Aku tahu aku tidak pantas, tapi bisakah kau beri aku kesempatan?
_________________
"Morning, Ata."
Sapaan manis khas milik Sembagi menyapa Sansekerta kala keduanya bertemu di gerbang sekolah. Tidak seperti biasanya, Sansekerta hanya melengos dan tidak membalas sama sekali. Sembagi yang belum sadar dengan perubahan itu terus mengikuti lelaki itu sampai ke parkiran.
"Lo udah sarapan, Ta?"
Sekali lagi Sembagi tidak mendapat respon. Usai memastikan Sansekerta menurunkan standar sepedanya, Sembagi segera mengait lengan Sansekerta cukup erat. Membuat lelaki itu tersentak kecil dan tanpa bisa melawan akhirnya mengikuti langkah kaki Sembagi yang menyeretnya.
"Ke kantik, yuk? Kita beli susu dulu abis itu ke kelas."
Sembagi menoleh pada Sansekerta dan langsung mengernyit tidak suka saat sadar bahwa ada luka di wajah tampan Sansekerta. "Ya Tuhan, Ata. Muka lo kenapa lagi?"
Refleks Sansekerta menyentuh pelipisnya yang memang berdenyut perih. Luka itu Sansekerta dapat dari Arizona kemarin. Sudah tidak berdarah memang tapi masih basah. Semalam Sansekerta sudah mengobatinya dengan betadine.
"Kita ke kelas aja, obatin luka lo dulu."
Kembali Sembagi menarik tangan Sansekerta, namun lelaki itu menahannya. Dengan pelan Sansekerta melepaskan cekalan Sembagi ditangannya. "Kenapa?" tanya Sembagi heran.
Sansekerta menggeleng lalu pergi duluan, meninggalkan Sembagi yang termangu. Gadis itu mulai merasa jika Sansekerta menghindarinya. Entah apa yang sudah terjadi.
Pulang sekolah kemarin Sembagi memang tidak bertemu dengan Sansekerta karena dipanggil oleh guru BK akibat ketahuan mampir ke kantin saat jam pelajaran, padahal kelasnya sedang jam kosong. Akhirnya Sembagi harus pasrah mendengarkan ceramah guru BK sampai bel pulang berdentang.
Membatalkan niat untuk pergi ke kantin, Sembagi akhirnya memilih mengikuti Sansekerta ke kelas. Selain harus meminta penjelasan, Sembagi juga harus mengobati luka lelaki itu. Sialnya, di depan kelas tiba-tiba Arizona menghadangnya.
"Hei, cantik," sapa Arizona membuat Sembagi mendengkus. "Tadi gue lihat lo gak bawa mobil. Tadi ke sekolah naik apa?"
Sembagi melirik sekilas ke arah Sansekerta yang kini sudah duduk anteng di kursinya dengan kepala memunduk seolah tidak perduli pada Sembagi yang diganggu Arizona. Lalu gadis itu menatap Arizona dengan jengah.
"Kepo. Awas deh, gue mau lewat!"
"Galak. Gue tahu lo makin cantik pas marah-marah, tapi emangnya gak capek marah terus?" tanya Arizona dengan nada dibuat setenang mungkin.
"Capek. Makanya berhenti ganggu gue! Minggir!"
"Etis, mau kemana?" Arizona merentangkan tangan menahan Sembagi kala gadis itu meringsek maju. "Mau beli susu ultra gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...