24 | Ancaman kesekian

2K 396 45
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak ketidakmungkinan dihubungan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Banyak ketidakmungkinan dihubungan ini. Entah salah atau benar, aku mulai meragukannya.

__________

"Ata, pulang sekolah ada acara?"

Sansekerta yang tengah berkemas, menoleh dan menggeleng pada Sembagi yang sudah siap untuk pulang. Lelaki itu memasukan buku terakhir kemudian memastikan tidak ada barang tertinggal di atas meja maupun laci.

"Belajar bareng, yuk. Besok katanya ada ulangan Fisika, kan?"

Sebelum menjawab, Sansekerta melirik jam dinding di atas papan tulis. Sedikit bimbang untuk menerima ajakan Sembagi, apalagi mengingat tadi siang Arizona mengancamnya karena lancang memberi Sembagi bekal buatannya walau gadis itu sudah bilang untuk tidak memperdulikan Arizona.

"Kita ke cafe yang agak jauh dari sekolah aja. Cari yang sepi biar enak buat belajar," ujar Sembagi sambil menarik Sansekerta menuju tempat parkir. "Sepeda lo tinggal aja, atau nggak, masukin bagasi aja deh."

Dengan pasrah Sansekerta mengikuti langkah Sembagi. Padahal Sansekerta belum mengiyakan ajakan gadis itu. Melirik tangan mereka yang bertaut, diam-diam Sansekerta mengulum senyum. Tak bisa berbohong jika setiap skinship yang dilakukan Sembagi mampu membuat Sansekerta senang sekaligus berdebar.

Sansekerta sadar bahwa ini semua terasa salah. Beberapa kali Sansekerta mencoba menyangkal perasaanya pada Sembagi. Meyakinkan diri untuk tidak lancang menyukai gadis cantik dan sesempurna Sembagi. Namun semakin Sansekerta membohongi hatinya, perasaan itu semakin menggebu. Apalagi mereka selalu bertemu di sekolah, satu kelas dan bahkan satu meja.

Perhatian-perhatian kecil Sembagi, tutur manis dan sikap menggemaskan gadis itu selalu bisa menghangatkan hati Sansekerta yang selama ini terasa dingin dan asing.

"Masukin sepeda lo, Ta," pinta Sembagi yang sudah membuka pintu bagasinya.

Jarak mobil dan sepeda Sansekerta tidak terlalu jauh. Sambil menuntun sepeda tuanya, Sansekerta mengedar pandangan ke sekitar parkiran yang mana para siswa disana tengah membicarakan kedekatannya dengan Sembagi.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang