~*~*~
Setelah beberapa kejadian yang terjadi, entah mengapa Nada merasa semakin dekat dengan Guntur. Atau mungkin itu hanya perasaan Nada saja? Terlebih lagi Guntur setiap hari mengajaknya untuk pergi ke taman belajar miliknya dan sudah tentu, telah mendapatkan izin secara resmi dari kedua orang tuanya.
Mulai dari siang sampai sore, Nada lewati bersama dengan Guntur. Namun sampai sekarang belum ada kejelasan dari keduanya. Masih banyak rasa canggung ketika keduanya sedang bersama. Seakan kebersamaan mereka selama ini hanya sebatas rekan kerja.
Kemarin waktu Nada ulang tahun. Guntur memberikan hadiah yang sangat langka. Yang tidak ada duanya. Sebuah buku Bidadari Surga. Sama sekali tidak ada romantisnya, atau memang Guntur tidak memiliki insting mengenai wanita. Mentang-mentang Nada seorang guru Sastra, jadi hadiahnya harus buku? Tapi, ia tetap menerimanya karena itu adalah kebaikan dari Guntur. Masih mending Beruang kutub itu masih mengetahui ultanya.
Sore ini Guntur mengantarkan Nada pulang, sebagaimana biasanya. Karena hari mulai gelap disertai hujan rintik-rintik, Nada tengah berbaik hati dan menawarkan apakah Guntur mau masuk dulu. Tapi seharusnya ia sudah tahu jika Beruang kutub ini akan mengatakan 'tidak', takut merepotkan kedua orang tuanya. Namun sepertinya Tuhan berkehendak lain.
"Eh, nak Guntur!" panggil Kirana di depan pintu rumahnya.
"Ayo masuk dulu," lanjutnya sebelum Guntur masuk ke dalam mobilnya.
Spontan Guntur balik kanan lalu mencium punggung tangan Kirana, selayaknya ibu dan anaknya.
"Tidak, Ma. Guntur mau langsung pulang." ucap Guntur menolak secara halus ajakan Kirana.
"Makan dulu, nanti baru boleh pulang, ya?"Sungguh Guntur ingin kembali pulang.
Tapi tatapan mata Kirana membuatnya sedikit ragu-ragu untuk menolak tawaran itu.
Guntur menghela napas, "Iya, Ma." balas Guntur membuat hati Kirana berbunga-bunga.
Ketiganya segera menuju ruang makan, yang di sana sudah ada Sanjay dan Hadi. Sanjay tampak menahan tawa karena melihat Nada begitu menjaga sikapnya.
Namun Nada masa bodoh dengan sikap Sanjay, tapi beda lagi dengan Hadi yang diam menatap kehadiran Guntur di sebelahnya. Tapi itu tidak bertahan lama, saat Guntur mulai membicarakan mengenai pekerjaan. Kalau masalah itu, dua laki-laki ini memang satu frekuensi. Banyak hal yang bisa di bicarakan mengenai pekerjaan.
Sekarang Guntur tengah mentanap ke arah Nada, tatapan itu sulit diartikan oleh orang awam. Kalau tatapan dingin, itu sudah biasa baginya. Mungkin mata Guntur memang ditakdirkan memiliki tatapan tajam yang mudah mengintimisadi seseorang.
"Ma, Pa." panggil Guntur membuat keduanya menoleh ke arahnya.
Nada menatap heran dengan sikap Guntur yang biasanya tenang. Sekarang malah gugup tidak karuan.
"Guntur merasa tidak nyaman dengan perjodohan ini."
Brak!
Satu hantaman keras di atas meja sebagai jawaban dari ucapan yang Guntur lontarkan kepada Hadi. Ya, pria itu tengah naik darah ketika mengetahui bila cowok di sampingnya ini ingin mempermainkan putrinya begitu saja.
"APA MAKSUD KAMU? JANGAN MAIN-MAIN DENGAN PUTRI SAYA!" ancam Hadi yang segera di tenangkan oleh Kirana.
Sedangkan Nada hanya bisa diam melihat kehidupannya yang hampir mirip jemuran. Di gantangin mulu.
"Tolong tunggu penjelasan dari saya, Pa." pinta Guntur sebelum Hadi menyeretnya keluar dari kediamannya.
Hal itu akan terjadi bila mana Kirana gagal untuk meredam amarah suaminya.
"Pa, dulu Guntur memang sempat menolak perjodohan ini. Bahkan pertemuan dua keluarga itu, Guntur masih merasa canggung dengan hal itu," jelas Guntur mulai dari kronologinya.
"Tapi, setelah saya bersama Habibah selama beberapa hari ini. Saya rasa Habibah memang jodoh saya."
"Dan, saya ingin melamar putri Ayah dan Mama, Nada Nailah Nur Habibah untuk menjadi istri saya kelak di dunia hingga ke Jannah_Nya." ungkapan itu terasa begitu dalam, hal itu terlihat dalam tatapan mata Guntur yang berbeda, lebih sayu.
'Hah?!'
Hanya keheningan yang ada saat ini. Pengakuan Guntur kali ini hampir membuat jiwa buas Hadi muncul.
"Alhamdulillah ..." jawab mereka serentak.
Panik nggak? Panik nggak? Paniklah sama enggak! Itulah jargon baru milik Nada ketika melihat respon dari ucapan Guntur.
~*~*~
Di tengah kesibukan mengajar, Nada akan sempatkan membaca buku untuk referensi tulisannya. Namun saat asiknya ini akan terganggu bila ada panggilan masuk dari Guntur. Nada segera mengerutkan dahi sembari memahami apa yang coba Guntur katakan.
Gunturuyun Petir : Nanti malam aku tunggu di cafe Inna
Nada sengaja mengganti nama itu, karena ia memang suka mengganti namanya setiap minggu sekali. Namun sebelum Nada membalasnya, baterai smartphone nya lowbet. Padahal ia ingin membuat gojlokan. Tapi kalau di ingat-ingat, malam ini Nada ada turnamen. Sekarang bagaimana ia bisa menghubungi Guntur. Tapi di sisi lain ia merasa tidak tega bila tidak datang. Sekarang, apa yang kamu lakukan?
~*~*~
KAMU SEDANG MEMBACA
SATRU || End
Romance《Genre: Perjodohan, islami》 Nada Naila Nur Habibah, cewek dengan julukan G3B1C (Gendut, Bobrok, Bucin, Baper dan Cerdas). ♡ ♡ Pas jatuh cinta ditolak habis habisan! Di tambah lagi masalah perjodohan saat beranjak dewasa, banyak rintangan mulu hidup...