34

245 27 0
                                    

Hari demi hari, bulan demi bulan sudah telampaui. Kini hubungan Kevin dan Clarisa sudah berjalan 1 tahun lamanya dengan lika liku perjalanan yang naik turun, banyak cibiran namun juga banyak yang support. Liburan akhir tahun 2019 orang tua Kevin kebetulan liburan ke Jakarta, Kevin meminta Clarisa untuk bertemu dengan mereka, karena Kevin ingin mengenalkan Clarisa kepada kedua orang tuanya.

"Hai Om, Tante" sapa Clarisa menyapa orang tua Kevin saat mereka berada di salah satu restoran. Clarisa menyalami kedua manusia paruh baya tersebut. Sebenarnya Clarisa tidak berani bertemu kedua orang tua Kevin, dia takut tidak akan diterima oleh keluarga Kevin.

"Hai, ini Clarisa ya? Tante sering denger cerita Kevin tentang kamu" Mama Kevin membalas salim dari Clarisa.

"Oh iya ya, aduh jadi malu"

Obrolan mereka berlanjut sampai akhirnya Clarisa memutuskan untuk pulang karena hari sudah malam. Hari ini Clarisa naik mobil sendiri karena tidak enak kalau Kevin harus menjemputnya terlebih dahulu.

Kevin POV

Selepas Clarisa pulang, aku dan keluargaku melanjtukan obrolan kami.

"Vin, kamu sayang sama Clarisa?" Tanya Mama dan ku balas dengan anggukan, jelas aku sayang sekali dengan Clarisa.

"Kalau kamu sayang, kamu mau tinggalin dia?" Aku terkejut mendengar perkataan mama, kenapa aku harus meninggalkan Clarisa, kalau kami saling menyayangi kenapa harus saling meninggalkan. Bisa gila mungkin kalau aku harus meninggalkan Clarisa.

"Mama itu suka sama Clarisa, dia anaknya baik, baik banget, sopan sama orang tua" lanjut mama.

"Terus kenapa aku harus ninggalin dia, Ma? Mama tahu sendiri kalo Clarisa baik, sopan, aku sama dia saling mencintai, Ma" ucapku datar, sebenarnya aku menahan emosi tapi karena ini di luar, aku nggak mau terjadi keributan. Mama tersenyum kemudian mengusap bahuku lembut.

"Kalian itu beda, Vin"

Jadi alasan mama meminta aku meninggalkan Clarisa karena kami beda keyakinan. Tapi selama ini aku dan Clarisa menjalani hubungan beda agama baik-baik saja, perbedaan itu tidak mengacaukan hubungan kami, justru kami belajar toleransi, aku membebaskan dia dengan agamanya, begitu juga Claria membebaskan aku dengan agamaku. Aku dan Clarisa kenapa tidak pernah membahas hubungan beda agama ini.

"Tapi selama kami menjalani hubungan ini, kami tidak ada masalah, Ma"

"Mama dan Papa tahu kalau kamu menjalani hubungan ini itu bukan cuma sebatas pacaran aja, pasti kalian ingin serius, tapi itu berat, Vin. Iya kalian memang baik-baik saja, tapi kamu tidak tahu kan orang tua Clarisa bagaimana? Apa mereka setuju? Kalau mereka juga berpikiran sama dengan papa dan mama bagaimana? Vin, cinta itu tidak harus saling memiliki, kadang saat kita saling mencintai meninggalkan adalah cara terbaik". Aku diam mendengar kata-kata dari mama, selama ini aku memang belum pernah membahas hubungan ini mau seperti apa ke depannya. Clarisa juga tidak pernah mengenalkanku dengan keluarganya, aku tidak tahu bagaimana tanggapan keluarganya. Mungkin besok aku harus berbicara mengenai masalah ini dengan Clarisa.

"Kamu jangan pernah berfikir untuk mengajak Clarisa ikut keyakinan kamu, jangan sampai terjadi, kamu boleh mencintai siapapun asalkan kamu jangan membuat dia lupa akan Tuhannya. Kamu jangan pernah mengambil dia dari Tuhannya. Kamu harus memikirkan perasaan Clarisa, keluarganya. Emang kamu tega kalau Clarisa tidak dianggap keluarga sama keluarganya sendiri? Kalau itu terjadi di keluarga Clarisa sekarag coba kalai terjadi di keluarga kamu sendiri, pasti kamu juga tidak mau, kan?"

Aku mengangguk "Iya, Ma, besok aku obrolin lagi sama Clarisa"

Esok harinya, aku menuju apartemen Clarisa. Semalam aku tidak bisa tidur tenang memikirkan perkataan mama, apa iya aku harus meninggalkan Clarisa.

"Hai, sayang baru bangun ya?"

"Tumben pagi-pagi ke sini ada apa?" Tanya Clarisa.

"Nggak di suruh masuk dulu?" Clarisa terkekeh kemudian mempersilakan aku untuk masuk ke dalam.

"Mau minum apa?" Tanyanya.

"Apa aja deh" Clarisa mengangguk dan pergi ke dapur untuk membuatkan minuman, entah rasnaya canggung banget hari ini, padahal kami sering sekali bertemu, tapi ini seperti pertama kali kami bertemu. Clarisa datang dengab membawa minuman bewarna putih yang aku tebak itu adalah susu.

"Ini aja ya, lagi males buat hahahaha" Clarisa meletakkan susu UHT yang dituangkan di dalam gelas itu di meja depanku.

"Kamu kenapa sih? Aneh banget"

"Enggak, siapa coba yang aneh"

"Kenapa? Ada masalah?"

Aku menghela nafas panjang kemudian menyandarkan tubuhku ke sofa. Aku memejamkan mata sebentar.

"Cla, menurut kamu hubungan kita gimana?" Clarisa mengangkat alisnya sebelah.

"Hubungan kita baik baik aja, kan kita jarang berantem juga"

"Kamu setuju sama hubungan kita yang beda agama"

"Kamu kenapa sih?"

"Nggak papa, aku cuma mau diskusi lebih serius aja sama kamu"

Clarisa menghela nafasnya "Kalau aku pribadi, aku tidak pernah mempermasalahkan perbedaan antara kita, Vin, tapi balik lagi ke kamu, apa kamu mulai ragu sama hubungan ini?"

"Iya" jawabku lirih.

Clarisa mengelus pipiku, kemudian dia tersenyum ke arahku.

"Kalau kamu memang mau melepas aku, aku rela, Vin, karena suatu hubungan kalau ada keraguan di dalamnya pasti akan terasa menyakitkan. Kamu boleh lepas aku sekarang, kalau menurut kamu itu yang terbaik"

"Tapi aku sayang sama kamu, aku nggak mungkin bisa nglepasin kamu"

"Kenapa kamu dengan mudahnya ngomong gitu? Apa kamu nggak sayang sama aku lagi?"

Clarisa menggelengkan kepalanya. "Bohong kalau aku nggak sayang sama kamu, seiring berjalannya waktu rasaku ke kamu justru semakin bertambah"

"Aku nggak bisa nglepasin kamu, Cla"

"Cla, tanggapan orang tua kamu gimana tentang hubungan beda agama?"

Clarisa menggelengkan kepalanya lagi. "Aku juga takut, Vin sebenarnya, makanya selama ini aku nggak pernah ngenalin kamu ke orang tuaku, karema setahu aku, papa itu orang yang keras terutama sama aku, anak cewek satu-satunya, aku nggak mau kamu sakit hati karena papa"

"Kamu mau berjuang sama aku, buat dapat restu dari orang tua kita? Masalah orang tua kamu, kita jalanin sama-sama, aku siap ditolak orang tua kamu, aku siap sakit hati karena sikap orang tua kamu, aku akan usaha buat ngeyakinin orang tua kamu kalau hubungan kita baik-baik aja walaupun ada perbedaan yang kokoh antara kita". Clarisa mengangguk kemudian memelukku erat.

"Aku juga mau berjuang buat kamu, Vin, ngebangun hubungan selama 1 tahun itu nggak mudah, buat nglepasin juga susah, terlalu banyak kenangan di dalamnya, aku juga mau ngeyakinin orang tua kamu biar mereka mau nerima aku"

"Kamu tahu?"

"Iyaa, aku tahu pasti kegelisahan kamu hari ini karena orang tua kamu, walaupun aku nggak tau tanggapan mereka apa mengenai aku"

"Soalnya kamu nggak pernah bahas tentang perbedaan kita sebelum kita ketemu orang tua kamu"

Aku terkekeh dan merapatkan pelukanku, aku mencium rambut Clarisa yang selalu wangi padahal dia belum mandi dan baru bangun tidur.

"Jalan yuk, kamu mandi sana, bau iler tau main peluk-peluk aja"

"Ihh, Vin, kamu suka banget bikin aku malu" kata Clarisa dan memukul dadaku.

"Ya udah aku mandi dulu, itu susunya diminum, keburu basi" Clarisa berlalu meninggalkanku dan aku segera menyambar susu yang sudah disiapkan Clarisa.

Hai semuanya
Bertemu lagi dengan Kevin dan Clarisa

Selamat membaca semoga suka
Jangan lupa vote dan komen

Maaf kalau banyak typo dan ada kalimat yang menyinggung perasaan🙏

See you next part🤗

Suppose - Kevin Sanjaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang