SATRU CHAPTER 16

97 7 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Ingin rasanya meminjam sandal orang gila untuk menipung kepalanya!" 《Nada Naila Nur Habibah

Teettt ... Teettt ...

Bel berbunyi begitu nyaring hingga membuat segerombolan siswa siswi ini beranjak memasuki kelasnya. Namun tak jarang dari mereka olahraga pagi terlebih dahulu sebelum masuk kelas.

Yups, telat dan mendapat hadiah adalah kebiasaan buruk yang tidak akan pernah hilang di masa-masa sekolah. Karena itu bisa menjadi kenangan tersendiri bagi mereka. Siapa tahu suatu saat mereka kangen telat sampai mau balik sekolah?

Nada berjalan menepi dari lapangan dan melihat pemandangan yang tidak jauh beda saat ia masih SMA. Untuk hari ini ia memakai baju batik dan meksi hitam karena seragamnya belum jadi. Dari kejahuan ia bisa melihat sang kepala sekolah terjun ke lapangan dan memberi sanksi pada anak-anak muridnya yang bandel.

Karena terlalu fokus, hingga Nada tidak menyadari kehadiran Anita tepat lurus dengan langkanya.

"Ehh!" kejut Nada hampir terjatuh bila Anita tidak memegang tangannya.

"Makanya, jalan itu mata dipakai buat lihat jalanan. Bukannya lihat kepsek killer!" cibir Anita menahan tawanya melihat saat Nada melongo melihat Ghozilla.

"Apaan sih? Mending bantu aku buat cari kelas ..." Nada merogo tasnya mencari lembar jadwalnya, "Kelas X.6 REG IPA!"

Seketika Anita menaikkan sebelah alisnya, ia tahu benar jika Nada diberi tanggung jawab mengajar kelas XII sebagai ganti bu Ajeng yang sudah pensiun. Lagi pula jadwal baru, ia yang mengetik.

"Bentar, bukannya kamu dapat jatah kelas 3, ya?" tanya Anita bingung. Dan itulah yang dirasakan Nada saat mengecek jadwal tadi malam.

"Aku juga nggak tahu. Kemarin Mr. Guntur ngasih aku kertas ini," ucap Nada menyodorkan selembar kertas di tangannya.

Anita segera mengechek jadwal yang di bawah sahabatnya ini.

"Lahh?" ujar Anita memukul kepalanya, "Ini, kan, jadwal tahun kemarin." lanjut Anita.

Panik nggak? Panik nggak? Panik lah masak enggak! Sungguh, Nada ingin berlari ke tengah lapangan dan menebas leher Guntur dengan pisau. Demi apa dia mau bercanda sama Nada, padahal tadi malam ia berpusing-pusing riya gara-gara selembar kertas.

Anita sendiri terus menahan tawanya demi kepentingan mayoritas. Jika saja ia tertawa keras, mungkin ia akan menjadi bahan tontonan humor.

Ia menunjukkan dari balik layar smartphone nya, jika Nada hanya ada dua jam di kelas XII.4 IPA.

Sedangkan Nada, apa responnya jika ia di berikan jadwal basi? Marah, kan? Yang pasti ia ingin mencari orang gila, lalu meminjam sandalnya untuk menipung kepala Guntur. Itu salah satu cita-cita jangka pendek milik Nada.

"Kamu punya 2 jam di kelas XII.4 IPA. Kelasnya ada di lantai 2." jelas Anita.

Namanya juga sekolah favorit, pastinya tidak semua murid di sini beragama islam. Tapi mayoritas islam, sama seperti saat ia mengajar di Jakarta.

Sekedar info, di SMA ini tidak semua guru memakai hijab. Muridnya saja tidak memakai hijab, meski agama mereka islam, indahnya toleransi.

"Ogehy, ntar share jadwalnya, ya!" seru Nada membalikkan badan dan berlalu dari hadapan Anita.

~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang