BAB 45

87 11 0
                                    

~*~*~

Keramaian di tengah jam pelajaran adalah hal yang biasa, terlebih lagi hari ini terdapat vaksin massal dan Nada menjadi penanggung jawab siswa kelas X.2, suasana tampak lebih gaduh saat dua dokter masuk ke dalam.

Alangkah terkejutnya Nada ketika mendapati seseorang yang tengah berjalan di belakang Guntur sang kepala sekolah. Dada Nada terasa sesak ketika melihat kedekatan mereka, untuk sikap dingin Guntur, itu sudah biasa. Terlebih lagi semalam ia membatalkan pertemuan karena suatu alasan. Tapi jujur, sikap Guntur sangat membingungkan untuk Nada, bisa di bilang ia sudah tidak menganggap kehadirannya.

Kini Nada hanya diam, karena ia tidak mau mencapur aduk masalah pribadi dengan pekerjaan. Terlebih lagi, setelah melihat sebuah ironi, ia malah tidak fokus melakukan apa pun. Karena malam itu Guntur telah menjelaskan secara jelas tentang sesuatu yang selama ini ia sembunyikan darinya. Memang sakit, tapi inilah kenyataan, meski itu pahit.

Setelah selesai menyuntikkan vaksin, Dinda berjalan mendekat untuk berkenalan dengan Nada.

"Hai, aku Dinda." sapanya dengan senyum lebar.

'Jadi ini yang namanya Dinda.'

"Nada," balas Nada singkat dengan senyuman palsu.

"Kita bisa bicara sebentar?" tanya Dinda to the point.

"Iya,"

Kedua wanita ini berjalan keluar ruang kelas dan di ikuti Gutur dari belakang.
Belum lama Guntur melangkah keluar, ia melihat Nada seperti mendorong Dinda yang hampir saja masuk selokan.

"APA YANG KAMU LAKUKAN, HABIBAH!" gertak Guntur sembari membantu Dinda berdiri.

"Tapi_"

"INI ITU BAHAYA!"

Sungguh, selama ini tidak ada yang membentak dirinya seperti itu. Wajah Guntur memerah, rahangnya pun ikut mengeras.

"Itu tadi_" sebelum Dinda menjelaskan, Guntur dengan cepat menyelah.

"MASUK KE KANTOR SAYA, SEKARANG!" pekiknya dengan nada tinggi hingga menjadi pusat perhatian.

'Jadi begitu,'

~*~*~


SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang