02 | Rutinitas

3.6K 653 61
                                    

Aku terbiasa dengan kesendirian, semenjak dunia menyapa kehadiranku tanpa sebuah suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terbiasa dengan kesendirian, semenjak dunia menyapa kehadiranku tanpa sebuah suara.

_________

Bagi Sansekerta Aditama, bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan membantu ibu nya memasak di dapur adalah rutinitas yang paling menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Sansekerta Aditama, bangun sebelum adzan subuh berkumandang dan membantu ibu nya memasak di dapur adalah rutinitas yang paling menyenangkan.

Sambil menunggu waktu ibadah, Sansekerta akan menyiapkan bumbu dapur dan menyiangi sayuran. Jika sedang ada pesanan, maka Sansekerta akan ambil bagian memasak. Sedangkan ibu nya menata kotak nasi untuk diisi.

Mereka berdua bekerja sama mencari nafkah dengan membuka jasa catering. Walau pesanan tidak banyak dan tidak sering datang, Sansekerta dan ibu nya sangat bersyukur masih bisa diberi rezeki yang cukup.

Berprofesi sebagai buruh bangunan, gaji yang diterima Subroto cukup kecil. Dan gaji yang tidak seberapa itu tidak pernah dibagikan pada anak dan istri. Itulah mengapa Lestari harus berjuang mengais rezeki untuk keberlangsungan hidupnya bersama Sansekerta.

Masakan buatan Sansekerta sangat lezat. Berkat keahlian memasak anaknya, Lestari punya beberapa langganan tetap yang sering memesanan nasi box untuk acara penting atau sekedar untuk makan bersama keluarga karena malas memasak.

Selesai berjibaku dengan peralatan dapur dan bebersih, Sansekerta akan menggunakan sisa waktu untuk belajar. Baru ketika langit sudah sedikit terang, ia akan mengantar pesanan ke rumah pelanggan menggunakan sepeda tua peninggalan almarhum kakek nya.

Kegiatan menyenangkan lainnya selain memasak adalah bersepeda sambil menghirup udara pagi yang masih segar dan sejuk. Warna langit yang masih bersemburat fajar, terlalu sayang untuk dilewatkan.

Sansekerta mengayuh pedal dengan senyuman lebar, menyambut hari baru sekaligus mengucap syukur karena masih bisa melihat keindahan dunia.

Tak lama, Sansekerta berhenti di sebuah rumah bercat biru muda. Sesaat setelah memarkirkan sepeda, si pemilik rumah sudah keluar dan langsung mengomelinya.

"Kenapa lama banget? Anak saya udah lapar mau berangkat sekolah!"

Melihat ekspresi kesal di wajah Marta, buru-buru Sansekerta menyerahkan kantong berisi 3 buah nasi box seraya membungkukan badan. Meminta maaf.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang