BAB 26

84 6 0
                                    

~*~*~

Setelah menerima pesan itu, bukannya senang, Nada malah mengangkat sebelah alisnya seraya bergumam, 'Kesambet nih, orang.'

Sedetik kemudian ia menerima pesan lagi,

08554xxxxxxx : Kalau ada pesan itu di balas, jangan buat orang yang mengirim pesan ini merasa menyesal. Dan terkesan mengganggu.

'Emang ganggu!' batin Nada yang masih kesal.

Nada menghela napas dan menyimpan nomor itu seraya berjalan keluar kelas. Karena jam pergantian sudah berdering sedari tadi.

Me : Maaf, pak. Saya baru keluar kelas.

Me : Terima kasih kembali :)

Nada hanya mengerutkan dahinya ketika pesan yang ia kirim malah berbalik. Hanya dua centang abu-abu yang menghiasinya.

'Huh, baru aja khotba. Sekarang malah balik sendiri. Tersera lah!' maki Nada dalam hatinya.

Tanpa sadar, Anita sudah sedari tadi memantau Nada dari dekat. Yups, posisinya tepat di belakang Nada, ia juga bisa melihat username yang diberikan Nada untuk adik iparnya itu. Es Gunturunan, itulah nama aneh yang diberikan Nada.

"Hahaha ..." tawa kecil berhasil membongkar aksi ngintip dari Anita.

"Namanya lucu banget, Es Gunturunan." ujar Anita kembali tertawa hingga menjadi pusat perhatian.

"Iya, ketawa aja terus. Sampek sukses!" cibir Nada meninggalkan Anita yang masih menertawakan dirinya.

Nada terus berjalan menuju taman mini yang ada di sekolah ini. Ini juga karena ia belum ada jam di dan memilih untuk menyendiri di taman ketimbang masuk ke ruang guru

Ingin rasanya ia berteriak pada keadaan yang membuatnya tidak bisa berkutik. Antara perjodohan atau harus melarikan diri seperti dulu dan kembali menyakiti hati banyak orang.

'Apa yang harus Nada lakukan, ya Allah?'

Seluruh kejadian itu, tengah di pantau seseorang dari balik jendela hitam yang hanya bisa melihat pemandangan di luar ruangan.

'Perasaan itu akan tumbuh sejalan dengan waktu. Dan aku akan tetap berdiri di sini untuk menunggu mu, Habibah.'

~*~*~

Sepulang sekolah, seperti biasa Nada memunggu datangnya tukang ojek online yang ia pesan. Tanpa ia sadari, sebuah mobil sport berwarna merah berhenti tepat di depannya. Kaca jendela mulai terbuka, memunculkan ciptaan Tuhan dalam bentuk ukiran wajah tertampan di sekolah ini.

"Pulang?" tanya nya dengan suara berat yang khas.

'Mau ngamen pak!' umpat Nada dalam hati.

"I-iya pak." balas Nada cengengesan padahal kenyataannya dia masih kesal.

"Ini saya kembalikan rantangnya Mama, titip salam buat beliau." ucap Guntur menyerahkan rantang kosong yang sudah ia bersihkan.

"Kalau gitu saya duluan," balas Guntur lalu meninggalkan Nada. Mobilnya berlalu begitu saja, seakan setelah memberi sesuatu, pergi tanpa berterima kasih.

"Apa apaan?" gerutu Nada makin kesal.

"Cuma nanya pulang, terus pergi gitu aja. Nggak nawarin buat bareng gitu?" celetuk Nada pada dirinya sendiri.

Chat yang sedari tadi ia kirim juga hanya di baca tanpa di balas. Mungkin si pengirim gabut ya. Dari pada pusing, mending Nada menuangkan rasa gabutnya pada sebuah naskah yang memang ia tulis bila keadaan genting seperti ini.


~*~*~

Jangan lupa tinggalkan jejak♡

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang