BAB 30

88 10 0
                                    

~*~*~

Senja perlahan terbenam di ufuk barat. Warna jingga di langit mewarnai keramain kota Surabaya. Banyak pedagang kaki lima di pinggir jalan, serta masyarakat yang halu lalang di sekitarnya. Meski di luar nampak ramai tapi di dalam mobil sport ini ada keheningan yang diakibatkan oleh rasa canggung yang berkelanjutan.

Nada memperhatikan Guntur melalui bayangan di balik kaca, sepertinya pria itu tengah mengangkat panggilan penting hingga memasang muka datar. Sampai akhirnya mereka berhenti di sebuah masjid, untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah dan dilanjutkan isya'.

Setelah menunaikan shalat isya', Guntur di buat bingung dengan sikap Nada yang terlihat begitu panik, apa ia ingin ke toilet? Untuk sekarang hanya itu saja yang ada di pikirannya.

Sedangkan Nada terus berjalan dengan panik, karena ia tidak bisa menghubungi kedua orang tuanya yang mungkin sekarang tengah mengkhawatirkannya. Sebuah kubangan air siap menghenangkan Nada di dalamnya jika Guntur tidak sigap menarik tangan Nada dan sebagai ganti, kemejanya harus rela terkena air.

'Mampus dah ...'

"Ma-maaf." ketir Nada takut bila beruang kutub ini akan membantai dirinya saat ini juga.

Bukannya bicara, Guntur malah menatap tajam Nada lalu berjalan menuju mobilnya. Sebelum masuk Guntur menoleh ke arah Nada dan berkata,

"Jangan ngintip!" ancam Guntur yang di balas senyum setan oleh Nada.

'Ogah banget!'

"Nggak kok, pak."

10 menit kemudian, Guntur keluar dari mobilnya. Ia mengenakan jaket biru tua dan mengganti celananya dengan trining, tak lupa sepatu adidas putih yang melindungi kakinya.

Ia berjalan menuju Nada sembari menyisir rambutnya ke belakang dengan jari jemarinya. Penuh pesona hingga membuat kaum hawa akan mimisan ketika melihat penampilan santai milik Guntur, tapi itu tidak berpengaruh untuk Nada.

'Caper banget sih, pak!'

"Ma-maaf, saya tadi_"

"Hmm, saya tahu. Lain kali hati-hati." sela Guntur seperti biasa.

"Pak, saya ingin langsung pulang, takutnya orang tua_"

"Saya tadi sudah telepon Ayah Hadi. Saya bilang kalau kamu sama saya dan mungkin akan pulang terlambat." sela Guntur lagi.

Kali ini Nada terkejut, karena ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Guntur katakan padanya. Apa ini keajaiban? Atau hanya sebuah kebetulan?

"Hey!" panggil Guntur yang sudah di depan mobilnya.

'Sejak kapan entuh orang di sana?'

"Katanya mau pulang?" lanjut Guntur lalu ia masuk ke dalam.

Nada menepuk jidatnya sendiri, karena terkejut sampai tidak menyadari bila ia akan di tinggal Guntur. Segera ia berlari untuk menyusulnya.

"Tu-tunggu, pak!" teriak Nada.


~*~*~

SATRU || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang