Clarisa Pov
Satu bulan setelah aku diwisuda telah berlalu. Teman-temanku kini sudah disibukkan dengan pekerjaan baru mereka. Dinda sudah berangkat ke Jepang untuk meneruskan studi nya. Sedangkan aku, aku hanya bisa duduk santai di rumah, membantu mama masak, terkadang juga membantu art membersihkan rumah. Aku pantas disebut sebagai pengangguran, apa ucapanku saat wisuda kemarin terkabul, banyak kantor yang menolakku dengan alasan aku tidak memiliki pengalaman organisasi apapapun, walaupun IPK ku mencukupi kriteria persyaratan. Banyak tetangga yang selalu tanya sama aku, sekarang kerja di mana? Dan aku selalu menjawabnya dengan senyuman yang aku buat semanis mungkin, mau jawab belum kerja malu, gengsi lah. Sebenarnya papa ingin aku bekerja di perusahaan milik papa sama seperti mas Rendy, tapi aku menolak, aku ingin seperti orang-orang yang ke sana ke mari mencari pekerjaan. Memang ya aku ini dikasih hati minta jantung.
Jika kalian tanya bagaimana hubunganku dengan Kevin, aku dan Kevin semakin dekat sekarang tapi ya masih sebatas teman. Setiap hari Kevin memberiku kabar tentangnya, tentang dia lagi apa, sama siapa, di mana, yang entah aku tidak tahu maksudnya, tapi aku senang diperlakukan seperti itu sama Kevin, aku merasa kalau aku adalah orang yang penting bagi Kevin.
Tepat jam 9 malam, ponselku berdering menandakan ada panggilan masuk. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Kevin Sanjaya Sukamuljo yang kini tengah berada di Eropa, saat ini ia tengah bertanding di Denmark Open. Kevin selalu menyempatkan panggilan video seusai bertanding.
"Haiii" sapaku saat mengangkat panggilan video tersebut.
"Haii, belum tidur?" Tanya Kevin di seberang sana.
"Ya kalo udah tidur gue nggak mungkin angkat telfon lo bambank!" Kevin cekikikan di seberang sana.
"Bambank siapa? Pacar? Kok gue nggak pernah dikenalin sama pacarnya sih?" Tanya Kevin menggoda.
"Mau banget dikenalin sama pacar gue" balasku menggoda.
"Mmmm nggak deh, tidur, di Indobesianudah malem kan?"
"Baru juga jam 9 masa suruh tidur, kayak bocah aja gue jam 9 udah tidur" lagi-lagi Kevin tertawa tapi kali ini dia lebih ngakak.
"Lo kenapa sih ketawa mulu, kualat lo ngetawain gue" ketusku.
"Abisnya lo lucu" dia tambah ketawa.
"Emangnya gue badut!"
"Vin, selamat ya, tadi menang, selamat bertanding di final besok, semoga mendapatkan hasil terbaik"
"Thank you, kalau gue besok menang lo kasih gue hadiah apa?"
"Ihh kenapa minta hadiah? Kan lo udah dapet bonus gede, harusnya gue yang lo kasih hadiah"
"Hmmmm"
"Hahahahaha serius amat pak, canda doang pak elah, ya deh nanti gue kasih hadiah, terserah deh lo mau apa, kalau gue sanggup gue bakal beliin, tapi jangan mahal-mahal ya, lo kan tau gue pengangguran" Kataku memelas.
"Hmmm, ya udah nanti gue pikirin gue mau minta apa dari lo, ya udah selamat malam, cepet tidur jangan begadang nggak baik buat kesehatan"
"Oke siapp pak, byee" lalu panggilan itu terputus.
****
Ayam sudah mulai berkokok, suara adzan menggema, aku segera bangun dari tempat tidur dan segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah sholat subuh aku putuskan untuk tidur lagi karena mata tidak bisa diajak untuk melek.
Suara ponselku membangunkanku ynag terlelap di alam mimpi. Aku mengerjapkan mataku dan mengambil ponsel yang ada di nakas samping tempat tidurku.
"Siapa sih pagi-pagi udah nelpon aja" gerutku sambil melihat layar ponselku dengan mata perih. Ternyata sudah jam 8 pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suppose - Kevin Sanjaya [END]
Teen FictionFOLLOW DULU YAHH❤️ . . . Terkadang definisi cinta itu bukan saling memiliki. Terkadang kita harus melepas orang yang kita sayang untuk kebahagiaan masing-masing. Kisah ini menceritakan perjalanan cinta Clarisa Ginanita Wijaya bersama kekasihnya. Wal...