SATRU CHAPTER 13

109 8 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Sahabat adalah seseorang yang ada saat kamu merasa terpuruk dan menghilang di kala kamu senang." [Safitri Ananita Auwaliya]

Sesampainya di rumah, Nada langsung masuk dari pintu belakang. Ya sudah pasti dengan alasan yang rasional, bajunya kotor dan ia tidak ingin Sanjay melihat kondisinya sekarang ini. Karena indera penciumnya mendeteksi bila pantat ayam itu masih di rumah.

Untungnya usaha mengendap-ngendap Nada sukses dan lancar terlaksana hingga ia berhasil masuk ke dalam kamarnya tanpa sepengetahuan orang lain.

Nada membuka pintu kamar mandi dan segera membersihkan seluruh tubuhnya yang terasa gatal. Setelah 30 menit, Nada keluar dengan aroma yang khas dari tubuhnya. Rambutnya panjang se pinggang terurai basah oleh air. Setelah ganti baju, ia mengeringkan rambutnya dengan handuk yang tadi ia gunakan untuk menyelimuti kepalanya.

Sembari duduk di kasur, Nada melihat smartphone nya sedari tadi berdering dan menunjukkan notifikasi dari Anita teman SD nya dulu sekaligus menjadi TU di sekolah yang akan atau bisa di bilang hampir ia tempati.

"Assalamualaikum, Nada." salamnya dengan suara yang tidak pernah Nada lupakan.

"Waalaikum salam ... sabahat semasa SD kuu ..." balas Nada kegirangan. "Tumben kamu call aku,"

"Nada kamu di panggil kepala sekolah buat membicarakan sesuatu," jelas Anita dengan nada seperti orang panik.

"Nggak ah, galak!" ketus Nada melipat tangannya di dada.

"Loh, kenapa?"

"Ada deh, aku lagi males bahasnya."

"Yaudah, yang penting kamu ke sini. Bisa jam berapa?"

"Wajib hari ini?"

"WAJIB! Pakai banget. Apa kamu nggak kasihan sama aku? Plliisss ... bedakan pekerjaan sama urusan pribadi, lagian ini juga untuk kedepannya kamu sendiri." jelas Anita panjang lebar.

Benar apa yang dikatakan oleh Anita. Nada harus bisa membedakan pekerjaan dengan perasaan. Ia harus bersikap profesional walaupun tadi pagi kena mental.

Yang pertama Nada di sangka orang gila. Kedua, masuk ruang Kepsek galak super dingin. Terakhir, baru masuk langsung di usir. Sekarang apa? Baru datang di rumah langsung dipanggil lagi, udah mirip kayak latihan militer. Dasar menyebalkan! Sungguh malang nasip mu wahai Nada.

"Pulang sekolahnya jam berapa?" tanya Nada memecah kebungkaman.

"Jam 1 siang."

"Kalau gitu aku otw ke sana jam setengah 1."

"Makasih ya, see you ..."

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikum salam,"

Panggilan terputus dan Nada langsung merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Begitu banyak masalah terjadi dalam sehari. Bagaimana jika nanti ia sudah resmi menjadi guru di sana? Sekarang, apa yang harus Nada lakukan?

Tapi tenang, masih ada waktu 2 jam, ini cukup baginya untuk meredam otaknya yang menggebul-ngebul.

Sementara seseorang sedari tadi hanya bisa berdiri mematung dari balik pintu kamar. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal sensitif itu.

~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang