Adzan subuh baru selesai berkumandang. Membangunkan para penghuni dunia itu segera menunaikan kewajiban sebagai orang muslim. Begitupun dengan Sansekerta yang mengambil air wudhu dan shalat berjamaah bersama Lestari.
Selesai beribadah, Sansekerta menyibukan diri dengan kegiatan dapur. Sedangkan Lestari juga sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk di masak. Malam sebelumnya Lestari sudah membuat semua bumbu, sehingga pagi ini tinggal mengolah sehingga lebih hemat waktu.
Seperti biasa, aktivitas pagi keduanya adalah memasak pesanan nasi box untuk para langganan.
"Kamu jadi bikin bekal buat Agi?" tanya Lestari sembari mengaduk nasi yang baru saja matang.
Sansekerta mengangguk tanpa mengalihkan perhatian dari penggorengan. "'Mau bikin apa emangnya?" tanyanya lagi.
"Roti bakar?" Kening Lestari mengernyit saat anaknya mengangkat sebungkus roti tawar. "Gak kenyang dong, Nak."
Bukan. Sansekerta mengibaskan tangannya. Mau bikin sandwich, isian sayur.
"Oalah. Ada-ada aja kamu, itu sandwich kaya makanan orang luar, toh?" Sansekerta mengangguk membenarkan. "Pasti Agi suka."
Tepat pukul 6, semuanya selesai. Sansekerta bergegas mengantar semua pesanan dan kembali ke rumah untuk mandi dan bersiap ke sekolah.
Entah kenapa hari ini Sansekerta merasa bersemangat. Mungkin karena ingin menunjukan kotak bekal baru dan menu makanan yang belum pernah ia buat sebelumnya.
Semoga Agi suka.
Tiba di sekolah, Sansekerta memarkir sepedanya terburu-buru. Ia ingin cepat bertemu Sembagi. Sansekerta berniat berlari kecil sebelum atensinya terpaku pada mobil yang baru datang dan berhenti tak jauh dari posisinya.
Yang membuat Sansekerta berhenti dan terus memperhatikan mobil itu karena matanya menangkap sosok Sembagi di bangku samping kemudi. Terlihat jelas sebab kaca pintu mobil tersebut diturunkan. Seolah disengaja oleh si pemilik yang tak lain adalah Arizona.
Sembagi keluar dari mobil sebelum Arizona selesai memutari mobil. "Gue kan tadi bilang tunggu. Gue mau bukain pintu buat lo," ucap Arizona.
Bibir Senbagi berdecih sinis. "Lo pikir gue cacat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...