SATRU CHAPTER 22

85 6 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Apa salahnya jika berharap?" [Nada Naila Nur Habibah]

Kantung mata melebar, rambut acak-acakan serta tempat yang tidak strategis untuk seseorang hibernasi. Itulah posisi Nada saat terbangun di pagi ini.

Ia melirik ke arah alarm yang mungkin sudah hancur karena dibantai olehnya. Semalaman ia bergadang sampai larut malam hanya demi menulis 3000 shalawat Nabi sebagai hukumannya.

Tidak terasa mentari terbit begitu cepat hingga tidak terasa Nada baru tidur 3 jam. Sinar mentari semakin menyengat, menandakan hari semakin siang. Untungnya hari ini tidak ada jam di sekolah, alias free.

Untuk mengisi waktu luang, Nada memutuskan akan membantu Bi Yuni masak di dapur bersama mamanya.

Sekedar info, hari ini adalah pertemuan dua keluarga untuk membahas mengenai perjodohan Nada. Apakah Nada sudah ikhlas? Sudah tentu tidak, tapi semua usahanya tidak lebih dari sis-sia.

Kini hanya tinggal menghitung waktu datangnya orang koplak yang mau dijodohkan dengan Nada. Untuk tugas dari Guntur, Nada sudah menyelesaikan hal itu. Sekarang masalahnya adalah bagaimana ia bisa mengirim bukti tersebut, sedangkan smartphone dirampas begitu saja. Udah mirip anak sekolah aja dah.

"Udah atuh non Nada, biar Bibi yang lanjutin." pinta Bi Yuni meminta Nada untuk berhenti membantunya memasak di dapur.

"Nada cuma bantu sedikit kok, Bi. Lagian enak di sini." ketus Nada mengingat Kirana sudah keluar terlebih dahulu karena ia mendapat berita jika calon besan sudah datang.

Sedangkan Nada, persetan dengan hal itu. Ia hanya ingin menjadi dirinya sendiri.

Meski dirinya seorang anak konglomerat, tapi selama ini Nada bisa di bilang hidup sederhana. Itulah ajaran yang selalu di tanamkan sejak kecil oleh kedua orang tuanya.

Setelah selesai, Nada bersama pelayan yang lainnya keluar dari dapur sembari membawa hidangan. Reaksi mereka yang Nada lihat adalah canggung, itu sangat sulit di artikan. Sampai akhirnya wanita setengah baya seumuran dengan Kirana, menyungging senyum seraya menatap bangga ke arah Nada.

"Ohhh ... ini toh yang mau jadi menantu Mama?" ucapnya girang, sungguh di luar ekspetasi. Sikapnya sangat mirip dengan Kirana.

Setelah menaruh hidangan di meja, Nada segera mencium tangan para tamu. Sampai yang terakhir membuat Nada terkejut akan kedatangannya kali ini. Yups, Yhoga ikut serta dalam acara kali ini.

"Kak Yhoga?" kejut Nada membuat semua orang menolah ke arah mereka.

"Loh, kalian udah saling kenal, toh?" tanya wanita tadi.

"I-iya, tante." jawab Nada grogi.

'Jadi ini yang buat kak Yhoga nggak bisa lamar aku, karena dia calonnya.' batin Nada girang sekaligus lega.

"Kok panggil tante? Panggi mama Nanda saja ya," pinta Nanda pada calman (calon mantu) nya.

"Iya, Ma. Nada ini tetangga sama Yhoga pas di Jakarta." jelas Yhoga pada ibunya.

'Tuh, kan.'

"Nada cepat ganti baju dulu," pinta Hadi pada putrinya.

Memang benar, penampilan Nada kali ini lebih mirip anak komplek sebelah. Celana jasmine mocca dengan kemeja panjang berwarna indigo, serta rambut panjang terikat menyamping. Sungguh sederhana.

Sebelum itu, ada anak kecil yang bersih keras ikut Nada sejak pertemuan mereka 6 menit yang lalu. Emang dasar bocil.

Tamara Syaduh Ikhwana itu adalah nama anak kecil yang sekarang naik ke pelukan Nada dan ia bawa ke kamarnya. Pipinya mirip dengannya, sangat cubby, ingin sekali ia mencubitnya hingga menangis.

"Ma, dimana Tamara?"

"Di bawah sama calon istri kamu," goda Nanda yang membuat semua tertawa saat bayangan Nada telah menghilang.


~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang