SATRU CHAPTER 6

138 10 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Bangkit dan memaafkan diri sendiri adalah yang utama, sebelum membuka yang namanya lembar baru. Aku salah?" [Dito Mahendra]

Kini aku berada di tempat paling cocok bagi ku untuk menenangkan diri. Duduk seraya menatap langit biru memang pilihan tepat untuk menenangkan hati yang tengah terluka.

Sejak kejadian tadi pagi, aku sama sekali tidak memiliki semangat untuk belajar atau pun memasuki kelas. Lagi pula, siapa orang gila yang akan peduli dengan keadaan ku sekarang?

Aku menatap genangan air dan melihat wajah buruk rupa yang terpoles make up tebal hingga menyerupai ondel-ondel di Pancoran. Namun sekarang wajahku lebih seram karena make up tersebut sengaja aku cuci dengan air hingga luntur kemana-mana.

Benar yang di katakan kak Setia. Aku hanya orang bodoh yang butuh belas kasih atas kebodohan yang aku perbuat.

Seharusnya sejak awal aku memahami bila tak semua laki-laki itu baik. Mereka hanya memasang topeng agar terlihat baik di muka umum, padahal juga bohong.

Saat aku merasa di posisi paling terpuruk, tiba-tiba seseorang yang selama ini selalu mendukung ku datang dengan menyungging senyum kemenangannya. Bukannya meledek, ia hanya berusaha untuk menghiburku.

"Hai ..." sapa nya lalu duduk tepat di sebelah ku.

Namun aku terlalu lelah untuk menjawab sapaan nya itu.

Dito menghela napas panjang lalu memberiku air minum, "Nih, aku tahu kamu pasti capek nangis terus, kan?"

'Udah tahu capek, pakai nanya lagi!' batin ku kesal.

"Ambil dulu napa? Pegel nih tangan!" ketusnya.

Aku segera mengambil botol air itu, sebelum Dito akan memberi tausiah panjang kali lebar kali tinggi bahkan sampai pada Delta.

"Kan, apa gue bilang, sekarang lo kenak batunya, kan?!" celetuk Dito seketika mengganti logat bicaranya, seakan ia sedang kesal.

"Dari awal gue udah bilang, kak Setia itu nggak sebaik yang lo bayangin, Nada. Yah, sekarang lo udah terlanjur sakit hati, udah kayak Gajah lagi PMS."

"Apaan, sih?" keluh ku mulai membuka suara.

"Yahh, di kasih tau malah sewot muluh." balas Dito masih memandang indahnya langit biru.

"Mending lo pergi deh, masuk ke kelas sono! Atau kemana kek, penting jangan di sini!" usir ku dengan nada tinggi dan sayangnya tidak ada respon dari Dito.

Sepertinya sifat keras kepala kita berdua tidak bisa di pungkiri. Jika salah satu sudah memutuskan, maka yang lain sebisa mungkin akan menentangnya.

"Terserah lo mau bilang apa, gue bakal tetap ada di dekat lo pas lagi terpuruk. Entah lo bakal ingat segala kebaikan gue atau pun nggak, karena bagi gue itu nggak penting." jelas Dito semakin keras kepala.

"Jangan sok peduli deh," dengus ku.

"Kalau gue nggak peduli sama lo, mana mungkin gue capek-capek belain lo sampai segini, coba?"

Aku masih terdiam, diam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Gue heran sama lo, katanya lo itu cewek kuat, hati lo lebih lebar dari badan lo dan yang terakhir muka tebel kayak tembok Cina. Tapi, kenak gerimis aja udah loyo, gimana sih?!" cerocos Dito tiada henti menghantui pikiran ku.

"Sewot banget, persis tetangga!" cibirku yang masih murung.

"Hahaha ..." gelak tawa Dito tak terhindari ketika melihat pipi ku semakin mengembang kayak bakpau kebanyakan soda kue.

"Oke, Oke, sekarang gue serius," Dito memegang pundakku.

"Gue nggak pernah lihat cewek pemberani kayak lo, paling nekat kalau mau dapetin sesuatu. Seperti kata pepatah, penyesalan selalu datang di akhir kisah kita. Sekarang lo udah terlanjur sakit, gue juga nggak bisa bantu banyak selain ngasih lo nasihat."

"Lo harus bisa bangkit dengan cara, maafin dulu diri lo sendiri. Itu paling utama, sebelum lo ngehadapi yang namanya lembar baru. Gue yakin lo pasti bisa, gue yakin!" Dito menatapku dengan penuh kepercayaan.

Dito mulai bangkit seraya melepas pegangan tangannya di pundak ku.

"Gue balik dulu,"

Dito menyadari, sebesar apa pun ia ingin mendorong ku, tetap saja semua keputusan kembali pada diri ku sendiri. Kedatangannya sebatas untuk menghibur serta mendukung setiap keputusan yang kelak aku ambil.

Dito memang benar, hal yang paling berat bagi ku adalah memaafkan diriku sendiri.

~*~*~

PINGIN NGGAK PUNYA SAHABAT KAYAK DITO? YANG SELALU TERIMA SIAPAPUN TANPA MELIHAT LATAR BELAKANG ATAUPUN KEKURANGAN?

SPESIES KAYAK DITO KAYANYA MULAI PUNAH DEH, CANDA BESTIEE ...

LANJUTTTT ...

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang