SATRU CHAPTER 10

130 7 0
                                    

Happy Reading♡♡

"Umur tak akan mengubah keusilannya yang hakiki." [Nada Naila Nur Habibah]

Keesokan hari, sembari menunggu datangnya waktu panggilan ke sekolah dimana ia akan mengajar, Nada menghabiskan waktunya bersama mama serta pembantunya Bi Jum membuat makanan.

Moment-moment seperti ini yang selalu Nada rindukan saat jauh dari jangkauan orang tersayang. Setiap harinya hanya memasak mi instan dan makan pun di temani pantat ayam alias Sanjay adiknya. Emang ayam punya pantat, ya?

Hanya saja kali ini, ia belum mendapat kabar jika pantat ayam itu akan mengacaukan harinya. Mungkin Sanjay tengah bingung harus mengatakan apa di hari pertama kuliah. Tapi kalau di pikir-pikir, hari ini Nada juga ada panggilan maut, seharusnya ia juga merasa gugup akan hal itu.

Namun untuk sekarang jangan tanya Nada tengah gugup atau tidak, tentu ia akan menjawab 'TIDAK' dengan suara lantang. Baginya publik speaking itu hal biasa, karena ia telah terbiasa bicara di depan halaya. Bahkan ia pernah menyekak dosen semasa kuliahnya. Jelas dengan alasan yang bisa dipertimbangkan.

Memang ya, memiliki kecerdasan di atas rata-rata itu sangat menyenangkan, tapi kadang hal itu juga yang membuat mu terherumus hingga tidak bisa bangkit lagi.

"Nada, katanya hari ini ada panggilan dari sekolah tempat mu mengajar," ingat Kirana yang nyaris membuat Nada menepuk jidatnya dengan tangan yang berlumuran adonan tepung.

"Astagfirullah ... hampir lupa," ketus Nada menyadari jika sekarang sudah menunjukkan pukul 8 tepat dan janjinya jam 9. Dengan kata lain Nada harus kalang kabut untuk bersih diri serta bersiap.

Dengan jurus langkah seribu, Nada berlari sekencang mungkin menuju kamarnya. Saking cepatnya hingga Sanjay tidak melihat kehadiran kakaknya, bulu kuduk tiba-tiba berdiri. Merasakan hawa aneh, padahal itu hanya kakaknya.

Setelah 15 menit, Nada keluar dari kamarnya dengan memakai gamis navy yang serasi dengan tas serta hijabnya. Karena tidak ada waktu lagi jadi ia tidak sempat melilih baju, lagian tidak mungkin juga Nada memakai seragam saat ia mengajar di Jakarta. Kurang formal? Mohon maklumi lah ...

"Woy, mau ngaji ya, bu Nyai!" teriak Sanjay di ruang tamu. Ucapan itu lebih mirip cibiran ketimbang pertanyaan.

'Emang minta dijitak. Dasar pantat ayam!' batin Nada esmosi.

Namun Nada terus melanjutkan perjalanannya tanpa harus menggubris pantat ayam. Dengan kecepatan maksimal, Nada mengendarai motornya menuju sekolah terfavorit sembari memandang suasana kota Surabaya yang macet minta ampun. Ya, mau tidak mau Nada harus mencari akal bulus agar tidak terlambat. Melewati jalan pintas hingga pasar ia lakukan.

Sampai seorang anak kecil mengambil perhatian Nada, ia nampak lelah sampai tidur terlentang bak berjemur di pantai. Anak itu menujuk ke arah atas, sebagai akar permasalahannya. Dengan ikhlas Nada mau membantu dua bocil itu agar tidak menangis.

~*~*~

YANG PUNYA ADIK KAYAK SANJAY DI RUMAH, YOK BANTAI BANTAI!

UDAH DEWASA TAPI MASIH KAYAK BOCIL EPEP.

LANJUT LANJUTT ...

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang