16 | Setajam Duri

2.2K 484 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kalimat yang diucapkan oleh orang tersayang, selalu membekas dihati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kalimat yang diucapkan oleh orang tersayang, selalu membekas dihati. Baik yang mengharukan maupun menyakitkan.

____________

Sepanjang pelajaran berlangsung Sansekerta sama sekali tak merespon Sembagi yang berusaha mengajaknya berbicara. Melirikpun tidak.

Padahal Sembagi hanya khawatir melihat lebam di wajah Sansekerta yang mulai membiru. Sembagi ingin tahu siapa yang sudah melukai teman sebangkunya itu.

Plester yang Sembagi berikan juga belum dipasang oleh Sansekerta. Lelaki itu hanya menyimpannya di saku seragam.

Hingga jam pulang datang, Sansekerta langsung membereskan buku dan keluar kelas tanpa berpamitan pada Sembagi seperti yang beberapa hari ini ia lakukan.

"Ata!"

Sembagi menahan tangan Sansekerta ketika berhasil menyusulnya. "Lo kenapa, sih?" tanyanya to the point.

"Kenapa lo cuekin gue?"

Sansekerta menggeleng lalu mengeluarkan ponsel dan mengetik sesuatu. Aku gak cuekin kamu.

"Bohong. Lo daritadi gak respon setiap gue ajak lo ngomong."

Maaf, aku lagi buru-buru.

Begitu Sembagi membacanya, Sansekerta kembali melangkah namun dengan cepat Sembagi menangkap tangannya. Lalu dalam diam, gadis itu merogoh saku seragam Sansekerta dan mengambil plester yang tadi ia beri.

Sama diamnya, Sansekerta memperhatikan gerak gerik Sembagi yang membuka bungkus plester lalu menempelkannya pada beberapa luka di wajahnya. Hingga semua plester terpasang, Sembagi tak bersuara sepatah katapun.

Berpikir bahwa semua selesai, Sansekerta hendak pergi, akan tetapi sentuhan tangan Sembagi di rambutnya membuat lelaki itu terpaku.

Dengan pelan dan lembut Sembagi merapikan helaian rambut Sansekerta yang menutupi kening lelaki itu. "Cepet sembuh."

Selanjutnya Sembagi lebih dulu meninggalkan Sansekerta yang termangu. Gadis itu menuju ke parkiran dan memasuki mobilnya.

Walau diluar terlihat tenang, pikiran Sembagi sedang berkecambuk. Dia masih memikirkan kenapa Sansekerta mendiamkannya.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang