BAB 39

56 7 0
                                    

~*~*~

16 tahun yang lalu ...

Suasana hujan rintik- rintik memang menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Jika semua anak kecil menyukai hujan, tapi baginya itu hanya akan menyebabkan demam. Jadi bocah laki-laki ini hanya menatap hujan di depan teras masjid, sesekali tangannya ia guyur dengan air hujan yang terasa dingin.

Pandangannya tertuju pada gadis kecil yang tengah asik menikmati tetesan air yang turun dari langit. Jika di lihat, umur gadis itu jauh di bawahnya. Mereka sempat saling menatap tapi langsung di putus oleh Guntur.

Ia segera berlari meski itu harus menerobos air hujan, karena Guntur menyadari ada selokan yang siap memendam gadis itu. Guntur menarik lengan kecil itu hingga terjatuh di tepi selokan.

"Huuhh ... hampir." ucap Guntur lega.

"Aaahhhh ... Sakhitt ..." lirih gadis itu karena lututnya berdarah.

"DASAL HAHAT!" tudingnya, meski tidak jelas tapi Guntur faham.

"Eh, pipi bakpau! Bukannya terima kasih. Kalau tadi nggak aku tarik, pasti kamu tenggelam." jelas Guntur, tapi gadis gemuk itu malah menangis kencang.

Pertengkaran itu sempat menjadi bahan tawa orang dewasa yang melihatnya. Yang laki-laki tidak mau tanggung jawab dan si gadis terus merengek.

"Iya, iya. Maaf," ucapnya singkat hingga tidak terdengar di tengah hujan.

"Nggakh mau!" ketus gadis itu sembari melipat tangannya.

"Yaudah," ucap Guntur berbalik meninggalkan gadis cengeng itu.

"Aaaahhhhh ..." tangisnya semakin keras saja.

Terpaksa Guntur kembali dan membantunya berdiri.

~*~*~

"Mas, mass ..." panggil Nada membuyarkan lamunan Guntur.

"Kamu di panggil teman mu," lanjutnya menunjuk ke arah pelaminan.

"Bentar," Guntur berlalu meninggalkan Nada yang ada di tepi masjid.

Nada kembali menatap kolam, "Hari ini berasa aneh, aku kayak nggak sama pria sok cool dan dingin seperti biasanya." gumam Nada heran.

Memang benar, hari ini seakan Nada bersama dengan orang lain, dia bukan Guntur. Guntur yang ia kenal, tidak se-happy dan friendly ini. Apa mungkin ia terjedot tiang lampu jalanan atau memang Nada yang tidak pernah memperhatikannya?

Sempat ada ide untuk menanyakan soal wanita tempo hari, karena kalau di lihat suasana hati Guntur tengah baik. Tidak seperti petir yang biasanya. Namun kembali lagi, itu bukan rana Nada untuk mengurusi masalah pribadinya.

Ddrrttt ...

Nada merasakan getaran dan itu bukan berasal dari smarphone nya. Itu dari smarphone milik Guntur. Mungkin pria itu tidak sengaja meninggalkan benda itu di sini. Di layar itu bertuliskan nama seseorang yang membuat Nada flashback kepada wanita tempo hari. 'Dinda' itulah username yang terpampang di layar itu.

"Siapa Dinda."


~*~*~


SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang