Ternyata bukan hanya nasibku yang ditentukan oleh mereka, tapi juga hidupku.
____________
Sepanjang perjalanan, Sembagi dan Sansekerta hanya diam. Gadis itu nampak melamun dengan sebelah tangan yang melingkar di perut Sansekerta. Menikmati angin panas yang berhembus karena polusi udara kota Jakarta.
Tak berapa lama sepeda berbelok masuk ke jalan yang lebih sepi. Sansekerta terus mengayuh sepeda tanpa ingin mengganggu ketenangan gadis yang duduk manis di boncengannya.
Sansekerta tengah memikirkan kejadian tadi di sekolah. Tentang ucapan Arizona yang mengatakan bahwa Sembagi mengingkari janji. Sansekerta ingin tahu apa yang gadis itu janjikan pada Arizona, meski akhirnya tidak ditepati.
"Ata...," panggil Sembagi di tengah semarak angin. "Kedengeran gak suara gue?"
Sansekerta mengangguk, tetapi tak membuat Sembagi meneruskan percakapan. Gadis itu terdiam sebelum akhirnya menepuk punggung Sansekerta.
"Ta, makan es teler, yuk?" Sembagi menunjuk pedagang es di depan. "Gue pengin minum yang seger-seger."
Tanpa menunggu sepeda berhenti, Sembagi sudah dulu melompat dari boncengan. Membuat Sansekerta tersentak kaget dengan tindakan berbahaya itu, bisa saja Sembagi jatuh dan terluka. Lelaki itu mendelik pada Sembagi yang hanya menyengir kuda.
Melihat Sembagi yang sudah menghambur ke pedagang es, terpaksa Sansekerta turun dan memarkirkan sepedanya di dekat gerobak.
"Pak, pesen es teler 2 porsi, ya," ucap Sembagi ramah.
"Siap, Neng. Ditunggu dulu."
Dua remaja itu duduk di bangku yang tersedia. Tak sampai menunggu lama, dua mangkuk es teler sudah tergeletak manis di hadapan mereka. Serutan es dengan topping buah, agar, susu dan bahan-bahan lainnya menjadi pemandangan yang melaparkan mata. Sungguh menyegarkan dan terlihat menggiurkan.
Sembagi yang memang kehausan langsung menikmati es tersebut sampai tersedak di suapan pertama. Dengan sigap Sansekerta menepuk-nepuk punggung Sembagi.
"Aaaah, seger banget. Udah lama gak makan es teler," Sembagi memasang wajah sumringah. "Enak, kan?"
Sansekerta mengangguk menyetujui. Kemudian keduanya sibuk menikmati es masing-masing.
"Sebenernya tadi pagi gue udah janji sama Ari buat makan siang bareng. Gue bahkan sampai janji jari kelingking."
Pengakuan Sembagi dimulai dan Sansekerta dengan senang hati mendengarkan. Karena memang ini yang ia tunggu-tunggu. Meski Sembagi bercerita sambil terus fokus pada mangkuk es, Sansekerta lebih memilih menatap wajah cantik gadis itu yang selalu dipenuhi berbagai ekspresi.
"Ya..., kaya yang lo tau kalo gue gak jadi makan sama Ari dan lebih milih makan siang bareng lo di taman. Gue udah siapin bekal buat lo, jadi gak mungkin gue makan bareng Ari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...