Disetiap rasa lelah, pasti ada penawarnya.
Begitupun setiap luka, pasti ada obatnya._________
Happy Reading
Sansekerta tidak melihat Sembagi selama dua jam pelajaran terakhir. Setelah seharian merecokinya untuk minta diajari, gadis itu pamit izin ke toilet pada guru. Namun sampai bel pulang berbunyi, Sembagi tidak kembali.
Kelas hampir kosong dan Sansekerta masih berada di dalam kelas. Sengaja dia ingin keluar paling terakhir. Selain karena tidak ingin didorong-dorong oleh teman-temannya, Sansekerta juga berniat menunggu Sembagi.
Entah kenapa Sansekerta sedikit khawatir melihat seharian tadi gadis itu nampak tak bersemangat. Terlebih saat Sansekerta menolak mengajarinya, Sembagi semakin lesu.
Kebimbangan mendatangi Sansekerta. Lelaki itu menimang-nimang ponsel model lama miliknya sembari bergelut dengan pikiran. Sansekerta ingin menghubungi Sembagi, tetapi takut menganggu dan dianggap berlebihan.
Sepuluh menit menunggu, akhirnya Sansekerta memutuskan pulang. Diliriknya tas Sembagi yang masih berada di laci meja, sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan ruang kelas.
Gedung sekolah belum terlalu sepi. Sebagian siswa masih tinggal di sekolah untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dengan kepala menunduk, Sansekerta berjalan melewati kerumunan anak-anak basket yang hendak menuju lapangan.
"Ada si bisu," celetuk Yoga — salah seorang anak IPS sekaligus anggota basket.
Arizona mengangkat pandangan dari ponsel, kemudian tersenyum miring melihat siapa yang Yoga maksud. "Sabrang mana?" tanyanya pada Abdul yang baru saja keluar dari kamar ganti.
"Masih ganti."
"Yog, cegat dia terus seret ke ruang ganti," titah Arizona yang langsung diangguki Yoga. "Masuk lagi, Dul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Novela Juvenil"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...