BAB 28

78 7 0
                                    

~*~*~

Saat jam istirahat datang, Nada memberanikan diri untuk melakukan tantangan yang diberikan oleh Anita. Ya, meski sempat ada hal yang membuat Nada mengurungkan hal itu, tapi sekarang ia sudah siap untuk baku hantam dengan Guntur.

'Hmmm ... okey, Nada tenang. Lo pasti bisa.'

Untuk pertama kalinya Nada merasa sangat gugup, jantungnya seakan dag-dig-dug-jedar tidak karuan. Sebelum membuka pintu, Nada sudah membawa ayat kursi serta Al-Fatihah, lah, udah mirip mau nangkep hauk!

Seperti biasa, Nada mendapati pria itu hanya sibuk dengan laptopnya. Entah apa saja yang ia lakukan, tapi Nada tahu Guntur sangat sibuk dengan gelarnya sebagai seorang kepala sekolah. Pasti ada ini, anuh, gitu. Eh! Kok malah khawatir sama yang kayak gituan ya? Fokus Nada!

"Ada apa?" ketus nya to the point. Seakan kedatangan Nada kali ini sangat mengganggu konsentrasi dirinya dalam bekerja.

'Mau bantai bapak, eh! Maksudnya mau baku hantam.' batin Nada semi cengengesan.

"Emmm ... ada yang mau saya bicarakan sama bapak,"

"Jika tidak terlalu penting, bisa bicara nanti saja!" potongnya secepat jaringan 5G.

'Itu mah, bapak ada yang anggep masalah ini nggak terlalu penting!'

Yups, stok kesabaran masih aman. Untungnya Nada melakukan isi ulang sebelum masuk ke dalam kandang beruang kutub.

"Apa bapak tidak ada waktu untuk saya?" tanya Nada yang langsung di tanggapi oleh Guntur, hingga ia berhenti fokus pada laptopnya lalu beralih pada calon istrinya.

Sekarang hanya ada keheningan, entah hanya Nada yang merasa canggung saat di tatap tetus menerus oleh Guntur. Tapi yang pasti Nada sekarang tidak ingin membuka matanya.

"Ntar pas pulang sekolah, apa kamu ada acara?" tanya Guntur memecah keheningan di antara keduanya. Yang mengejutkan adalah saat Guntur merubah tutur bicaranya yang sedikit santai dengan Nada.

"Ti-tidak pak," jawab Nada setengah menahan tawa akan kenyataan yang baru saja ia lihat.

"Nanti sore ikut saya ke suatu tempat. Sepertinya saya juga harus membagi hal ini dengan mu juga, Habibah." ujar Guntur.

'Harus dibagi? Apaan?' otak Nada belum sampai untuk meresapi ungkapan Guntur itu.

"Itu kemana, pak? Say_"

"Ikut saja dan jangan banyak bertanya!"

Nada segera menyadari keadaannya dan langsung berpamitan. Yah, misi pertama gagal, tapi tenang masih ada waktu sore nanti.

Sekarang yang menjadi masalah ialah, Nada yang terus memikirkan tatapan mata serta tutur kata Guntur yang berubah dratis bila ia mengatakan kepastian akan hubungan mereka. Apa Mr. Guntur menginginkan Nada? Ish, memikirkannya saja membuat siapa pun akan risih. Tapi tidak menutup kemungkinan hal itu akan terjadi.

'Apa sih, yang ada di pikirannya? Saat aku ingin menjauh, tapi sikapnya seolah-olah ingin menbuatku nyaman. Sebenarnya apa yang mau kau lakukan pak?' batin Nada sealunan dengan langka kakinya.

~*~*~

Jangan lupa tinggalkan jejak♡

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang