BAB 35

64 10 0
                                    

~*~*~

♡SELAMAT ATAS KEMENANGAN MU KAKAK HABIBAH♡

Sebuah kartu ucapan selamat yang tertulis di atas kertas karton itu, menyambut kedatangan Nada dan Guntur di taman belajar. Meski tulisannya sedikit burik, tapi ini bagaikan karya seni yang tiada tara bagi Nada. Terlebih lagi mereka membuatnya dengan sepenuh hati.

Anak-anak itu berlari ke arah Guntur dan Nada, mereka mengucapkan selamat dan ada pula yang mencium pipi Nada karena senang. Sungguh tiada hadiah yang terbaik selain doa dari banyak orang, terlebih lagi doa tulus dari mereka yang menyayangi Nada.

Guntur sendiri tersenyum melihat momen haru tersebut. Setiap senyuman yang kelak akan ia rindukan untuk selamanya. Mungkin kah ia akan terus bertahan di atas hubungan yang berlandaskan kebohongan. Meski kelak, wanita yang ada di hadapannya ini akan mengetahui segala rahasia yang ia sembunyikan. Tapi ia tetap bersyukur bisa dipertemukan wanita seperti Nada Nailah Nur Habibah. Ya, 3N plus 1H nama itu akan terus terukir di hatinya kini hingga nanti.

"3N plus 1H." ucap Guntur tanpa sadar.

"Apa, pak?" tanya Nada ketika ia mendengar Guntur mengucapkan hal yang sedikit samar.

"Apanya?"

'Lah, malah tanya balik!'

"Nggak jadi, pak." ketus Nada.

"Saya mau beli sesuatu, kamu mau nitip, nggak?" tanya Guntur seraya mengangkat telepon dari seseorang.

"T-tidak, pak."

Setelah kepergian Guntur, Nada sendiri melanjutkan bermain dengan anak kecil di sana. Karena terlalu asik bermain, salah satu anak menendang bola sedikit kencang hingga terhempas ke pojokan. Nada sendiri langsung mengambilnya bola itu, tapi dirinya terhenti ketika melihat sebuah kejadian dari balik semak-semak.

Mungkin ia sedang bermimpi, jadi untuk pemastian Nada mencubit tangannya sendiri dan SAKIT! Fix, kali ini ia tidak ngelindur. Nada memantau dari kejahuan gerak-gerik Guntur yang tengah menemui seorang wanita cantik. Wajahnya begitu asing buat Nada, tapi terlihat asik ketika berbincang dengan Guntur.

Mereka berdua begitu serasi, seperti pasangan saja. Saling bercanda dan tukar tawa, bahkan Nada tidak pernah melakukan itu dengan Guntur. Baginya hanya ada 3C, Cuek, Cuek dan yang terakhir CUEK!

'Siapa wanita itu? Apa mungkin?'

Begitu banyak pertanyaan yang tersimpan di benak Nada. Entah mengapa ia merasa tidak nyaman bila melihat Guntur bersama wanita lain, kecuali pada Anita, kan, dia kakak iparnya. Apa sekarang Nada mulai memiliki rasa untuk pria dingin plus cueknya berkelanjutan itu? Mungkin saja, karena Allah Maha membolak-balikkan hati siapapun.

Nada segera membuang jauh-jauh pikiran negatif itu. Mungkin mereka teman lama tidak berjumpa, jadi wajarlah sedikit bercanda untuk menghilangkan rasa rindu.

Namun kini Nada terlalu lama menunggu Guntur kembali. Karena hari semakin sore, anak-anak kecil itu langsung pulang dan menyisakan Nada yang kini duduk menyendiri di bawah naungan pohon rindang. Ia ingin menjemput Guntur, tapi takut jika nantinya ia malah menjadi pengganggu.

Rinai hujan mulai membasahi bumi. Suara gemercik air temani sepi yang mengendap. Entah mengapa hujan selalu membuatnya bahagia, seakan segalanya terasa ringan saat melihat hujan. Mengingat kembali segala kenangan indah di masa lalu.

Dari balik hujan, terlihat seorang pria tengah berlari ke arah Nada. Ia terlihat basah kuyup karenanya. Setelah kedatangannya, Nada malah berdiri dan berlari di tengah derasnya hujan, melompan girang bak anak kecil.

"Hei, nanti kamu sakit Habibah!" seru pria itu meminta Nada untuk kembali berteduh di bawah rindangnya pepohonan.

Namun tidak ada satu pun ucapan Guntur yang terdengar di telinga Nada. Begitu juga Guntur yang mau tidak mau ia harus mengikuti keinginan kecil dari Nada.

Ia duduk di sebelah Nada, pria itu tampak terus memandangi wajahnya yang basah oleh air hujan.

"Yuk pulang!" ajak Nada saat Guntur mulai bisa menikmati setiap tetesan air hujan.

Guntur hanya menganggukkan kepalanya seraya menutup mata. Sikap seperti inilah yang membuat Nada terheran-heran dan hampir saja melupakan hal yang ingin ia katakan padanya.

~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang