Dear Sansekerta,
Kamu tahu?
Diantara dua belas bulan dalam satu tahun, aku paling benci bulan Juli.
Sebab kadang kala hujan turun. Aku bukannya tidak suka hujan. Hanya saja hujan di bulan Juli, bukan pertanda baik untuk diriku.
Selain karena banyak hal buruk yang terjadi, rasa sakit yang selama ini aku tahan hampir tumpah ruah menerobos dada di hari pertama bulan Juli menyapa. Untungnya aku ahli berbenah.
Walau hatiku bentuknya masih berantakan, aku akan mencoba merapikannya sedikit demi sedikit. Pasti seiring berjalannya waktu, semua akan baik-baik saja, kan?
Banyak orang bilang bahwa obat paling manjur untuk menghilangkan rasa sakit adalah waktu. Tapi sejauh ini aku belum merasa sembuh. Bahkan semakin keropos.
Apa karena aku melewatinya sendirian?
Enam belas tahun aku berteman dengan bulan Juli, belum satu kalipun aku merasa senang.
Begitupun Juli di tahun ini. Juli selalu sama seperti sebelum-sebelumnya dan aku masih tidak menyukainya.
Tapi, Ata. Saat bertemu kamu, aku mulai tidak bisa mengenali bagaimana rupa bulan Juli kala menyapaku.
Bulan Juli ketika ada kamu jadi sedikit berbeda. Kalau begini caranya aku bisa berkhianat dan berakhir menyukai bulan Juli. Apa karena hujan belum turun?
Ah, sudahlah. Yang terpenting, sekarang aku tak melewati bulan Juli seorang diri lagi.
Banyak hal yang aku lalui selama berada di sampingmu dan aku menyebutnya sebagai anugerah.
Ketika merasa hidupku tak adil, bertemu denganmu membuatku bisa melihat dunia dari sudut pandang yang lain.
Aku pikir selama ini tidak ada yang namanya ketulusan, tapi darimu aku belajar bahwa manusia menunjukan perasaan masing-masing dengan cara yang berbeda.
Bahkan sebelumnya aku tidak percaya bahwa aku bisa melihat ketulusan itu hanya dari mata. Iya, dari mata indahmu.
Kamu merubah pandanganku tentang kehidupan. Salah satunya, bahwa mencintai seseorang tidak perlu dengan berjuta kata lewat suara.
Lagipula kita sudah punya bahasa cinta kita sendiri. Benar kan, Sansekerta?
Meski terlambat, aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sangat bersyukur dengan keberadaanmu di dunia.
Biar orang-orang bilang kamu tak sempurna, bagiku kamu adalah sosok paling sempurna yang pernah ku temui semasa hidup.
Sansekerta, si lelaki bisu yang mempunyai senyum semanis madu menawan hati. Si lelaki tuli berhati hangat yang selalu ku jadikan sandaran menempa kesedihan.
Sansekerta, terima kasih. Untuk semuanya.
Dan terima kasih karena sudah membiarkanku mencintaimu.
🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...