Aku menyukaimu. Entah berapa kali aku harus mengatakannya agar kau percaya jika perasaanku nyata adanya.
_________
"Assalamu'alaikum. Halo. Pagi. Permisi."
Sembagi mengucap salam dengan lantang seraya mengetuk pintu kayu rumah Sansekerta dengan tidak sabar. Sudah hampir 10 menit Sembagi berdiri menunggu namun si pemilik rumah belum juga muncul.
"Ataaaa, main yuk!"
"Ata. Bangun woi, udah siang."
Beberapa orang yang lewat di depan rumah menatap Sembagi dengan penuh tanya, bahkan ada yang menampilkan wajah kesal karena Sembagi membuat keributan pagi-pagi. Ponsel Sembagi ada di mobil jadi ia tidak bisa menelpon Sansekerta, terlalu malas untuk mengambilnya.
Dengan raut jengkel, Sembagi memeriksa jam yang melingkar di tangannya. "Udah jam 6. Masa iya cowok serajin Ata belum bangun," gumamnya bermonolog.
"Udah berangkat kali, ya?" Sembagi berjalan ke depan dan melongok samping rumah. Masih ada sepeda bersandar di dekat dinding, yang artinya Sansekerta masih di rumah.
"Apa dobrak aja?"
Baru saja Sembagi hendak melancarkan aksinya, tiba-tiba pintu rumah terbuka. Hampir saja Sembagi mengumpat karena kaget, apalagi melihat Sansekerta muncul dengan wajah polos dan tidak merasa bersalah sama sekali sebab sudah membuat Sembagi menunggu lama.
"Ck, lama banget. Gak denger daritadi gue panggil?"
Sansekerta sedikit terkejut mendapati Sembagi ada di teras rumahnya, tapi kemudian ia teringat jika semalam gadis itu mengatakan ingin menjemputnya dan berangkat bersama.
Menyadari ekspresi masam di wajah Sembagi, Sansekerta melipat bibir. Merasa tidak enak karena sepertinya Sembagi sudah lama menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...