19 | Bahasa Isyarat

2.1K 433 34
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin dia menjadi tempat pulangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin dia menjadi tempat pulangku. Pun aku berharap dia menjadikan aku rumahnya.

_________

Tuhan menciptakan manusia dengan bermacam-macam sifat. Dalam roda kehidupan, setiap manusia akan bertemu setidaknya satu atau dua orang yang memiliki sifat sama, ataupun bertolak belakang. Bersosialisasi adalah salah satu cara yang tepat untuk mengetahui dan mengenal sifat serta perilaku seseorang.

Dan untuk melakukan sosialisasi, diperlukan komunikasi.

Pagi ini Sembagi menyempatkan diri mengobrol dengan beberapa siswa lain yang berada di koridor, sebelum memasuki kelas. Kendati mereka seperti hanya berpura-pura ramah, maka Sembagi juga bisa melakukan hal yang sama.

Sejujurnya Sembagi tidak butuh teman di sekolah barunya. Cukup melelahkan jika harus mengenal kehidupan seseorang dari awal lagi. Lagipula Sembagi sudah bisa menebak bagaiman sifat-sifat temen sekelasnya, mengingat bagaimana mereka memperlakukan Sansekerta.

Merasa cukup beramah tamah, Sembagi melanjutkan niatnya untuk masuk ke kelas. Tidak ada senyuman di wajah cantiknya, bahkan saat dengan terang-terangan banyak kaum adam yang menatapnya memuja.

Kecantikan Sembagi cukup populer di sekolah mengingat belum lama gadis itu datang. Perpaduan wajah Amerika serta Jawa menjadikan Sembagi terlihat berbeda di level kecantikan siswa lain.

Sampai di depan kelas, bisa Sembagi lihat Sansekerta yang sedang melamun. Dihadapannya ada buku yang terbuka, namun terlihat jelas jika pikiran Sansekerta tidak tertuju pada deretan tulisan di sana.

Sudut bibir Sembagi tertarik naik kala dirinya merogoh saku hoodie dan mengeluarkan satu kotak susu Ultra kesukaan Sansekerta. Entah mengapa memberikan Sansekerta susu, sudah menjadi kebiasaan menyenangkan untuk Sembagi.

"Pagi, Agi," dari arah berlawanan, Winda yang baru datang menyapa.

Sembagi mengangguk singkat. "Pagi."

"Tumben datengnya gak mepet?"

"Lagi rajin," sahut Sembagi sekenanya.

Winda langsung menuju bangkunya, begitu juga dengan Sembagi yang sudah duduk tanpa disadari kehadirannya oleh Sansekerta. Sebelum mengambil perhatian lelaki di sampingnya. Sembagi berdehem kecil menghilangkan rasa gugup yang mendadak menerpanya.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang