnya adalah Kerang Kencana."

Purdewata tertawa,"Dan saya rasa, kita tak perlu repot menebak, siapa yang menyimpanan Kerang Kencana di sana. Gajah Messa mungkin licik, tapi sebetulnya sangat bodoh. Menyimpan barang busuk di tempat yang tidak jauh."

"Begitulah, Puteri."

"Ya, dia sebentar lagi dipecat. Diusir dari istana dengan tidak hormat. Tetapi kita akan menghadiahinya seorang isteri. Aku akan memilih seorang dayang untuknya."

"Da-dayang, Puteri?"

"Ya, aku telah memilih Nilam Sari untuk menjadi isteri Gajah Messa."

"Ke-kenapa Nilam Sari, Puteri? Kenapa dayang sebaik dia harus dikorbankan menjadi isteri seorang penjahat?"

Purbadewata tersenyum dingin,"Apa kau sedang berusaha mendikteku, Kepala Dayang?"

Kepala Dayang segera jatuh bersimpuh,"Ampuni hamba, Puteri. Hamba hanya belum siap berpisah dengan Nilam Sari sahabat hamba. Meski wajahnya seperti itu, tapi dia..."

"Justru karena wajahnya seperti itu, aku memilihnya!" bentak Purbadewata, seraya menjauhi Kepala Dayang. "Gajah Messa tak layang mendapatkan isteri cantik. Lagi pula, nama dayang itu, Nilam Sari. Sama dengan nama wanita yang pernah dia penggal kepalanya! Menurutku, itu mungkin dapat agak sedikit menyiksanya..."

Kepala Dayang tertunduk. Hatinya tak rela ketika mendengar Nilam Sari akan dinikahkan dengan Gajah Messa. Mereka masuk istana sekian tahun lalu secara bersama. Kepala Dayang berasal dari Cibayawak, dan Nilam Sari mengaku berasal dari Leuwi Hejo. Tetapi karena wajah Nilam Sari buruk rupa, karirnya hanya sebatas ruang dapur atau ruang cuci. Lalu, apakah karena fisik yang seperti itu, wanita itu layak untuk dikorbankan?

Ini tidak adil, keluh Kepala Dayang.

Dokter Jadi Lutung (Terbit SAGO/GONOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang