06 | Otakless

2.7K 572 52
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak ingin terlihat lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi aku tidak pernah punya kesempatan untuk jadi lebih kuat.

______

Akhirnya Sansekerta mempunyai teman. Meski hanya sebatas teman sebangku. Ah, tapi sepertinya lebih dari itu. Karena sekarang Sansekerta dan Sembagi sudah saling bertukar nomor telepon. Bolehkah Sansekerta merasa senang?

Diam-diam Sansekerta mencuri pandang pada Sembagi dengan ekor mata. Gadis itu nampak sibuk bermain ponsel sambil sesekali membalas sapaan teman sekelas yang melewati meja mereka.

Sembagi sangat ramah. Berbeda dengan Sansekerta yang pendiam. Bagiamana tidak, penghuni kelas saja tidak mau menyapa Sansekerta.

Mereka terpaksa berhubungan dengan Sansekerta jika ada tugas atau sesuatu yang mendesak. Seperti pesan dari guru atau meminta uang kas.

Selama pelajaran berlangsung, atmosfer di antara keduanya begitu hening. Sansekerta fokus mendengarkan penjelasan dari guru dengan binar penuh minat, sementara Sembagi, pura-pura memperhatikan materi dengan bibir terlipat serta kelopak mata yang memberat.

Terus terang, Sembagi tidak suka belajar. Dia bodoh. Sangat sulit baginya untuk memahami rumus-rumus matematika, dan fisika. Lalu kenapa dia bisa masuk kelas IPA? Tentu saja karena paksaan!

Argh, rasanya Sembagi ingin kabur dari kelas dan mencari tempat untuk membaringkan tubuh dan memejamkan mata. Akan tetapi itu tidak mungkin, mengingat ia masih berstatus sebagai siswa baru.

Pandangan Sansekerta yang semula fokus pada guru paruh baya di depan papan tulis, beralih pada puncak kepala seseorang di sebelahnya.

Tidak ada pergerakan dari Sembagi selama hampir 5 menit di posisinya. Kedua tangan Sembagi memegangi kepala dengan siku yang bertumpu pada meja. Tampak terantuk-antuk.

Pelan, Sansekerta menyikut lengan Sembagi kala tatapan guru di depan mengedar. Meneliti satu persatu murid yang mungkin saja tidak memperhatikan pelajaran.

Tidak ada respon. Kalau begini bisa-bisa Sembagi kena marah, itu yang Sansekerta khawatirkan. Apalagi Bu Friska terkenal galak.

Sekali lagi Sansekerta mencoba membangun Sembagi. Namun sebelum usahanya berhasil, Bu Friska sudah lebih dulu memergoki Sembagi yang tertidur.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang