SATRU CHAPTER 14

106 7 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Sambaran petir di siang bolong, membuat mood jadi gosong." [Nada Naila Nur Habibah]

"Anita!" panggil Nada sembari berjalan mendekat.

Sesuai janji, Nada datang ke sekolah pukul 1 siang. Sesuai dugaan Anita pula, tepat jam 1 ia sudah melihat Nada datang seperti orang asing karena pemanpilan yang selama ini belum pernah ia lihat.

Kali terakhir Anita melihat Nada hanya di bangku SD. Setelah itu mereka tidak ada pertemuan tatap muka, hanya sekedar chat lewat Facebook dan WhatsApp.

Ternyata benar yang dikatakan oleh teman-teman serta suaminya, Nada yang sekarang lebih cantik dan bergaya.

Penampilannya yang lebih elegan dengan long cardigan tanpa lengan berwarna hitam dengan corak batik cendrawasih serta sweter putih dan celana panjang.

Wajahnya lebih segar dan pipinya masih tetap cubby seperti saat terakhir mereka bertemu.

"NADAA ..." girang Anita memeluk Nada selayaknya saudara yang dipertemukan di mikrofon pelunas rindu.

"Apa kabar, Nit?" tanya Nada setelah melepas pelukannya.

"Halah, lo kayak formal baget, padahal baru 30 menit tadi kita ngombrol. Sekarang pakai tanya kabar segala," nyinyir Anita.

"Hehehe ... Nit, gue langsung masuk aja deh." keluh Nada.

"Semangat banget, tadi di telepon suara lo kayak ogah banget kemari, ada apaan sih?" Anita menatap heran pada sahabatnya ini, heran dengan sikapnya yang selalu bikin pusing kepala barbie.

'Jangan sampek Anita tahu kalau tadi pagi aku di usir, cuma gara-gara di kira orang gila.' batin Nada mencari-cari objek indah untuk ia tatap.

"Ada deh, ntar gue ceritain."

Anita menghela napas dan mempersilakan Nada masuk ke kandang Gozilla, menghadapi aura dingin dari kepala sekolahnya.

Nada kembali memegang gagang pintu berwarna silver itu dan bersiap untuk mendapat tes mental dari pria aneh yang ia sebut sebagai kepala sekolah idaman bagi mata mereka yang buta akan cinta. Semoga Nada memiliki cukup stok kesabaran.

Baru membuka pintu, Nada sudah bisa merasakan aura aneh yang mendorongya untuk keluar dari ruang itu.

Namun ketahuilah bahwa tidak ada kata menyerah dalam kamus seorang Nada Nailah Nur Habibah. Seperti tadi, sang kepala sekolah itu hanya duduk dan memperharikan laptopnya. Nada mendekat dan ia melihat sebuah papan kecil bertuliskan Damar Langit Guntur P. di dekat mejanya. Padahal tadi pagi ia tidak melihat benda itu di sana, mungkin tadi di colong sama kucing.

'Siaga satu,' batin Nada merasa canggung saat berduaan dengan pria yang tidak ia kenal.

Nada menghela napas dan mencoba untuk membuka pembicaraan.

"Perkenarkan nama saya Nada Nailah Nur Habibah," ucap Nada dengan lembut, "Biasanya dipanggil Nad_"

"Ini SK mengajar mu," potongnya tanpa dosa seraya memberikan selembar sertifikat berserta beberapa dokumen.

'Siaga dua,'

"Bu Habibah mulai besok anda bisa mengajar," lanjut nya lalu melepas kaca mata yang menghalangi ketampanannya.

Nada seketika melongo karena pria asing ini dengan seenak jidatnya mengganti nama panggilan Nada menjadi Habibah.

"Tapi nama sa_"

"Ini jadwal mengajarnya," potongnya seperti sabaran petir di siang bolong kembali menginstrupsi protes dari Nada.

'Oke, masih sabar!'

Nada kembali menghela napas dan sebisa mungkin untuk menerima hal itu dengan senyuman palsu.

"Terima kasih, pak Langit." dengis Nada sembari mengulurkan tangannya tanda ia ingin jabat tangan.

Namun hal itu tidak berefek pada pria dinginnya kayak es kutub.

"Please, kedepannya panggil saya Mr. atau pak Guntur. Itu nama panggilan saya!" tegasnya, mungkin ia tidak mempunyai cermin di rumah.

'Yang tadi ngganti nama gue itu apa kabar?!' gerutu Nada semakin kesal.

Jika saja pria di depannya ini bukan orang nomor satu di SMA Negeri Expro Bayangkara, pasti Nada akan menipung kepalanya dengan sandal orang gila. Ini nih, contoh nyata orang yang nggak tahu kenak maki sama orang bisu.

"I-iya, pak Guntur."

'Nama sama sikapnya sama persis, nyamber mulu kayak petir! Nggak sekallian ganti nama pakai Halilintar biar jadi saudara lain bapak dan ibunya Atta?' cibir Nada dalam hati.

"Kalau gitu saya pamit undur diri, pak." pamit Nada lalu berbalik badan.

"Kalau mau pergi itu ucap salam dulu. Penampilan islami tapi kok tidak seperti akhlaknya." tegurnya sebelum Nada berbalik badan, "Dan tolong kejadian tadi pagi jangan sampai terulang karena bisa mencoreng nama baik sekolah ini."

'Apa kabar wahai kesabaran ku? Apa masih stay di sana?'

Seandainya Guntur tahu apa saja yang telah di lewati Nada sebelum sampai di sekolah, mungkin ia akan tersepona hingga jungkir balik.

Nada menatap Guntur dengan wajah yang sudah tentu terpaksa untuk tersenyum.

"Assalamualaikum,"

"Hmm, wa'alaikum salam," jawabnya singkat tanpa melihat ke arah Nada sedikit pun.

Nada langsung angkat kaki dari kadang beruang kutup itu. Ia merasa muak saat melihat wajah datar itu. Sedangkan Anita hanya bisa mengulum senyum ketika melihat raut wajah Nada yang berubah drastis setelah memasuki kandang Gozilla.

Menurut riset Anita, 99,99 persen wanita yang berhasil keluar hidup-hidup dari kandang Gozilla, seketika menekuk wajah tanda kecewa.

Tak jarang ada yang marah seperti halnya sahabatnya sekarang ini. Tapi itu tidak berpengaruh terhadap Anita, karena mereka berdua memiliki ikatan spesial.

Sekarang waktunya bagi Anita untuk melaporkan kabar terkini kepada sang komandan hati.

"Hallo, assalamualaikum."

"Tadi ..."

"..."

"Kabari terus kemajuannya,"

~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang