BAB 52

367 11 7
                                    

~*~*~

1 Tahun kemudian ...

Hiruk pikuk kota Jakarta di pagi hari sungguh sangat sibuk. Banyak diantara warganya berangkat kerja untuk mengais rezeki di kota besar ini. Gedung-gedung menjulang tinggi sudah menjadi pemandangan biasa di permukiman elite.

Seperti biasa jalan raya macet dan seseorang di dalam mobil sport ini harus buru-buru ke suatu tempat. Padahal ia sudah merencanakan untuk berangkat lebih awal agar tidak terlambat, sekarang malah terlambat.

Drrt ... Drtt ...

Entah berapa kali smartphone itu berdering dan diabaikan olehnya.

"KAMU DIMANA?!!"

Sesuai dugaannya ia pasti dicari banyak orang, terlebih lagi sahabat karipnya ini.

"Astagfirullah ... macet banget, nih!" ucapnya sembari menunjukkan smartphone nya ke arah kemacetan, padahal mereka sedang telepon bukan Video call.

"Ya mana bisa lihat dodol!"

"Eh, iya lupa."

"Udah ah, kamu cuma punya waktu 15 menit, nggak bisa di tawar, harga mati."

"Ta_"

Tutt ... ttuuutt ...

Okey, jalan satu-satunya, ia harus berlari. Karena Gedung acaranya juga sudah dekat. Ia langsung keluar yang memang mobilnya tepat disamping trotoar. Persetan dengan tilang, orang jalan macet.

Sesampainya di tempatnya, tampak keramaian orang dan ia langsung membenarkan penampilannya. Berjalan normal padahal napasnya senin kamis. Ia di sini memiliki jabatan penting jadi harus naik lift VIP yang memang di khususkan untuknya.

Saat lift terbuka, tepat didepan ada wanita yang menatap tajam ke arahnya, ia langsung di tarik menuju panggung yang memang ke empat temannya telah menunggu lama.

Moderator membacakan biodatanya setela wanita dengan celana adidas, longcardigan serta hoodie putih itu duduk dengan teman-temannya

"Baiklah, karena para penulis kita sudah lengkap. Silakan menuju tempat duduk sesuai dengan letak karyanya," ucap Citra selaku moderator, yang disambut ramai para peserta beda buku kali ini.

Semua tampak antusias, terlebih lagi kepada penulis Embun (username). Sorakan terdengar ketika seseorang telah duduk di depan buku yang berjudul 'Kekasih Bayangan' karya Embun. Tapi wajahnya sama sekali tidak mirip dengan di profil. Tak lama buku tersebut di tukarkan ke wanita berpakaian cardigan army di sampingnya. Sungguh sangat dramatis, ternyata kedua penulis ini memang sengaja bertukar tempat untuk mengejutkan banyak orang.

Di atas panggung telah berdiri 5 penulis pilihan di tahun kemarin. Ada Raga dari Jakarta, Misbah dari Kalimantan, Ayu dari Bandung, Andini dari Gersik dan pemimpinnya Nada dari Surabaya. Dua orang yang melakukan drama tadi adalah Andini dan Nada, memang tetangga kota ini satu frekuensi kalau masalah kejahilan.

"Saya Amir dari Depok, saya ingin bertanya pada mbak Embun, apa inspirasi mbak buat cerita mengenai orang gemuk? Itu saja, terima kasih." tanya nya setelah sesi pertanyaan di buka.

"Mohon di jawab yang bersangkutan."

Nada mengambil mic, "Baik, terima kasih untuk pertanyaannya kak Amir. Untuk inspirasi saya mendapatkan hal itu dari kehidupan saya sendiri. Kebanyakan orang mengira kisah ini mengenai sebuah romace orang gemuk. Padahal kalau kita coba amati, buku ini mengisahkan tentang bagaimana kita belajar mencintai pasangan kita dengan segala kekurangannya." semua orang tampak menyimak apa yang tengah Nada ucapkan.

"Meski segala perjungan itu harus berakhir perpisahan ..." seketika suara tepuk tangan memenuhi aula.

Ya, selama satu tahun ini Nada habiskan untuk menuangkan segala dukanya lewat tulisannya. Setiap momen yang pernah ia lalui dengan dia yang pernah ada. Sempat ingin melupakan, tapi jujur sampai sekarang itu sangatlah mustahil.

Drrtt ... Drrttt ...

Entah berapa kali smatphone Nada bergetar, ia langsung mengangkatnya karena ada sedikit celah, siapa tahu penting.

"Halo," jawab Nada, namun tidak ada suara, ditambah suara bising dari keramain.

"Hai pipi bakpau." kata itu membuat Nada bergeming dalam hati.

'Guntur,'

Suara serta panggilan itu membuat Nada yakin 100% bila uni adalah Guntur.

Tiba-tiba panggilan terputus sebelum Nada membalas, sempat ada rasa kecewa dalam hatinya.

"Ekhm, check! Okey, hai pipi bakpau!" ucapan itu berhasil menarik semua pasang mata ke arahnya, bahkan Nada pun begitu.

Seseorang yang kini berdiri diantara ramainya peserta, melambaikan tangannya serta menyungging senyum manis. Pria tangkas dengan jaket biru tua dan trining hitam, serta model rambut yang tidak berubah selama setahun ini.

"Selamat ya buat prestasi kamu. Saya suka buku kamu itu, membuat kerinduan saya pada pipi bakpau bisa terbalaskan meski lewat tulisan mu. Saya ingin mengatakan sesuatu yang selama ini saya simpan sendiri."

Nada hanya diam menatap ke arah Guntur. Tatapan itu sangat sulit diartikan.

"Maaf, karena dulu saya pernah menyakiti hati kamu Habibah, saya terlalu takut untuk memulainya. Terlebih lagi, waktu itu kita masuh di bangku SMA."

Sesi tanya jawab berganti sunyi oleh ucapan Guntur yang membuat mereka masuk dalam alur cerita. Bahkan ada yang hampir meneteskan air mata.

Sedangkan Guntur menjelaskan segalanya, apa saja rahasianya yang selama ini ia tutupi dari Nada.

"Saya diagnosa penyakit saraf. Saya tidak mau melanjutkan hubungan kita karena orang yang saya cintai merasa kehilangan bila saya kembali ke sisi Tuhan. Setelah mengetahui segalanya, saya sadar dari dulu sampai sekarang, hanya kamu Habibah. Sudah cukup 7 tahun saya melarikan diri dari rasa ini, berangan-angan bila itu hanya sekedar kagum. SAYA MENCINTAI KAMU HABIBAH DAN ITU KARENA ALLAH!" seru Guntur membuat hati siapapun meleleh kecuali Nada.

Nada berdiri dan menatap tajam ke arah Guntur, langkahnya saja sudah cukup membuktikan bila ia sedang marah. Bukannya sadar Guntur malam ikut maju agar mereka bertemu di depan penonton.

Tangan Nada melayang saat sampai didepan Guntur dan ...

"Aaahhh ..." teriak histeris ketika Nada memeluk Guntur dengan erat. Entah sejak kapan ia merindukan aroma tubuh Guntur yang tidak pernah berubah.

"Maafkan saya," lirih Guntur hanyut dalam pelukan hangait itu.

Semua senang sekaligus puas ketika melihat akhir cerita favorit mereka. Alur kisah yang di ciptakan Tuhan memang penuh misteri, sekarang jalan berliku-liku serta berbatu telah membawah Nada kepada kemanisan buahnya. Selama ini memendam rasa yang sama dan hidup untuk saling mencintai.

Benar kata pepatah, setiap manusia hadir untuk saling melengkapi.

💖THE AND💖

Hai semua... Gimana nih yang udah selelai baca sampai akhir? Maaf kalau masih banyak yang mengecewakan.

Semoga tetap pantengin ya.

Oh iya, hampir lupa. Btw, ini cerita author yang pertama yang sampai ending hanya kurun waktu 2 bulan setengah. Setelah ini author bakal fokus melanjutkan cerita yang satunya.

Thank's buat semua pembaca SATRU. Semoga cepat kurus ya thorrrr...💖💖💖

Salam Hangat Dari Author

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang